Nayura, gadis SMA yang belum pernah mengenal cinta, tiba-tiba terikat janji pernikahan di usia yang penuh gejolak. Gavin juga remaja, sosok laki-laki dingin dan cuek di depan semua orang, namun menyimpan rasa yang tumbuh sejak pandangan pertama. Di balik senja yang merona, ada cinta yang tersembunyi sekaligus posesif—janji yang mengikat hati dan rasa yang sulit diungkapkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadin Alina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 12 : Jasmine dan Calon Istri
Pagi datang, cahaya mentari menembus masuk melalui celah gorden kamar Nayura. Suasana nyaman dan tenang begtu terasa. Tapi, tidak dengan hati Nayura. Ia bimbang apakah akan pergi ke sekolah atau beristirahat saja, di rumah.
“Ma, kayaknya aku ijin aja deh, Ma.” Ungkap Nayura membuat dahi Elda berkerut tipis.
Elda baru saja masuk ke kamar Nayura, hendak membangunkan sang anak untuk ke sekolah.
Nayura yang tampak lesu, ia menatap Elda sendu. Membuat Elda sekidikit khawatir. Ia menempelkan punggung tangannya pada dahi Nayura, memastikan suhu tubuhnya.
Nayura mengambil dan menggenggam tangan Elda, meletakkannya di dadanya. “Kaki sama badan aku masih sakit Ma. Aku pengen istirahat dulu aja, ya.” Beritahu Nayura.
Bekas jatuh kemarin masih terasa sakit. Meskipun, ia masih bisa jalan sih, tapi harus pelan-pelan banget. Membayangkan kelasnya yang terdapat di lantai dua, membuat Nayura memutuskan untuk tidak masuk sekolah dulu. Bisa tambah sakit ntar kakinya naik turun tangga.
“Ya sudah kalau gitu kamu istirahat saja, nanti Mama bawakan sarapannya, ya!” Ucap Elda mengusap pipi Nayura dengan sayang.
Gimana nggak sayang, anak semata wayang dan dapatinnya pun susah. Elda dan Rio memang tidak langsung di karuniai anak saat mereka menikah. Bahkan, butuh waktu hampir enam tahun untuk Elda dan Rio memiliki keturunan. Berbagai cara mereka lakukan. Hingga akhirnya, Tuhan mempercayai Nayura kepada mereka.
Nayura mengangguk pelan dengan senyuman manis yang terbit di wajahnya. Elda membalas senyuman tersebut, memilih bangkit dari sisi ranjang dan keluar dari kamar putrinya. Masih ada beberapa pekerjaan yang harus ia selesaikan.
Sepeninggalan Elda, Nayura kembali membaringkan tubuhnya dengan tangan yang sibuk mengusap-usap ponselnya. Nayura mengirimkan pesan di grup yang berisi dirinya, Tessa dan Stevi. Meminta bantuan sahabatnya untuk membuatkan surat ijin untuk dirinya.
Cegil
Nayura
“Stevi bantuin bikin surat ijin, yak!☺️”
Tessa
“Gue juga, yak!”
“Masih ngilu-ngilu nih, badan.🥺”
Stevi
“Yah, gue sendirian dong!😭”
Nayura
“Yaelah, gue juga kagak mau sakit kali!😒”
Tessa
“2in”
Stevi
“Ya udah deh, cepat sembuh sayang-sayangkuhhh!😘”
Tessa
“Huek!🤮”
Nayura cekikikan sendiri membaca room chat tersebut. Ia keluar dari room chat dan segera bangkit, saat ada sesuatu yang minta di keluarkan. Nayura melangkah menuju kamar mandi.
Setelah selesai membuang hajat, Nayura keluar dengan wajah basah yang tengah ia keringkan menggunakan tissue. Nayura berjalan menuju jendela dengan pelan. Membuka gorden dan membiarkan mentari pagi nan hangat masuk untuk menghangatkan ruangan.
Semilir angin terasa sejuk saat ia membuka jendela. Sudut bibirnya tertarik membentuk senyuman tipis. Melihat dedaunan basah oleh embun membuat hati Nayura terasa tenang.
Tok!
Tok!
Tok!
Reflek Nayura menoleh ke arah pintu, saat mendengar ketukan tersebut.
Ceklek!
“Non, sarapan dulu.” Ucap bibi Munaroh, melangkah masuk ke dalam kamar.
Nayura mendekat, membiarkan bibi Munaroh menyimpan sarapan di atas meja kecil yang ada di sudut ruangan. Nayura mendudukkan diri di sofa, memperhatikan sarapan pagi ini yang begitu menggugah selera.
“Di makan ya, non!” pesan bibi Munaroh selepas menaruh semua makanan tersebut.
“Iya bi, makasih ya!” Nayura mengangguk dengan senyuman yang terukir di wajah cantiknya.
Tangan putih mulus itu terjulur mengambil gelas yang berisikan susu hangat. Meskipun, tubuhnya masih sakit tetapi, Nayura sangat menikmati sarapannya. Setidaknya, makanan yang di masakkan bibi Munaroh mampu mengurai rasa sakit itu.
...****************...
Teng!
Teng!
Teng!
Bel pulang berbunyi, siswa-siswi tampak berhamburan keluar kelas memenuhi koridor sekolah. Sebagian berjalan beriringan menuju gerbang dan sebagian lainnya ada yang melimpir ke parkiran ataupun kantin.
Tak halnya dengan sekolompok remaja yang di gelari "Most Wanted Kalijo" mereka berjalan beriringan menuju parkiran.
“Wah, ada Jasmine tuh!” celetuk Afdal, saat tak sengaja melihat sosok perempuan cantik yang bernama Jasmine.
Reflek kepala Regi menoleh, mengikuti arah pandang Afdal. Benar yang dikatakan Afdal, ada Jasmine di ujung koridor sana. Gadis mungil berambut panjang itu tengah berjalan bersama temannya.
Sudut bibir Regi tertarik saat melihat Jasmine tersenyum. Cantik sekali, puji Regi. Tentunya di dalam hati.
“Samperin, gih!” seru Riski menggoda.
Regi menggelengkan kepala, baginya menatap dari jauh begini saja, sudah cukup.
“Ck, mau sampai kapan lo simpen perasaan lo!” decak Afdal geleng-geleng kepala. Sedikit kesal melihat Regi yang memendam perasaannya. Padahal, Regi sudah mengangumi Jasmine dari kelas sepuluh.
Tiba-tiba....
“Hai!” suara lembut menghentikan pembicaraan di antara mereka.
Regi, Afdal dan Riski sama-sama menolehkan kepala ke asal suara. Tampak seorang gadis bernama Jasmine itu, tersenyum manis. Namun, bukan untuk Afdal dan Riski melainkan, untuk Regi.
Regi balas tersenyum kemudian menyapa Jasmine balik meskipun gugup. “Hai!”
“Duluan, ya!” pamit Jasmine sedikit menganggukkan kepalanya. Yang di balas anggukan juga oleh Regi.
“Yah, kirain mau ngajak ngobrol ternyata, cuman nyapa, doang!” sesal Afdal.
“Ye, lagian kalian berdiri di persimpangan jalan, sih!” bukan Riski yang mencibir. Melainkan sang ketua yang tak lain adalah Gavian yang baru menyusul dari belakang.
Melihat kehadiran Jasmine membuatnya memelankan langkah. Ia tahu jika Regi diam-diam menyimpan rasa pada gadis tersebut.
“Iya juga, ya!” sahut Afdal dengan tangan menggaruk-garuk dahinya. Coba saja mereka nggak halangin jalan, mungkin si Jasmine bakalan ngobrol lama kali, ya! Hahahaha
Gavian melangkah turun tangga duluan. Yang kemudian di ikuti oleh Regi, Afdal dan Riski.
“Kayaknya lo makin dekat aja sama si Jasmine.” Celetuk Riski yang kebetulan sebelahan jalan dengan Regi.
“Lumayan lah, sejek kejadian waktu itu.” Jawab Regi jujur.
Sengaja jujur, kalau sama Riski Regi bisa jujur sebab ia yang paling dewasa setelah Gavian. Kalau Regi ngomong jujur sama si Afdal yang ada di ledekin terus ama tuh, bocah!
“Gue doain cepat jadian, deh." Ujar Riski menepuk bahu Regi memberikan semangat.
“Aaminn…” cepat Regi mengaminkan.
Tak terasa mereka sudah sampai saja di parkiran. Gavian terlihat terburu-buru menaiki motornya. Membuat Afdal, Regi dan Riski menatap heran ketuanya. Biasanya, Gavian suka santai-santai walaupun, bel pulang telah berbunyi. Hari ini kenapa berbeda?
“Bos, kok buru-buru?” tanya Afdal yang udah kepo banget liat tingkah aneh ketuanya.
Gavian tersenyum tipis, kemudian dengan santainya ngomong “Mau ketemu calon bini!”
Tin!
Gavian membunyikan klakson satu kali, lalu motor sport berwarna hitam itu melaju kencang menuju gerbang sekolah.
Meninggalkan Afdal, Regi dan Riski yang melongo mendengarkan jawaban ketuanya.
“Nggak salah dengar, kan! Si Gavian... mau ketemu calon bini?” tanya Afdal dengan tampang cengonya. Meminta validasi kepada Riski maupun Regi yang turut mendengarkan jawaban Gavian tadi.
Serentak dua cowok itu menganggukkan kepala.
“Kayaknya si bos sakit, dah!” gumam Afdal sambil mengelus-elus dadanya yang syok.
...----------------...
always always bagus!!
hebat!!! Udah cocok itu open comision
kondangan kita! Semur daging ada gak?
Setiap komentar dan dukungan kalian, sangat berharga bagiku. Membakar semangat untuk terus menulis🔥
Happy reading 🤗