Gadis yang tidak pernah bahagia di hidup nya satu kali saja pun tidak pernah
Di rumah?di sekolah? sama saja! tidak ada yang mau membahagiakan dirinya
bahkan seolah olah dunia ikut mendukung ketidakberdayaan diri nya,semua...SEMUA SAMA SAJA!! tidak ada yang peduli ! Tidak ada yang mengasihani diri nya, punya keluarga namun seperti hidup sebatangkara
MAURA ZAFINA AMORA, gadis yang mencoba untuk mencari secercah kebahagiaan walupun mustahil bagi diri nya
"Gue ada di sini karna gue masih hidup" Fina mengulas senyum kecil pada sudut bibir nya.
"Tapi gue bisa bikin lo sembuh"
Fina menggeleng pelan dengan senyuman manis nya. "Gua sendiri aja gak pernah bisa, apa yang bikin lo yakin banget bisa nyembuhin gua??"
"Hidup gua udah terlalu rumit dan sial, jangan terlalu deket sama gua atau lo juga bakalan rusak, ini juga demi diri lo sendiri"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alwayscoklat_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Awal baru
Pagi hari yang cerah ini, Fina mengembangkan senyumnya saat menatap mentari pagi yang begitu indah memancarkan sinar nya. Gadis itu tersenyum kecil sambil berdiri di teras nya.
"Aku akan mulai semuanya lagi, akan aku anggap ini sebagai awal bari hidup nya." Gumam nya dengan menghirup udara segar tersebut dalam dalam hingga mengenai paru paru nya.
Ini adalah hari weekend yang artinya tidak ada aktivitas sekolah. Di Hari Minggu pagi ini, Fina rencananya ingin membereskan rumah nya sebentar, lalu mencuci baju dan segera bersiap siap untuk berangkat bekerja di toko milik tante Tania kemarin.
Sungguh Fina begitu bersyukur di berikan jalan yang cukup mudah oleh Tuhan. Sekarang dia sudah punya kerjaan, sudah punya tempat tinggal meskipun masih bergantung dibayarkan oleh Arkan dan juga Rey.
lalu tidak ada hal yang begitu mengikis mentalnya karena sudah tidak mendapatkan Makian dari kedua orang tuanya lagi. meskipun itu hanya sementara, karena dia tahu pasti Dicky akan kembali untuk mengusik dan mempertanyakan hidupnya lagi.
Tak bisa dipungkiri juga oleh Fina bahwa dia merasa sedih karena merasa sebagai anak yang terbuang. tapi inilah yang namanya hidup, di mana Fina hanya bisa menerima semua keputusan dari orang tuanya. setidaknya Gadis itu sudah cukup bersyukur karena SPP sekolah masih dibayarkan oleh sang ayah.
Sedih tak mengubah banyak hal, Mina cukup fokus pada dirinya sendiri lalu mencoba untuk kembali Survive di hidupnya.
"Hidup satu hari lagi Fina." ucap Fina.
Itu bukan cuman ucapan biasa, melainkan sebuah mantra untuk Fina bisa bertahan hidup setiap harinya. meskipun kadang rasa ingin bunuh diri dan menyakiti diri datang menghampirinya di saat-saat putus asa nya, Fina masih sadar bahwa itu bukanlah hal yang paling baik untuk bisa dia lakukan. itu bukanlah sebuah hal yang bisa menjadi solusi dari semua permasalahan yang sudah fina alami.
Fina melangkahkan kaki nya untuk mengambil sapu lalu menyapu semua bagian dari dalam kontrakannya, sehingga tidak ada debu-debu yang tersisa di dalamnya. lalu meletakkan sapu tersebut ke tempatnya lagi dan beralih mengambil Sapu ijuk yang ada di halaman rumah, selanjutnya Gadis itu membersihkan sampah-sampah dedaunan yang jatuh di halaman rumahnya hingga bersih.
"Eh neng geulis...penghuni baru kontrakan ini yah?"
Fina yang awal nya hanya fokus menyapu halaman rumah nya, menatap keluar pagar yang dimana ada seorang ibu ibu yang berdiri dengan kantong plastik tergantung di tangan nya.
Fina tersenyum manis, berjalan mendekati ibuk itu sehingga batas mereka hanya pagar yang tinggi nya cuma sepinggang mereka.
"Iyah ibuk. Saya Fina..baru pindah 2 hari yang lalu. Salam kenal ibuk." ucap Fina mengulurkan tangan nya dengan sopan sambil memperkenalkan diri nya.
"Iyah ibuk udah liat kemarin orang kayak lagi pindahin barang, ternyata neng geulis yang tinggal di sini yah." Ucap ibuk itu dengan ramah nya. Fina mengangguk lagi dengan senyum nya.
"Neng kerja?"
Fina lantas menggeleng, "Masih sekolah di sana buk." jawab nya dengan lembut.
"owalah masih sekolah toh? berarti sendirian yah neng di sini?" tanya ibuk itu lagi.
"Iya buk sendiri aja hehe." ucap Fina dengan canggung. Menunjukan bahwa dia tak nyaman dengan pembicaraan barusan.
ibuk itu pun mengangguk anggukan kepala nya tanda paham. "Kenalin saya buk Leli, Ibuk RT di sini. Rumah ibuk ada di depan 2 rumah dari sini. Itu yang warna biru. Kalo ada apa apa bisa lapor ke saya yah neng." ucap ibuk tersebut sambil menujuk satu rumah yang ada di seberang mereka.
Fina mengangguk-anggukan kepalanya dengan paham sambil menetapkan ke arah telunjuk ibu itu yang menunjukkan rumah berwarna biru tak jauh dari kontrakannya. "oh iya buk, makasih ya buk" ucap Fina dengan ramah.
"Kalo begitu saya permisi yah neng Fina. Sampai ketemu lagi." ucap Buk Rt, Fina mengangguk lagi dan lagi untuk kesekian kali nya.
"Iya buk hati hati buk." ucap nya sebagai perpisahan. hanya menatap ke arah buk Rt yang berjalan menjauhi rumah nya.
Fina kembali melanjutkan aktivitas nya yang sempat tertunda tadi. Menumpukan sampah hasil dari dedaunan yang kering ke satu tempat lalu meletakan kembali sapu ijuk itu di sudut teras. Fina masuk ke dalam rumahnya untuk segera berbenah diri.
Pagi ini jam 10.00 dia harus berangkat kerja di Toko kue milik tante Tania. Dan ini adalah hari pertamanya mulai bekerja, sehingga Fina tidak ingin membuat hari pertamanya bekerja menjadi moment buruk karena keterlambatannya sendiri.
●●●●
"Gue mau lo semua cari basecamp baru yang lebih nyaman! Gue gak mau lagi ada di sana, udah terlalu banyak banget polisi nandain kita."
"Iya bos, nanti gue cari segera."
"Gue mau secepat nya"
"Iya bos, aman aja."
2 laki-laki yang tengah berbincang itu menatap trotoar di depan mereka yang tampak sepi. Mereka berdiri sambil mengeluarkan Asap dari mulut mereka dengan santai.
Sebatang rokok, terselip dengan keadaan yang menyala di tangan kedua nya. Seakan asap asap itu tidak mengganggu kedua nya yang tengah berdiri sana sambil menikmati suara suara kendaraan yang sesekali lewat di jalanan kota.
"nih kota kok sepi amat? Minggu loh sekarang." ucap laki laki yang berperawakan tinggi dengan bahu yang lebar.
"Kek nya karna minggu itu mereka pada istirahat pagi ini di rumah bos. makanya sepi." jawab yang satu nya, tubuh nya sedikit lebih pendek dari pada tubuh laki laki sebelum nya yang terus dia panggil dengan panggilan "bos"
Laki laki yang di panggil "bos" itu hanya mengangguk angguk kecil, kembali menyesap rokok nya yang tampak tertinggal setengah.
Lalu kembali menghembuskan asap nya dari hidung dan juga mulut nya.
Dug!!
"aduhh"
Laki laki tersebut menatap ke arah perempuan yang terjatuh tepat di depan nya bersamaan dengan ponsel dan juga tas yang berserakan di dekat gadis itu.
Ia menatap lurus ke arah rokok nya yang ikut terjatuh di dekat kaki gadis itu. Ia menghela nafas nya dengan kasar, cukup merasa jengkel karna merasa diri nya tidak salah.
"Kalo jalan tuh bisa hati hati ga sih? Lo gak liat gue disini berdua segede ini?! Lo buta??" ucap nya dengan sengit.
Gadis itu meringis merasakan sakit pada punggung yang terhentak, juga merasa perih pada kaki yang tampak nya kena abu rokok panas yang tak sengaja jatuh mengenai kaki nya itu.
"Maaf yah bang, gak sengaja. Tadi aku lagi buka tas sampe gak liat jalan di depan." ucap nya terselip ringisan dan memegangi pinggang nya tanpa menatap kedua laki laki di depan nya.
laki laki yang bertubuh tinggi itu berjongkok, meraih dompet sang gadis dan membuka nya dengan lancang membuat Gadis itu menatap panik.
"Eh eh bang? Dompet aku mau di apain?"
laki laki itu mengambil sebuah benda persegi di dalam dompet si gadis, lalu menatap benda tersebut dengan intens.
Dia tersenyum miring. "Maura Zafina Amora" gumam nya.
Yaps orang itu adalah Fina. Yang tak sengaja menabrak tubuh laki laki yang besar ini.
Fina segera membereskan barang-barangnya yang berserakan untuk kembali dimasukkan ke dalam tasnya, mengambil ponselnya dan segera berdiri sambil meraih kembali dompet yang ada di tangan laki-laki bertubuh besar itu dengan wajah yang panik.
"Maaf yah bang sekali lagi, aku gak sengaja." ucap nya. Sedikit membungkuk kan badan nya lalu segera berlalu dari sana.
Fina tidak ingin menambah dan memperpanjang masalah kecil ini. Dia harus segera sampai di toko tempatnya bekerja.
Namun, Kedua laki laki tadi tampak diam dan memperhatikan langkah nya yang masuk ke dalam toko kue.
"Nama nya cantik, gue suka." celetuk sang lelaki.
"Iya bos, orang nya juga." jawab laki laki lain.
Diam-diam laki-laki bertubuh besar dengan bahu yang lebar itu terus menatap ke arah toko kue meskipun Vina sudah menghilangkan dibalik pintu tersebut. dia tersenyum kecil.
"gadis cantik." Batin nya.