NovelToon NovelToon
Si PHYSICAL TOUCH

Si PHYSICAL TOUCH

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Beda Usia / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Harem
Popularitas:949
Nilai: 5
Nama Author: gadisin

Edam Bhalendra mempunyai misi— menaklukkan pacar kecil yang di paksa menjadi pacarnya.

"Saya juga ingin menyentuh, Merzi." Katanya kala nona kecil yang menjadi kekasihnya terus menciumi lehernya.

"Ebha tahu jika Merzi tidak suka di sentuh." - Marjeta Ziti Oldrich si punya love language, yaitu : PHYSICAL TOUCH.

Dan itulah misi Ebha, sapaan semua orang padanya.

Misi menggenggam, mengelus, mencium, dan apapun itu yang berhubungan dengan keinginan menyentuh Merzi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon gadisin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mall

"Ah, tunggu sebentar, Ebha, barang Merzi ada yang ketinggalan di dalam mobil."

"Barang apa, Nona? Biar saya saja yang ambil."

Merzi menggoyangkan tangannya didepan wajah, "tidak perlu. Merzi saja. Ebha tunggu disini." Katanya terburu-buru dan berlari menuju mobil. Merzi mengambil baju hitam dan merah tadi dan memasukkannya ke dalam tas. Untung dua baju itu berbahan tipis jadi ketika di masukkan ke dalam tas, tasnya tak kelihatan menggembung tampak biasa saja.

Hehe, maaf, Ebha, Merzi akan tetap memakai baju ini nanti. Gumamnya licik dengan seringaian kecil di bibir tipisnya.

"Sudah. Ayo!"

Semua orang menyayanginya. Semua orang ingin melihatnya selalu tersenyum. Tawa Merzi adalah kelegaan untuk semuanya. Dan Ebha adalah salah satu diantara semua orang itu.

Dengan menganggukkan kepala beberapa saat lalu sudah membuat Merzi sangat sumringah bagai mendapat lotre. Ebha setuju Merzi mendatangi club bersama teman-temannya asalkan gadis itu tak memakai dua baju seksi yang ditunjukkannya tadi.

"Dimana Teman-teman nona menunggu? Atau nona langsung naik ke atas?"

Merzi mendongak sekilas lalu memutar kepalaku memeriksa tempat. "Mereka bilang mereka lagi makan di restoran sushi. Tapi Merzi tak tahu dimananya. Sebentar, biar Merzi telepon."

"Mungkin mereka di lantai tiga, Nona. Makanan sushi yang terkenal di Mall ini ada disana. Tapi nona boleh menelpon saja untuk memastikan."

Merzi melepaskan gandengannya di lengan Ebha untuk mengecek ponsel. "Ebha benar. Mereka di lantai tiga. Kita langsung kesana saja."

"Baik, Nona."

Dua manusia itu kembali berjalan beriringan dengan genggaman yang saling bertaut. Dari sisi mana saja, Merzi terlihat sedang berpacaran dengan orang dewasa alias menjadi sugar baby.

Tubuhnya pendek, langkahnya kecil, dan tubuhnya yang langsing menarik perhatian beberapa orang, ditambah rambutnya yang putih sedangkan Ebha dengan pembawaan yang mendominasi.

"Sebelah sini, Nona." Ucap Ebha menggiring langkah Merzi berbelok ke kiri dan gadis itu diam mengikuti.

Merzi adalah tipe ekstrovert tapi tidak begitu suka berjalan-jalan ke Mall atau pusat perbelanjaan. Gadis itu lebih senang berada di rumah dan tidak akan keluar jika temannya meminta atau dia yang sedang ingin, dan itu sangatlah jarang.

"Ebha cukup tahu isi Mall ini. Apakah Ebha sering main kesini?"

"Lumayan sering tapi itu dulu sebelum saya bekerja pada tuan Oldrich. Jadi saya masih hapal dengan jelas beberapa sisi Mall ini jika tidak berubah."

"Oh ya? Apa yang Ebha lakukan disini sehingga lumayan sering datang ke Mall ini?"

"Bekerja juga, Nona."

"Lalu sekarang kenapa tidak sering datang kemari?"

"Karena saya harus menjaga nona. Sepertinya itu teman-teman nona." Tunjuk Ebha pada beberapa anak-anak muda yang berkumpul di satu meja panjang. Ebha tahu karena cukup familiar dengan salah satu wajah teman Merzi. Sonya.

"MERZI! Disini!" Itu Sonya yang berteriak memanggil nona mudanya sambil melambai.

"Iya! Ebha, ayo."

"Ya, Nona." Tangannya ditarik Merzi mendekati teman-teman gadis itu.

Setelah mereka berdua mendekat seorang gadis yang baru selesai mengelap mulutnya dengan tisu menyelutuk. "Kau lama sekali, Merzi, kami sudah mau selesai." Dia berkata untuk Merzi tapi menatap Ebha yang berdiri di belakang Merzi.

"Jangan dengarkan Anna, Mer, aku baru saja memesan sushi tambahan. Kau duduklah." Balas Sonya melirik kesal Anna lalu tatapannya teduh pada Merzi.

"Terima kasih, Sonya." Ucap Merzi tersenyum. Lalu gadis itu menatap Ebha seakan bertanya kau ingin bergabung juga?

"Saya akan disana saja bersama bodyguard teman nona yang lainnya." Ujar Ebha mengarahkan kepalanya pada dua orang laki-laki berbadan tegap juga sepertinya yang duduk sedikit berjauhan dari perkumpulan gadis-gadis muda itu.

Di lingkungan tempat tinggal mereka beberapa perempuan akan dijaga dan dikawal oleh bodyguard. Bukan hanya Merzi yang bodyguard-nya berkeliaran disekitarnya, masih ada siswa lain bahkan temannya juga dikawal oleh satu, dua, atau tiga orang bodyguard.

"Baiklah, Ebha."

"Panggil saya jika nona membutuhkan sesuatu."

Merzi membalas dengan anggukan. Kemudian Ebha menarik kursi untuknya lalu membungkuk dan pergi.

Langkah Ebha tak luput dari perhatian gadis-gadis muda dan cantik itu. Mereka seperti melihat aktor film Hollywood didepan mata kepala sendiri.

"Baru kali ini aku mendengar penjaga Merzi berkata panjang."

"Aku juga. Merzi, apakah jika kalian hanya berdua laki-laki itu akan bersikap sangat cerewet?"

"Apalah dayaku yang dijaga oleh laki-laki bertubuh buncit. Sungguh beruntung nasibmu, Merzi."

"Hey! Luar biasa sekali kalian membicarakanku didepan wajahku?" Tukas Merzi menunjukkan wajah pura-pura marah dan tidak terima mendengar celotehan teman-temannya.

Ketiga temannya yang berbicara tadi terbahak, lalu salah satu diantara mereka kembali menyelutuk, "tentu saja. Mana keren membicarakan seseorang dibelakang kita. Bukan begitu, Anna?"

Gadis bernama Anna memutar kepalanya yang tak henti-henti memperhatikan Ebha dibangku sana. "Ya? Kau memanggilku, Lu?"

"Iya, Anna. Lulu bilang kau tak keren jika membicarakan Merzi dibelakangnya padahal kau begitu tertarik pada penjaganya itu."

"Uhuk!" Anna tersedak liurnya sendiri. Diantara teman-teman sekelasnya dia adalah tokoh antagonisnya. Punya beberapa wajah bukan hanya berwajah dua.

"Oh, minum, Anna." Merzi mendorong gelas pada Anna. "Kau harus banyak minum untuk tidak dehidrasi dan berhenti berlaku sinis padaku."

"Apa yang kau katakan? Aku tidak begitu, Merzi. Terima kasih minumnya."

"Sudahlah, mari lanjut makan. Tidak masalah, Anna, jika kau ingin pergi duluan keatas."

"Kau mengusirku, Lulu?"

"Tidak. Kau bilang sudah selesai makannya?"

Anna meneguk ludah. Sikapnya yang arogan membuat orang tak suka. "Selesai bukan berarti aku ingin cepat-cepat keatas, bukan? Aku akan menunggu kalian sampai selesai makan."

"Terserah kau saja." Lalu Lulu berbisik pada teman disebelahnya. "Alasannya saja, aku yakin dia ingin menatap penjaga Merzi lebih lama."

Bisikan itu tak serta-merta membuat hanya mereka berdua yang mendengar. Hampir seluruh gadis-gadis mendengar bisikan layaknya teriakan yang Lulu lempar.

"Lulu, sudahlah. Aku tidak nyaman memakan sushi ini. Terasa seperti ada tambahan bumbu diatasnya." Ucap Sonya melemparkan candaan.

Dan Lulu mengangguk-angguk. "Oke-oke. Mari makan."

Makan untuk pengganjal mereka malam nanti kembali berlanjut dan tentu beberapa percakapan tak terlewat dari perkumpulan gadis-gadis itu.

sedangkan ditempatnya, Ebha menikmati segelas Americano sambil terus memperhatikan Merzi. Dua lelaki disekitarnya melakukan hal yang sama tapi tidak seintens yang dilakukannya.

"Kudengar kau ditembak oleh nona mudamu sendiri, Ebha? Apakah itu benar?" Sekian lama ketiga lelaki itu hening, seorang dengan tubuh lebih kurus dari Ebha bertanya.

Ditanya seperti itu membuat Ebha menoleh sedetik lalu kembali mempersembahkan Merzi. "Benar." Jawabnya singkat.

"Oh."

Lelaki satunya sedikit tertarik akan informasi baru itu. Dia mengajukan pertanyaan juga. "Kau menerimanya?"

Ebha menyeruput kopinya. "Kalian berdua tak kalah penasaran seperti gadis-gadis yang kalian jaga disana."

Jawaban panjang itu membuat dua lelaki itu tertawa hambar. Sepertinya Ebha menolak ditanya lebih detail tentang kehidupannya walaupun mereka cukup akrab karena sering bertemu di sekolah.

"Kami hanya bertanya." Ucap lelaki yang bertanya diawal tadi.

"Tanpa bertanya kalian juga tahu jawabannya."

Kekehan keluar dari mulut lelaki kekar itu. Dia menggeleng kembali menikmati menunya dan tetap mengawasi gadis yang banyak bicara tadi. Lulu.

...****************...

Pukul tujuh malam seharus club malam belum ramai karena di jam itu masih dianggap sore. Tapi tidak dengan malam akhir pekan ini, karena sebuah acara ditambah libur sekolah, club malam di Mall yang cukup terkenal itu mulai diisi oleh muda-mudi berseragam SMA.

Tidak-tidak. Hanya Merzi yang masih mengenakan seragam sedangkan kawan-kawannya sudah berganti pakaian kekurangan bahan. Dia juga ingin, tapi ketika melirik ke belakang, Ebha dengan sengaja memutar-mutar ponselnya. Tak punya pilihan lain, Merzi harus menurut dan menjadi anak yang baik disini.

Pertama kali kakinya melangkah masuk Ebha sudah mencegat tangannya yang akan ditarik temannya, lalu berkata, "jangan sengaja menjauhi saya, Nona, atau saya akan berada disamping anda selama berada disini."

Dan itu adalah bukan sekedar ucapan tapi sebuah peringatan. "Saya tahu, Ebha." Balas Merzi menipiskan bibirnya sambil menggigit pelan tangan Ebha yang memegang tangannya.

"Baguslah."

Suasana remang dengan lampu warna-warni juga musik yang mulai diputar dengan volume penuh mengisi penglihatan dan pendengaran tiap orang yang masuk ke dalam.

Mereka semua masuk setelah pemeriksaan dan menuju tempat yang sudah di booking. Bukan ruang VIP tapi cukup untuk menjadi anak-anak muda itu berkumpul menikmati waktu libur.

"Tuan Ebha yang terhormat, bisakah kami membawa nona Merzi ini kesana? Dari tadi kau menahannya, dia tidak akan hilang dan terluka." Lulu yang menarik tangan Merzi tadi angkat suara. Dengan tatapan menggoda dia menahan tangannya didepan dada Ebha.

Dengan tampang keberatan Ebha mundur membuat tangan Lulu menyentuh udara. "Jangan sentuh saya sembarangan." Sarkasmenya sambil menepuk-nepuk bekas tangan Lulu.

Aksi itu membuat heboh yang melihatnya. Merzi tertawa kecil sambil menggeleng.

"Bodyguard posesif." Desis Anna kecil. Hanya dia mendengar dan yang tak ikut tertawa heboh seperti yang lain.

"Haha! Sudah-sudah, ayo masuk. Merzi adalah putri raja, pengawalnya tidak akan mau jauh darinya. Selain takut akan mendapat hukuman dia juga takut calon kekasihnya bersentuhan dengan laki-laki lain."

"HAHAHA!"

Setelah tawa itu, mereka masuk lebih dalam sambil bergoyang menikmati musik. Melihat itu Merzi menahan tangan Sonya, teman yang lebih akrab dengannya.

"Tunggu aku, Nya."

"Iya, kau tenang saja. Tapi suruh penjagamu untuk tidak berkeliaran disekitar kita. Itu akan sangat tidak menyenangkan."

"Baiklah, aku mengerti. Sebentar." Merzi melepas tangan Sonya lalu mendongak menatap Ebha.

"Menunduk sedikit, Ebha." Badan Ebha merendah dan Merzi mengalungkan tangannya dileher lelaki itu. "Merzi ingin menikmati malam ini dan sedikit menghilangkan pening. Tolong sedikit berjauhanlah dengan Merzi."

Alis Ebha terangkat sebelah, tangannya menarik pinggang Merzi mendekat ketika seorang sekuriti hampir menabraknya. "Nona tak mengharapkan kehadiran saya disini?"

"Bukan itu maksud Merzi."

"Baiklah, Nona, saya mengerti. Saya akan berdiri disana. Tidak akan mengacaukan hari nona. Dan jangan minum alkohol."

"Merzi sudah cukup umur untuk itu."

"Umur hanya angka, Nona." Badan Ebha terdorong ke depan oleh seseorang dan membuat bibirnya bersentuhan sekilas diatas hidung Merzi. "Pergilah, teman-teman nona sudah menunggu." Dibalas anggukan kecil oleh Merzi.

"Apakah masih lama, Mer?"

Merzi menurunkan tangannya lalu berdehem. "Sudah. Ayo."

1
_senpai_kim
Gemes banget, deh!
Diana
Aduh, kelar baca cerita ini berasa kaya kelar perang. Keren banget! 👏🏼
ASH
Saya merasa seperti telah menjalani petualangan sendiri.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!