Bagaimana jadinya seorang anak pelakor harus tinggal bersama dengan ibu tiri yang merupakan istri pertama dari ayahnya.
Alma selalu mengalami perbuatan yang tidak mengenakkan baik dalam fisik maupun mental, sedari kecil anak itu hidup di bawah tekanan dari ibu tirinya.
Akan tetapi Alma yang sudah remaja mulai memahami perbuatan ibu tirinya itu, mungkin dengan cara ini dia bisa puas melampiaskan kekesalannya terhadap ibunya yang sudah meninggal sedari Alma berusia 4 tahu.
Akankah Alma bisa meluluhkan dan menyadarkan hati ibu tirinya itu??
temukan jawabannya hanya di Manga Toon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MKIT 12
Hati Dian mendadak bergetar hebat, dia tidak tahu harus berbuat apa, memaafkan atau tidak, ternyata meskipun sudah berpuluh-puluh tahun rasa sakit itu masih membekas, dan hal itu memang sulit untuk di terima, akan tetapi dihadapannya saat ini ada seorang anak yang rela dia sakiti dia hancurkan fisik dan mentalnya, semua itu di terima hanya untuk mendapatkan maaf darinya, bahkan anak itu rela di jodohkan dengan pria dewasa yang usianya jauh diatasnya.
"Alma, selama ini apa kamu membenci Ibu Nak?" tanya Dian dengan nada yang bergetar.
"Aku tidak pernah membenci Ibu, malah setiap hari aku selalu berkhayal kedua tangan Ibu meraih pundakku dan memelukku, tapi hal itu selalu aku bantahkan, karena aku sadar diri," sahut Alma.
"Nak, lihat Ibu," pinta Dian.
Sedangkan Alma hanya bisa menatap wajah seorang yang sudah merawatnya tanpa suara itu.
"Maafkan Ibu yang selalu melampiaskan kemarahan Ibu kesakitan Ibu kepadamu," ucap Dian dengan tatapan menunduk.
Sedangkan saat ini suasana hati sedang diliputi dengan guncangan hebat, bahkan air mata yang banyak mewakili perasaan kedua anak dan ibu itu dari pada perkataan, entah keberanian dari mana, Alma pun mulai meraih tangan ibu tirinya untuk yang pertama kalinya, dan gadis itu berusaha untuk mencium punggung tangannya.
"Ibu makasih sudah ijinkan aku untuk mencium punggung tanganmu," ucap Alma dengan nada yang sesenggukan.
Hati Dian semakin teriris melihat perlakuan anak tirinya yang berhasil menampar hatinya yang begitu keras, lihatlah anak yang dulu dia benci, ia besarkan dengan segala amarah dan emosi yang mungkin bisa membuat hati dan mentalnya hancur, kini dia melihat sendiri kalau anak itu yang menyelamatkan keluarganya.
"Maafkan Ibu Nak," ucap Dian, lalu mulai memeluk anak tirinya itu untuk yang pertama kali.
Mata Dian mulai terpejam, bahkan bayangannya kembali ke masa lalu dimana anak berusia empat tahun itu pertama kali di bawa masuk ke rumah ini dengan pakaian yang begitu lusuh dan pada hari itu juga kebencian di hatinya mulai tumbuh berlangsung lama, akan tetapi pada hari ini, hatinya mulai sedikit mencair, ego yang begitu tinggi kini mulai terkalahkan oleh pengorbanan yang di lakukan oleh anak tirinya itu.
*******
Sedangkan di kediaman mewahnya seorang pria sudah tidak sabar ingin segera memiliki gadis yang sempat mencuri perhatiannya itu beberapa hari yang lalu, entah kenapa dirinya yang saat ini tengah tidak percaya dengan yang namanya cinta, hatinya mulai bergetar kembali ketika melihat kecantikan gadis yang membawa tas keranjangnya itu, akan tetapi untuk kali ini dia tidak ingin bodoh, mungkin dia hanya menjadikan gadis itu sebagai pemuasnya saja karena saudaranya sudah menipu dirinya.
"Aku memang tertarik denganmu gadis kecil, akan tetapi aku tidak ingin jatuh cinta ataupun mencintaimu, aku hanya menginginkan kau menjadi pemuas ku saja," gumam Ameer dengan seringai di wajahnya.
Luka di masalalu membuatnya enggan jatuh cinta kembali kepada seorang wanita, apalagi dia menyaksikan sendiri kalau ayahnya berselingkuh dan menikahi perempuan itu hingga mempunyai seorang anak, dan hal yang paling menyedihkan lagi, adalah dia terpisahkan dari ibunya, bahkan sampai sekarang dia tidak mempunyai akses untuk bertemu ibunya.
"Ma ... Aku kangen, Mama tahu gak? Aku mengalami hal yang sama seperti Mama, sama-sama dikhianati pasangannya," ucap Ameer seolah menginginkan cinta pertamanya itu ada di sampingnya.
*******
Keesokan harinya, pagi ini suasana terlihat begitu berbeda, Dian pun mulai memberikan senyum hangatnya itu kepada Alma, senyum yang selama ini sudah dinanti-nantikan sejak dulu, akhirnya Tuhan menjawab juga tangisannya selama ini.
Bahkan saat ini Devan sudah berada di rumahnya dan duduk di kursi makan untuk meminta maaf kepada Alma yang selama ini sudah ia sia-siakan kebaikan sang adik terhadapnya.
'Heeeemb, benar sekali kata Agam bahwa suatu saat nanti Alma akan menolongku, tapi semua ini karena ulah Robin andai saja dia tidak menipuku, mungkin aku tidak akan mengorbankan Alma,' sesal Devan di dalam hatinya.
Saat ini Dian mulai menghampiri Alma, suasana kehangatan seorang Ibu kini mulai terasa, dan senyuman hangat itu mengingatkan Alma kepada mendiang sang ibu.
"Alma, ayo ikut sarapan Nak," ajak Dian yang terdengar asing oleh Alma.
"Sarapan?" tanya Alma dengan ragu.
"Iya Nak, sarapan kamu belum makan kan?" tanya balik Dian.
"Belum," sahut Alma, mana berani anak itu makan sedang dia saja hanya bisa makan ketika ibu dan kedua kakaknya selesai makan.
"Ya sudah mulai sekarang ayo kita makan, dan ada hal yang harus kita bicarakan mengenai dirimu Nak," ucap Dian lalu mulai mengajak Alma ke ruang makan.
Alma pun sudah sampai, gadis itu mulai menggeser kursi dengan tubuh yang bergetar, karena dia gugup, ini kali pertamanya makan bersama dengan satu meja bersama dengan keluarganya.
"Al," sapa Devan dengan nada penyesalannya.
"Iya Kak," sahut Alma.
"Sebelum sarapan, aku ingin mengucapkan sesuatu kepadamu, aku harap kau memaafkan atas semua kesalahanku kepadamu, aku banyak salah Al, baik yang di sengaja ataupun tidak, dan aku juga mengucapkan terima kasih banyak, atas semua pengorbanan yang kamu lakukan untuk melindungi keluarga kami, mungkin kalau kamu tidak bersedia menerima Tuan Ameer pasti aku sudah masuk jeruji besi," ujar Devan dengan perasaan bersalahnya.
Sedangkan saat ini Alma hanya bisa menatap wajah saudaranya satu persatu, entah apa yang sekarang tengah ia rasakan, setidaknya dia bersyukur dengan adanya kejadian Tuan Ameer, semua keluarganya berubah dalam waktu sekejap, meskipun dia tidak tahu nantinya akan seperti apa kehidupannya bersama Tuan Ameer.
"Alma, apa kamu mau menerima permintaan maafku," ulang Devan.
"Aku menerima Kak, dan aku harap setelah kejadian ini, hubungan kita semakin membaik," sahut Alma dengan penuh harap.
Saat ini Alma ikut serta bersarapan pagi bersama untuk yang pertama kalinya, dan hal itu benar-benar membuatnya bisa merasakan indahnya kebersamaan.
Selesai sarapan seperti biasa Alma mulai berjualan di taman kota, meskipun keluarganya sudah baik, bukan berarti semua keperluannya di tanggung, Alma sendiri juga tidak mau merepotkan siapa-siapa apa lagi dengan usianya yang sudah beranjak dewasa, dan Alma sadar dengan tanggung jawabnya sebagai anak yang mandiri, mencari uang itu hukumnya wajib bagi dirinya.
Saat ini langkahnya mulai sampai ke taman kota dan tidak di sangka Shaka sudah menunggu kedatangan gadis itu sedari tadi.
"Kak Shaka!" setu Alma yang merasa terkejut.
"Kenapa kaget ya?" tanya Shaka.
"Iyalah kaget, habisnya tiba-tiba nongol," sahut Alma.
"Kan aku sudah bilang, akan setiap hari menemanimu berjualan," ucap Shaka, akan tetapi hal itu membuat Alma murung dan menundukkan pandangannya.
"Tapi Kak, setelah ini aku tidak bisa memastikan bisa berjualan lagi atau tidak," ujar gadis itu yang membuat Shaka terkejut.
"Memangnya kenapa? Kok kamu tiba-tiba tidak mau berjualan lagi, padahal aku kan ingin selalu bersamamu Al," ungkap Shaka.
"Setelah ini aku mau di jodohkan dengan seorang pria Kak," ucap Alma yang membuat Shaka terkejut.
Deg!!
Bersambung ....
kalau sampai kecolongan ya ttnda global 😂😂😂😂 ya kan thor
ibu ga da otak,, segampang itu ninggalin anaknya segampang itu minta peluk
keren Alma good girl,,smart juga tuan Ammer
itu ibu turu perlu di kasih pelajaran yg sadis bisa Thor,,ku rasa ga yah is ok yg lain aja yg bikin dia sengsara