Salahkah jika aku menyukaimu Abang?
Kedekatan Dea dengan Abang tirinya menghadirkan sebuah perasaan yang tak seharusnya ada, sebisa mungkin dia mencoba membuangnya namun tanpa dia sadari ternyata Abangnya juga menyimpan perasaan yang sama untuknya.
Ada yang penasaran? yuk simak cerita mereka 😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Whidie Arista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Aku menatap langit-langit kamar dalam diam, pikiranku berkelana entah kemana, yang jelas perasaanku saat ini sedang tak baik-baik saja.
Sepertinya aku harus bicara pada Ibu, aku beranjak bangun dan berjalan turun setengah berlari.
“Ada apa Ya?” aku berpapasan dengan Pak Bagas yang tengah membawa secangkir kopi dari dapur, dia agaknya hendak pergi ke ruang kerjanya.
“Emh, Ibu udah tidur belum Pah?” tanyaku padanya.
“Oh, belum kayanya,” jawabnya sambil menyeruput sedikit kopinya.
“Dea izin masuk kamar ya Pah, ada yang mau Dea omongin sama Ibu.” ucapku.
Pak Bagas tersenyum lembut, “kamu pake minta izin segala Ya, tinggal masuk aja lagian Papah juga mau kerja bentar ada yang musti Papah urus.”
“Iya makasih Pah, Dea gak akan lama ko.”
“Kamu ini kaya sama siapa aja sih Ya, saya kan juga Papah kamu gak usah sungkan kaya gitu.”
“Iya Pah, makasih,” Aku nyengir sambil berlalu pergi ke kamar Ibu, “Bu!” aku mengetuk pintu sambil memanggil namanya.
“Masuk aja Ya, gak di kunci ko,“ sahutnya.
Aku membuka pintu kemudian masuk, tampak Ibu tengah duduk di depan meja rias, aku menutup pintu kamar kembali dan beranjak menghampiri Ibu.
Aku menunduk menatap lantai sambil menghirup udara dalam-dalam, “Bu, apa Ibu minta uang lagi ke Ayah?” tanyaku hati-hati.
Ibu memutar posisi duduknya jadi menghadap kearahku, “kenapa kamu nanya gitu Ya?”
“Mulai sekarang Ibu gak usah minta lagi uang ke Ayah, Dea akan kerja dan ngasilin uang buat sekolah Dea sendiri.” ucapku mantap.
Ibu menatap tajam kearahku, “Ayah nemuin kamu?” aku mengangguk tanpa kata, “apa yang dia bilang?” aku hanya diam tak ingin menjawab.
“Kamu juga Anaknya Ya, sudah sewajarnya dia membiayai kebutuhan sekolah kamu, dasar brng*sk Ayah macam apa dia itu.” Ibu mengepalkan tangannya erat.
“Udah lah Bu, Dea udah males berurusan sama Ayah, Dea bisa ko biayain sekolah Dea sendiri, jadi Ibu gak usah minta uang lagi ke dia.” aku tetap teguh pada pendirianku.
“Dia bilang apa aja ke kamu tadi?”
Aku menghela nafas dalam kemudian menuturkan semua yang Ayah katakan padaku tadi siang tanpa aku rekayasa sedikit pun pada Ibu. Wajah Ibu tampak geram, dia mengatur napasnya untuk menekan amarah yang mungkin telah mencapai ubun-ubun kepalanya.
“Dea pulangin lagi uangnya ke Ayah, Dea gak mau nerima uang itu kalau dia gak ridho.” ucapku dengan bibir bergetar.
“Kamu udah bener Nak, kita gak bisa terus merendahkan diri di hadapannya. Kamu gak usah khawatir soal uang sekolah Ya, kamu itu tanggung jawab Ibu, Ibu gak akan biarin apa pun sampe terjadi sama kamu.” Ibu bangkit dan membawaku dalam pelukannya.
“Iya Bu.” aku berucap lirih.
“Gimana kerjaan kamu?” aku melongok mendengar perkataan Ibu.
“Ke-kerjaan apa Bu?” aku merasa tenggorokanku seakan tercekat, aku pura-pura tidak mengerti apa yang Ibu tanyakan padaku.
Ibu tertawa kecil, “kamu pikir Ibu gak tahu gitu kalau selama ini kamu kerja paruh waktu di Sonya Kafe.” aku langsung menutup mulut rapat-rapat.
“Ja-jadi Ibu tahu semuanya?” aku mengkerut takut.
“Tentu saja Ibu tahu Dea, kamu pikir Ibu gak pernah merhatiin kamu gitu, anak gadis pulang malem tiap hari apa kamu pikir Ibu gak curiga, kerja kelompok, les, itu gak ada tiap hari sayang, Ibu tetap membiarkan kamu karena itu gak berpengaruh sama nilai kamu di sekolah dan Ibu juga tahu kenapa kamu ngelakuin itu.” ucap Ibu panjang lebar.
Aku menundukkan pandangan, “Maaf Bu, Dea udah bohong sama Ibu, Dea ngelakuin itu karena Dea gak mau ngerepotin Ibu, Dea tahu susahnya nyari uang itu gimana.” aku berucap lirih.
Ibu menangkup wajahku dengan telapak tangannya dan menatap mataku dalam, “Kamu tahu Ya, terkadang Ibu sedih karena kamu terlalu Dewasa di usia kamu sekarang, kamu terlalu pengertian untuk seorang remaja.”
“Jadi Ibu pengen Dea jadi anak yang nakal?” kekehku.
Ibu tertawa kecil, “gak gitu juga, kamu boleh bersikap manja, kamu boleh merajuk saat kamu menginginkan sesuatu pada Ibu seperti anak-anak yang lain.” aku mendengus senyum saat mendengarnya.
“Maaf Bu, harga diri Dea melarang Dea ngelakuin itu.” Ibu tergelak mendengar kata-kata yang keluar dari mulutku.
“Ada-ada aja kamu.”
“Tapi Bu, Dea udah gak kerja lagi di Sonya Kafe sekarang.”
“Loh, kenapa?”
“Dea lagi pengen fokus belajar aja sekarang, gak papa kan Bu?”
“Kamu ngomong apa sih Ya, ya boleh lah emangnya kapan Ibu nyuruh kamu kerja?” aku tersenyum senang.
“Makasih ya Bu, tapi Ibu jangan minta uang lagi ke Ayah ya, Dea gak mau uang Ayah lagi. Nanti Dea akan cari kerja lagi, untuk sementara ini Dea masih punya simpenan ko.” Ibu hanya menghela nafas sambil mengangguk mengiyakan.
Setelah bicara panjang lebar dengan Ibu aku pun keluar, ternyata Ran ada di luar pintu.
“Abang lagi ngapain? Mau ketemu Ibu juga?” tanyaku dengan tatapan penasaran.
“Hah? Eh itu, Abang lagi nyari Pokemon,” ucapnya dengan gugup sambil melihat kesana kemari pura-pura mencari sesuatu.
“Nyari pokemon pake botol yogurt?” aku melipat tangan di dada.
“Hah?” Ran menatap benda dalam genggamannya kemudian berdecak, “Iya Abang ngaku, Abang nguping pembicaraan kamu dan Ibu tadi.” ucapnya lirih.
“Lagian alesan Abang aneh banget, masa nyari Pokemon sih, emang Abang masih main game itu?”
“Nggak sih,” ucapnya sambil menggaruk-garuk kepalanya.
“Dasar.”
“Tadi kamu ngobrol apa aja sama Ibu?” Ran berjalan mengikuti langkahku.
“Abang kepo ih. Bukannya Abang nguping tadi, Abang pasti denger dong apa yang Dea dan Ibu omongin.” cibirku.
“Gak ada, suara kamu kecil banget jadinya Abang gak denger apa-apa.” keluh Ran.
“Bagus kalau gitu.”
“Lah ko bagus?”
“Nguping pembicaraan orang lain itu gak sopan tahu Bang,” aku menghentikan langkahku saat mencapai pintu kamar, begitu pun dengan Ran, “Abang ngapain?” aku heran saat dia tetap berada di belakangku.
“Hah?” lagi-lagi dia tampak melamun.
“Dea tanya Abang ngapain, ini kamar Dea itu kamar Abang di sebelah.” keluhku, entah kenapa akhir-akhir ini aku sering melihat Ran tampak melamun, apa dia sedang ada masalah?
“Ah, maaf Abang lupa.” dia tersenyum canggung sambil menepuk dahinya, kemudian berjalan menuju pintu kamarnya sendiri.
“Abang kenapa sih, lagi ada masalah?” tanyaku bersungguh-sungguh.
“Masalah? Mana mungkin Ya, masalah gak bakal berani deketin Abang.” ucapnya penuh kesombongan.
“Dih, orang aku nanya serius juga.” aku mencebikkan bibirku kesal dengan jawaban Ran.
“Abang juga serius Ya, maslah apa sih yang bisa menghampiri Abang kamu yang hebat ini,” lagi-lagi nada suaranya terdengar sombong.
”Ya udahlah terserah Abang.” Aku langsung masuk kedalam kamar karena malas meladeninya.
maknya menjauh...
❤❤❤❤😀😀😀😀
❤❤❤❤❤
rapi teenyata Dea masih malu2...
😀😀😀❤❤❤❤
❤❤❤❤❤
awal bertemu di rumah Ran ..
dia kan musuhin Dea..
apa.karena gak yeeima papanya nikah lagi...
😀😀❤❤😘😍😍😙
tapi Dea gak tau...
pantesan Ean betah jomblo..
laahhh...
wmang nungguin Dea...
❤❤❤❤❤
apa masalah flo dimas dan Ran..
❤❤❤❤❤
pasti Ran jujur jga klao suka ma Dea..
😀😀😀❤❤❤😍😙😗
ko bisa flashback Thor
❤❤❤❤
😀😀❤❤❤
akankah dea cemburu kalo tau flora sekampus ama Ran?
❤❤❤❤
bolrh banget malahhh..
halal kok..
😀😀😀❤❤❤❤
biar gak terlambat...
😀😀😀❤❤❤
bingung mau ngaku syka ama Dea...
😀😀😀❤❤❤❤
❤❤❤❤❤❤❤😍😙😙😙
yg ketahuan jadian....
❤❤❤❤❤
mkasi udah up banayakkkk...
❤❤❤❤❤