Seorang detektif muda tiba-tiba bisa melihat arwah dan diminta mereka untuk menyelesaikan misteri kematian yang janggal.
Darrenka Wijaya, detektif muda yang cerdas namun ceroboh, hampir kehilangan nyawanya saat menangani kasus pembunuh berantai. Saat sadar dari koma, ia mendapati dirinya memiliki kemampuan melihat arwah—arwah yang memohon bantuannya untuk mengungkap kebenaran kematian mereka. Kini, bersama dua rekannya di tim detektif, Darrenka harus memecahkan kasus pembunuhan yang menghubungkan dua dunia: dunia manusia dan dunia arwah.
Namun, bagaimana jika musuh yang mereka hadapi adalah manusia keji yang sanggup menyeret mereka ke dalam bahaya mematikan? Akankah mereka tetap membantu para arwah, atau memilih mundur demi keselamatan mereka sendiri?
Update setiap hari,jangan lupa like dan komen
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadinachomilk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 18 LIORA
Darren dan Gavin berbincang ringan,hingga tidak sadar Selina dan anak kecil itu sudah kembali dari membeli minuman.
"Nih minum buat kalian"Selina menyodorkan minuman itu ke mereka satu persatu.
"Lo dapet info apa dar Jena?"tanya Selina pensaran.
"Dia bilang dia nemuin anak kecil yang mirip banget sama Laksmi, anak kecil itu baru meninggal beberapa bulan lalu lukanya persis kayak laksmi"
"Loh di dokumen bukannya Laksmi meninggal uda beberapa tahun yang lalu?"
"Ya,makanya gue curiga hantu Laksmi tu yang mana"
"Oh ya kata Rei si pria berjubah itu Laksmi punya kembaran. Makanya kita harus ke lapas buat nanya ke Liora tentang ini"
Anak kecil itu hanya menatap ketiga orsng dewasa yang masi pusing dengan kasus yang mereka hadapi hingga tiba tiba anak itu dengan polosnya berucap.
"Kak, Laksmi dan Lula kan memang wajahnya mirip mereka dua orang"
"Hah,apa katamu dek?" Gavin terkejut.
"Siapa Lula?"tanya Darren.
"Lula tu teman aku di panti,tetapi uda belakangan ini dia menghilang sekarang aku tidak tahu dia dimana"
"Terus Laksmi?"
"Laksmi aku tidak kenal hanya pernah lihat waktu bu Liora datang saja"
"Kayaknya ini lebih aneh dari yang gue pikirin"gumam Darren.
"Udah ayo kita ke panti milik mama gue buat anter anak ini,terus lanjut ke lapas"
Mereka berempat pun bergegas pergi dari ruang persidangan,Gavin menyetir mobil itu dengan cepat hingga sampailah mereka di depan panti besar milik orang tuanya Darren.
"Dek,ayo turun"ajak Selina sambil menggandeng anak kecil itu.
Mereka bertiga pun memasuki panti besar itu.
"Ini panti yang cocok buat donasi satu milyar nih"kata Gavin sambil melihat lihat.
"Udah buruan masuk ditunggu mama"
Mereka sampai lah di depan lobi,lalu diantar oleh salah satu perawat agar menemui Atala Wijaya,mama dari Darrenka Wijaya. Mereka sampai di ruangan milik Atala.
"Mamaaaa"teriak Darren lalu memeluk mamanya itu.
Gavin dan Selina menyalami tante Atala,sedangkan anak kecil itu masi ragu untuk mendekat karena masi trauma dengan hal panti.
"Kalian kok lama,mama uda nungguin dari tadi"omel Atala.
Darren buru-buru maju, lalu menunduk sedikit.
"Iya, Ma. Maaf kalau kami agak lama di jalan"
Atala Wijaya tersenyum kecil, lalu pandangannya jatuh pada anak kecil yang berada di pelukan Selina, bocah itu masi tampak ketakutan.
"Ini anak yang kalian ceritakan itu?" tanya Atala, menatap Darren penuh pertanyaan.
"Iya, Ma" jawab Darren pelan.
"Kami pikir tempat ini yang paling tepat untuk dia. Biar ada yang jagain, biar dia gak merasa sendirian lagi dan nanti Darren bakal antar beberapa anak dari panti Kasih lagi"
Atala mendekat, lalu jongkok di hadapan anak kecil itu. Dengan sabar, ia mengulurkan tangan, senyumnya hangat seolah bisa menenangkan badai.
"Namamu siapa, Nak?"
Bocah itu hanya menunduk, tidak menjawab. Namun genggaman tangannya di tangan Selina semakin erat.
Selina berbisik pelan, "Sepertinya dia masi trauma soal pantinya dulu tante Atala"
Atala mengangguk, lalu mengelus kepala anak itu penuh kasih.
"Tidak apa-apa. Di sini kamu akan aman. Ada teman-teman lain, ada yang sayang sama kamu. Tidak ada yang akan menyakiti kamu lagi sayang"
Darren dan Gavin saling pandang. Ada rasa lega sekaligus haru.
"Mama lo emang the bestt deh Ren" Gavin berbisik.
Kemudian Gavin menyerahkan sebuah map tebal berisi dokumen donasi.
"Tante, ini juga dikirim dari kepolisian. Donasi untuk panti, 20 milyar sudah masuk ke rekening yayasan. Semoga bisa membantu banyak anak lain juga, oh ya tante nanti akan ada polisi yang akan mengantarkan anak anak dari Panti Kasih untuk di urus disini"
Atala menerima map itu, lalu menatap Darren, Gavin dan Selina dengan mata berkaca-kaca.
"Kalian ini membuat tante bangga sekali, kalian sudah mau membantu anak anak agar bisa aman bahkan kalian sampai luka luka" Atala menunjuk nunjuk luka diwajah mereka bahkan di lengan.
"Anak anak itu mungkin akan menganggap kalian malaikat kecil yang dikirim untuk menyelamatkannya"
Anak kecil itu akhirnya berani mengangkat kepala, Atala lalu meraih bocah itu, memeluknya lembut.
"Mulai sekarang, kamu bagian dari keluarga besar di sini"
Anak kecil itu membalas pelukan hangat dari Atala.
"Makasih ya ibu"kata anak kecil itu pelan.
Darren,Gavin dan Selina tampak terharu. Hingga Darren mendapatkan telepon dari salah satu penjaga lapas.
"Pak Darren, tahanan bernama Liora sudah kembali ke lapas"
"Baik, saya bersama rekan rekan akan segera kesana"
Tutt,telepon dimatikan.
"Ma, Darren sama yang lain mau pamit dulu. Mama jagain anak itu dan nanti bakal ada polisi lain yang datang buat mengantar beberapa anak dari panti kasih"
"Iya hati hati sayang"
Darren,Gavin dan Selina menyalami Atala,lalu berucap ke anak kecil itu.
"Kamu disini ya ada Bu Atala,ga usa takut beliau baik"kata Selina lalu memeluk anak kecil itu.
Mereka bertiga pun berjalan keluar, Gavin segera mengendarai mobil itu dengan cepat menelusuri jalanan kota yang padat hingga sampailah mereka di depan lapas kota.
"Bukakan pintu pak Darren datang"kata salah satu penjaga.
Mobil hitam itu memasuki lapas, Darren,Gavin dan Selina segera turun daan bergegas masuk. Ia meminta ke salah satu polisi untuk Darren bisa bertemu dengan Liora.
"Saya ingin bertemu dengan Liora"kata Darren tegas"
"Baik pak,saya akan panggilkan"
Selina dan Gavin sudah duduk di salah satu kursi,Selina menatap layar laptopnya sedangkan Gavin duduk sambil memainkan handphonenya. Sedangkan Darren berdiri menunggu salah satu polisi kembali.
"Baik pak silahkan"polisi itu telah kembali lalu mengantar Darren untuk menemui Liora.
Darren melangkah perlahan masuk ke ruang kunjungan lapas. Di balik kaca tebal, ia melihat seorang wanita berwajah pucat dengan mata sembab. Tangannya gemetar saat memegang gagang telepon,ya dia adalah Liora.
Darren duduk di kursi yang berhadapan dengannya, lalu mengambil gagang telepon lain. Suasana hening sesaat, hanya terdengar napas berat dari Liora.
"Saya Darren, penyidik yang menangani kasus Andre Corp. Ada hal penting yang harus saya tanyakan," ucap Darren serius.
Mata Liora berkaca-kaca.
"Tentang apa yang mau anda tanyakan?"
"Saya mau tanyakan tentang Laksmi daan Lula, saya ingin tahu semuanya. Siapa mereka sebenarnya? Kenapa wajah mereka begitu mirip seperti kembar"
Air mata Liora akhirnya jatuh. Ia menggenggam erat telepon, suaranya bergetar.
"Mereka..mereka memang anakku. Tapi mereka lahir dalam keadaan yang berbeda. Aku… aku gagal jadi ibu yang baik buat mereka"
Darren mencondongkan tubuhnya, tatapannya penuh tekanan.
"Ceritakan,dari awal"
Liora menarik napas panjang, menahan isakan.
"Laksmi lahir duluan. Dia anakku hasil dari hubungan yang salah, tapi aku tetap melahirkannya. Waktu itu aku lemah Andre dan istrinya memaksa mengambilnya. Mereka bilang akan merawatnya, aku tak punya pilihan"
Darren terdiam, kepalan tangannya menegang.