Pernikahan antara Ayyana Betari dan Prasetya Wiguna berjalan begitu harmonis bahkan keduanya mendapat julukan sebagai couple goals
Namun, pernikahan kedua Prasetya bersama seorang wanita atas permintaan sang ayah menjadi awal dari kehancuran biduk rumah tangga yang sudah berjalan empat tahun itu
Akankah Betari menerima pernikahan kedua suaminya dan menerima Sabrina sebagai madu? ataukah pernikahan atas dasar balas budi itu akhirnya menjadi noda dalam pernikahan antara keduanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon e_Saftri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Istri Orang
"Mas hari ini kekantor kan?" Tanya Tari saat keduanya telah berada didalam mobil yang tengah melaju
"Iya, kasian Joshua, pasti kerepotan selama seminggu ini mas tinggal" mobil mewah itu melaju dengan kecepatan sedang menuju bakery milik Tari
Setelah mobil milik sang suami hilang dari pandangannya barulah Betari mengayunkan langkahnya masuk ke dalam toko kue miliknya
"Selamat pagi bidadari ku" Betapa terkejutnya ia saat mendapati seorang pria menyambut kedatangannya dengan seikat bunga mawar ditangannya
"Kamu!" Sentak Betari
"Iya, aku nggak tau kamu suka bunga apa jadi aku bawain bunga mawar, semua perempuan pasti suka bunga mawar" Pria tampan itu menyerahkan buket bunga itu pada Betari dan dengan sangat terpaksa wanita itu mengambilnya dari tangan si pria
"Ada apa lagi ya mas? Bukannya kita sudah impas ya? Saya kan sudah balas budi untuk kebaikan mas waktu itu" Tari tidak mengerti untuk apa pria ini datang lagi
"Karena itu, aku mau ngasih ini buat kamu sebagai ucapan terima kasih untuk cheesecake pemberian kamu waktu itu, mamaku suka banget soalnya" Zayyan tersenyum manis kearahnya membuat Tari sedikit tidak nyaman
"Ya udah sekarang kamu pulang!"
"Kamu ngusir aku?" Zayyan tidak habis pikir, mawar merahnya dibalas dengan pengusiran
"Ya terus kamu mau apa?"
"Aku mau sarapan" tanpa menunggu, pria itu duduk pada sebuah kursi karena memang tempat ini juga sebagai cafe dimana orang-orang akan menikmati menu sarapan pagi yang disiapkan
"Ya udah terserah" Betari hendak melangkah meninggalkan pria yang semakin lama semakin menyebalkan menurutnya
"Sebentar! Kamu nggak kangen ya sama aku? Udah seminggu loh kita nggak ketemu" Zayyan bangkit dari duduknya lalu berdiri menghalangi jalan wanita cantik itu membuat Tari kesal
Zayyan benar-benar mengakui kecantikan wanita didepannya ini, wajahnya yang bulat dengan bola mata hitam, rambutnya yang panjang terurai sempurna serta kulitnya yang putih mulus
Tari menghela nafasnya, mencoba mengendalikan diri agar tidak terbawa emosi
"Dengar ya mas, saya ini sudah menikah, dan sangat tidak sopan jika kamu datang kesini dan merayu saya yang merupakan istri seseorang" Tegas Tari
Jika dia pikir bisa membuat pria dihadapannya pergi Tari salah, Zayyan malah tersenyum setelah mendengar ucapan dari wanita yang telah mencuri hatinya sejak pertama kali bertemu itu
"Terus?"
"Maksudnya? Kamu nggak ngerti ya saya ngomong apa? Saya bilang saya ini istri orang mas" Tari bahkan menekan kata istri orang pada kalimatnya
"Ya saya nggak peduli, saya jatuh cinta dan saya ingin kamu terserah mau kamu istri orang" Zayyan benar-benar tidak waras, bahkan ucapan Tari tak membuatnya mundur sedikitpun
"Astaga pria aneh" Tari hendak meninggalkannya namun pria menyebalkan itu tetap menghalangi langkahnya dengan tubuh tegap miliknya "Mau apa lagi sih mas?"
"Aku mau sarapan, disini menu best seller nya apa?" Pria aneh itu malah tersenyum membuat Betari semakin kesal
Tari kembali mengatur napasnya, paginya benar-benar hancur karena menghadapi pria seperti Zayyan ini "Dewi!"
"Iya buk" seorang wanita muda datang menghampiri keduanya
"Kamu jelaskan menu kita pada mas ini" Tari mengatakan itu sambil menatap tajam pria tinggi dihadapannya
Bukannya takut, Zayyan malah merasa gemas dengan wajah ditekuk milik Betari. Pria tampan itu terpaksa duduk dan menerima buku menu yang diberikan oleh salah satu pekerja dicafe tersebut
"Ini pesanannya mas" tak lama seorang wanita datang dengan membawa menu pesanannya
"Mas nggak tau ya kalau Tari itu udah nikah?" Latifah memang sengaja mengambil nampan dari tangan Dewi agar dirinya bisa berbicara dengan pria tampan yang tadi merayu sahabatnya
"Tau" jawab Zayyan singkat dan terdengar menyebalkan
"Terus? Mas ganteng masih mau gitu deketin Tari?" Latifah benar-benar tidak habis pikir dengan jalan pikiran pria ini
"Ya mungkin suatu hari dia nggak lagi cinta sama suaminya, atau mungkin suaminya selingkuh, kita kan nggak tau" ucap Zayyan sembari menyuapkan potongan pancake kedalam mulut
"Dengar ya mas ganteng! Suaminya Tari itu laki-laki sempurna, dan Tari sangat mencintai suaminya begitupun sebaliknya, jadi nggak akan ada cela untuk mas ganteng masuk kedalamnya. Paham!" Jelas Latifah
"Kita nggak akan pernah tau apa yang akan terjadi berikutnya"
"Lagian kenapa juga mas ganteng ngebet banget sama Tari yang istri orang, disini masih ada saya, Gadis dan dijamin seratus persen masih ting-ting" Ujar Latifah dengan nada centil
Zayyan tersenyum "Saya suka tantangan, dan Tari lebih menantang"
"Kalau mau tantangan naik gunung Rinjani sana!" Latifah kesal dan memutuskan untuk meninggalkan pria aneh seperti Zayyan
Sebelum kekantor, Prasetya menyempatkan diri untuk mengunjungi istri keduanya yang tinggal di sebuah unit apartment miliknya. Sesuai janji, ia datang bersama seorang wanita yang mungkin seusia Lidya sang mama sedikit lebih muda dari Ida
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam, aa" Sabrina menghampiri sang suami lalu mencium punggung tangan pria tersebut
"Oh ya Sabrina, kenalkan ini Mirna! Dia yang akan bantu kamu disini" ucap Prasetya seraya mengenalkan seorang wanita pada Sabrina
"Oh iya bik, kenalkan saya Sabrina" Wanita cantik itu menyodorkan tangannya dan langsung disambut oleh Mirna
"Oh ya, kamar bi Mirna disana!" Prasetya menunjuk satu kamar yang tepat disamping kamar sang istri
"Baik den" wanita itu menunduk memberi hormat, dan berlalu meninggalkan dua majikannya itu
"AA sudah sarapan? Tadi Sabrina udah beli makanan"
"Saya sudah sarapan tadi dirumah" Sabrina dibuat bingung oleh sikap pria yang merupakan suaminya itu, kadang pria ini baik dan lemah lembut namun kadang juga bersikap dingin
"Oh ya a, Sabrina boleh belanja? Kulkas disini belum ada isinya" Tanya Sabrina, sebenarnya ia ragu untuk meminta uang pada suaminya namun dirinya juga tidak punya pilihan lain
Prasetya mengambil dompet kulit dari saku jas mahal yang ia kenakan lalu memberikan Sabrina satu kartu berwarna hitam
"Sandinya akan saya kirim lewat pesan!" Prasetya mengucapkan itu sebelum akhirnya keluar dari unit apartment itu
"Terima kasih a"
"Hemm"
Prasetya melajukan mobilnya meninggalkan gedung tinggi itu, memiliki dua istri menang sangatlah sulit, bukan tentang uang tapi tentang waktu. Sekarang dirinya sudah sangat terlambat untuk bekerja. Beruntung dirinya seorang CEO jika hanya karyawan biasa mungkin dirinya sudah kehilangan pekerjaannya
Setelah kepergian Prasetya hari itu, pria tampan itu tidak pernah lagi menemui Sabrina, wanita cantik itu benar-benar dijadikan sebagai simpanan. Dirinya tak pernah dikenalkan pada dunia yang dimiliki oleh Prasetya sang suami
Setiap harinya wanita cantik itu hanya menghabiskan waktunya didalam unit apartmentnya saja, sesekali pergi berbelanja di supermarket depan dengan ditemani oleh asisten rumah tangganya