NovelToon NovelToon
Anak Yang Terabaikan

Anak Yang Terabaikan

Status: tamat
Genre:Balas Dendam / Wanita Karir / Mengubah sejarah / Kontras Takdir / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / Anak Yang Berpenyakit / Tamat
Popularitas:937.6k
Nilai: 4.8
Nama Author: Muliana95

Bagaimana rasanya, jika kalian sebagai seorang anak yang di abaikan oleh orangtuamu sendiri?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliana95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Vania kesal

Adira pulang dengan diantarkan oleh Johan. Ella memang tidak tahu, jika Adira belum pulang. Karena setelah mengantar Vania ke rumah, dia langsung menuju butiknya.

Adira sampai bertepatan dengan Ella, melihat mertuanya mengantarkan Adira. Ella langsung memberikan tersenyum dan menyalami mertuanya.

"Baru pulang kamu nak?" tanya Johan, sedangkan Adira langsung masuk kedalam. Karena lagi malas bertemu Ibunya.

"Iya Yah, Ayah kok bisa bareng sama Adira?" sambil berjalan.

"Oo tadi, Ayah bantu Adira untuk ambilkan rapornya. Dia kan, gak punya keluarga. Selain Kakeknya." sindir Johan.

"Bu-bukan begitu Ayah, Ayahnya anak-anak hari ini keluar kota. Dan aku nemani Vania ambil rapor. Tapi, aku udah minta tolong sama Bu Mar kok Ayah." bela Ella.

"Awas kamu Adira! Kamu mempermalukan aku sama Kakekmu." batin Ella

Johan menghela napas dan menghentikan langkahnya. Dan Ella juga ikut menghentikan langkahnya.

"Kenapa, sesekali gak Vania saja yang di temani Bu Mar? Kenapa harus Adira? Berulang kali Ayah katakan. Adira anak kalian. Dia juga punya perasaan. Vania memang lebih membutuhkan kalian. Tapi seolah-olah kalian memperlakukan Adira seperti dia bukan bagian dari kalian." papar Johan kembali melangkahkan kakinya.

"Maaf Ayah ..." lirih Ella.

"Jangan minta maaf pada Ayah, minta maaf lah pada anakmu. Orang tua pun, harusnya bisa meminta maaf pada anak. Itu berguna untuk membesarkan hatinya." seru Johan.

Setelah menikmati suguhan yang disediakan. Johan akhirnya pamit. Tentu saja Vania dan Adira juga ikut untuk mengantarkan Kakek tercintanya.

"Adira, kamu cerita apa saja sama Kakek?" tanya Ella menarik tangan Adira. "Kamu udah bikin Ibu malu tahu gak?" teriak Ella. Dia memang sudah sejak tadi menahan amarah. Apalagi saat mengambil rapor Vania yang tidak sesuai harapannya.

"Aku gak cerita apapun Bu." kilah Adira.

"Dia pasti bohong Bu. Kalau gak, kenapa Kakek bisa ambil rapor mu?" tanya Vania mencoba untuk memanfaatkan suasana.

"Iya, coba kamu jelaskan, kenapa Kakek bisa ambil rapormu?" tanya Ella.

"Adira!" seru Ella karena Adira tetap bungkam.

"Karena aku cemburu sama semua teman-temanku. Bahkan banyak dari temanku mengira jika aku adalah anal dari Bu Mar, ataupun Bu Siti. Gak ada satupun dari mereka yang tahu wajah asli dari Ibu dan Ayah." teriak Adira.

"Itu bukan alasan yang masuk akal." ucap Ella.

"Jadi, menurut Ibu, apa alasan yang masuk akal?" tanya Adira. "Bahkan, Ibu gak pernah tahu aku dikelas mana. Saat rapat wali murid pun. Ibu tidak pernah datang kan? Jadi aku salah?" tanya Adira beruntun, dia langsung meninggalkan Ibu dan Vania.

Baru saja Adira melangkahkan kakinya beberapa langkah.

"Adira?" panggil Vania membuat Adira menghentikan langkahnya.

Vania langsung menarik kalung yang dipakaikan oleh Adira. Dan itu membuat Adira menjerit karena sakit.

"Dapat dari mana?"

"Bukan urusan mu." jawab Adira mencoba untuk merampas kembali kalungnya. Namun gagal karena keburu di ambil Ella.

"Dapat dari mana?" tanya Ella menekan.

"Kakek yang beri. Kembalikan punyaku." rampas Adira.

"Kenapa Kakek bisa memberimu kalung?" tanya Vania cemburu.

"Karena aku mendapatkan juara satu." jawab Adira.

"Bu ,,, aku juga mau." rengek Vania.

"Diam Vania, kamu bahkan tidak dapat juara." bentak Ella meluapkan emosi.

"Ibu ..." lirih Vania dengan mata berkaca-kaca. Bahkan meninggalkan Adira dan Ibunya.

"Wah benarkah? Aku baru tahu kalau Kakak gak dapat juara." teriak Adira sambil terkekeh, sambil berlari menaiki tangga menuju kamarnya.

"Adira, mau kemana? Ibu belum habis bicara." teriak Ella.

...🍁🍁🍁🍁🍁...

Hari ini Afandi Pulang dari luar kota. Dia membawa oleh-oleh untuk kedua anaknya. Dan khusus untuk Vania dia juga membeli kalung sesuai permintaan anak gadisnya.

"Makasih Ayah, udah beliin Vania kalung. Vania sayang Ayah." ucap Vania melirik Adira. Dia bertujuan agar Adira panas. Namun, jangankan panas, melirik saja tidak.

"Ini untuk Adira." kata Afandi menyerahkan sebuah kotak.

"Makasih Ayah." seru Adira membuka kotak yang berisikan sepatu.

"Lah, kok nomor 37 sih Yah, aku kan 39. Ini mah kekecilan." rajuk Adira.

"Oo iya kah? Ayah gak tahu ukuran sepatu mu." kekeh Afandi.

"Berarti ini punya ku. Makasih Ayah, karena telah mengingat ukuran sepatuku." seru Vania merampas sepatu Adira.

"Tapi ini punyaku." ucap Adira mencoba merebut kembali punyanya.

"Udah deh ah, lagian kamu kan gak muat. Udah seharusnya itu untuk Kakak mu. Kalau di buang kan gak mungkin." ucap Ella melihat perdebatan anak-anaknya.

"Jadi, aku gak ada apa-apa?" tanya Adira.

"Jangan cengeng. Udah gede juga. Malu sama umur." cetus Ella jengah.

"Ya udah, kamu siap-siap sana. Kita beli oleh-oleh lain untukmu." kata Afandi karena melihat mata Adira berkaca-kaca.

"Udah gak usah kemana-mana, Ayah baru pulang. Pasti capek." ujar Ella. Langsung membuat Adira yang semula hendak berdiri kembali duduk.

"Ya sudah, nanti sore kita pergi berdua ya. Ayah istirahat dulu."

Sore harinya. Adira yang memang tidak lagi mempercayai janji orang tuanya belum lah mulai bersiap-siap. Berbeda dengan Vania yang memang berencana untuk ikut. Sedang kan Ella, dia sudah ke butik karena ada beberapa klien yang harus ditanganinya langsung.

"Adira." panggil Afandi membuka kamar.

"Kok belum siap-siap." lanjutnya.

"Oo emangnya jadi?" tanya Adira yang sedang sibuk dengan ponsel pintarnya.

"Jadi, kita pergi sama Kak Vania. Tadi dia udah siap-siap."

"Ibu?"

"Ibu kembali ke butik."

"Ya udah. Ayah tunggu ya." mohon Adira langsung bergegas.

Di bawah, Vania yang melihat Afandi turun pun. Langsung memanggil Ayahnya agar duduk bersama.

"Mana Adira Yah?"

"Lagi siap-siap." ujar Afandi mendudukkan pantatnya di samping Vania. Vania langsung merebahkan kepalanya di bahu Ayahnya.

"Ayah, nanti kalau aku tamat SMA, aku mau kuliah di luar negeri. Boleh gak?"

"Bukannya gak boleh sayang. Tapi kan kamu tahu sendiri, kalau kesehatanmu tidak lah baik. Kamu kuliah dekat-dekat sini aja. Biar kamu selalu dalam pantauan kami." seru Afandi.

"Kalau gitu, aku juga gak mau, kalau nanti Adira kuliah diluar kota atau diluar negeri." rajuk Vania. Namun Afandi hanya tersenyum melihat tingkah anak sulungnya.

Tak lama kemudian Adira turun dari lantai dua. Mereka pun berangkat ke pusat belanja. Dengan Adira yang duduk di belakang.

Begitu sampai. Vania langsung mengandeng Ayahnya. Namun Adira juga gak mau kalah. Dia juga ikut mengandeng Ayahnya di sebelahnya lagi.

"Ayah, kita beli baju dulu yuk." ajak Vania.

"Tapi aku lapar Yah." rengek Adira. Dia sengaja ingin membuat Vania kesal.

"Ya udah, kita cari makan dulu." sahut Afandi.

Setelah selesai makan, mereka melanjutkan acara dengan keliling mall. Sampai akhirnya Vania kembali menarik Afandi untuk membeli baju yang kesekian kalinya. Tapi Adira kembali mematahkan harapan Vania dengan menarik Afandi ke tempat sepatu.

"Kan tadi, Ayah mau gantiin aku oleh-oleh. Jadi, Ayah harus membeli apa yang aku mau dulu ya." rayu Adira, dan di iyakan oleh Afandi.

Muka Vania langsung memerah. Padahal tadi sebelum berangkat dia ingin membuat Adira cemburu. Karena Ayahnya pasti menuruti setiap keinginannya. Namun, dia salah.

1
Sulfia Nuriawati
baru sadar maknya kalo anak emas bs jd anak g berguna
Sulfia Nuriawati
kalo org tua secara atw g suka kyk pilih kasih, pasti anaknya yg sll jd anak emas bakal bikin malu ortunya, byk kejadian kyk crta ini d sktr kita, jd bljr lah jd ortu yg bijak jg adil, apapun yg terjd pd anak adil jgn pilih kasih
mimief
finally beautiful ending..
semua orang berhak atas kesempatan kedua bukan
walaupun mesti di hajar kanan kiri juga
makasih atas cerita indah nya thor
mimief
bisa banget ma
siap donk dikabulkan..
masalah nya dia mau ga mah?

🤣🤣🤣
mimief
ya elah bang..itu diijek Lo bikan di Elis
Napa kok jadi nyetrum,mang ga sakit apa?
eh sakitan kalau dia Ama yg lain ya
injek injek dah kaki
daripada hati yg diinjek injek🤣🤣
Muliana: /Curse//Curse/
total 1 replies
mimief
mang ga normal🤣🤣
mimief
Luar biasa
Muliana: /Heart//Heart/
total 1 replies
Desi deshiny
karya mu bagus kak author .aku ikutan mewek baca nya...teruslah berkarya ...lahirkan novel "yg bagus lain nya....sukses terus kak.
Muliana: Wah, makasih banyak komen positifnya.
Jangan lupa, baca karyaku yang ongoing juga ya, judulnya KORBAN PERCERAIAN /Heart/
total 1 replies
Heny
Terima nasib y vania km jht sm adik mu dan durhaka sm ortu
Muliana: Heumm /Smug/
total 1 replies
Heny
Baru sdr y bu Ela dulu kmn yg diurus disayang vania vania
Muliana: Dulu Vania ialah segala-galanya, bahkan kamu tega melupakan Adira
total 1 replies
Heny
Vania pinter tp bisa dimanfaatkan dng mudah
Heny
Karma hidup terlalu sombong dan tdk peduli dng keluarga
Heny
Adira klau mm dan pp mu gk peduli lbh baik km tinggal sm kakek kasim yg jauh dr kota.
Muliana: Karena disana, kamu akan lebih aman dan nyaman
total 1 replies
Heny
Satria km diam y ini urusan ifana
Heny
Mantap 👍
Ira
siapa yang jijik sama afandi dan ella..angkat kakinya.. udah numpang.. gak tau malu banget lagi, apa lgi si hanna sialan itu... dengn PD nya minta kamar milik adira.. cih j*al*g aja belagu.... si paling sakit sakitan lah..

author makasih ya diawal cerita bikin aku nangis terus..
Muliana: /Heart//Heart/
Ira: eh.. ak typo yg hanna it aturan vania loh
total 2 replies
Heny
Vania emang kebangetan sm saudara di cemburui
Heny
Ortu nya pilih kasih
Heny
Vania banyak tingkah
Firman Firman
semoga kedepannya athour bisa membuat novel yg lebih keren 👍 lagi..dan tambah sukses..suka ceritanya GK monoton
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!