Seraphine Grey meminta ibu dari Damien Knox untuk menjodohkan mereka berdua karena ia tahu Damien tidak bisa menolak permintaan ibunya. Dari dulu Sera sudah mencintai Damien, namun bahkan hingga tiga tahun pernikahan mereka perasaannya tidak terbalas sedikitpun.
Damien hanya mencintai satu wanita. Saat wanita itu kembali, Damien dengan tega membawanya ke dalam rumah pernikahan mereka. Sera meninggal tragis saat mencoba menjauhkan wanita itu dari Damien.
Tuhan memberinya kesempatan kedua. Sera kembali ke malam pertama pernikahan mereka. Rasa sakit yang Sera dapatkan selama menikah dengan Damien membuat Sera tidak lagi mengemis cintanya. Sera ingin secepatnya pergi namun fakta baru yang didapatkan tentang benang kusut antara Sera, Damien, dan mantan kekasih Damien yang tak pernah terurai membuatnya ragu. Apakah Sera akan tetap pergi atau mengurai misteri yang ada bersama Damien?
✯
Cerita ini murni ide penulis, kesamaan nama tokoh dan tempat hanyalah karangan belaka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Mobil hitam yang dikendarai oleh Sera berhenti di halaman depan rumah besar Knox. Ia turun dengan tergesa-gesa, lalu berlari masuk ke dalam rumah. Ia sangat mengkhawatirkan Adelina.
Saat malam, Adelina hanya tinggal sendirian di rumah ini. Pembantu yang bertugas memasak dan membersihkan rumah hanya datang saat pagi lalu pulang sore hari.
Pintu utama tidak terkunci, Sera melewati ambang pintu sambil memperhatikan sekitarnya waspada. Setelah memastikan tidak ada siapapun di ruang tamu dan ruang keluarga, Sera pun membawa tungkainya menuju ruang makan dan dapur.
Kosong.
Tidak ada siapapun.
“Apa orang itu sudah pergi?” Gumam Sera. Ia hendak berbalik, namun sayup-sayup terdengar suara seseorang dari halaman belakang.
Sera membuka sandalnya, lalu melangkah dengan suara minim menuju halaman belakang. Ia buka pintu dapur sedikit, lalu mengintip keluar.
Ia melihat seorang pria setinggi Damien berdiri membelakanginya, tangannya yang satu ada di telinga memegangi ponsel. Dia sedang berbicara lewat sambungan telepon dengan seseorang.
“... Iya, aku sudah di rumah keluarga Knox.” Pria itu menganggukkan kepalanya seolah sedang menyetujui sesuatu. “Aku sudah melakukannya.”
“Ya… iya, tenang saja.”
Sera menatap tajam punggung orang itu, posturnya dari belakang mirip sekali dengan Damien.
“Apakah orang ini yang dilihat Laura bersama Aurel? Kalau benar dia, apa yang dia lakukan disini?” Monolog Sera. Orang itu terlihat sudah mengakhiri teleponnya, dia memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya.
Sebuah ide gila terlintas dalam kepala Sera, ia harus tahu siapa pria itu dan apa yang dia lakukan disini. Sambil mengepalkan tangannya, Sera keluar lalu menghampiri pria itu.
“Damie, kamu ke rumah mama juga? Tahu gitu, kita bisa barengan tadi.” Ucap Sera seraya memeluk pria itu dari belakang. Sera bisa merasakan tubuh pria ini menegang, dan Sera bisa mencium aroma cologne maskulin khas Damien. Jangan-jangan benar Damien? Tapi kalau memang Damien dia tidak mungkin berbicara seperti itu di telepon, dan suaranya juga berbeda.
“Aku nggak suka pergi sama kamu.” Suara yang tadi Sera dengar berbeda dari suara Damien, sekarang terdengar sama dengan suara Damien.
Sera membelalakkan matanya. 'dia juga bisa meniru suara Damien. Siapa orang ini?’
Sebisa mungkin Sera menahan tubuhnya agar tidak gemetaran. Ia sebenarnya takut, tapi keinginan untuk mengetahui orang ini jauh lebih besar dari ketakutannya.
“Kamu habis nelpon sama siapa? Terus ngomongin apa?” Tanya Sera masih memeluk, dalam hati ia berharap pria ini berbalik dan menatapnya.
“Sama Aurel.”
Tangan pria itu mengusap pelan punggung tangan Sera, memberikan sentuhan ringan disana. Bulu kuduk Sera langsung berdiri, kenapa rasanya orang ini mengingatkannya pada Damien di kehidupannya yang dulu? Kenapa orang ini terasa sangat familiar dan asing disaat bersamaan.
Sera menelan ludah, refleks menarik tangannya. “Ayo pulang.”
“Aku ada urusan.” Pria itu berbalik, namun secepat kilat menutup mata Sera dengan telapak tangannya. Tidak membiarkan Sera melihat wajahnya.
Pria itu melangkah cepat ke halaman depan, Sera mengejarnya. Namun, jalan pria itu cepat sekali. Dalam sekejap dia sudah berada di luar gerbang, masuk ke salah satu mobil yang entah sejak kapan ada sana. Padahal tadi, saat Sera datang, mobil itu tidak ada.
“Aku tahu Damien tidak punya adik apalagi kembaran. Dia anak tunggal, sama seperti aku. Terus siapa orang tadi? Kenapa dia ada di rumah ini? Kenapa dia bisa masuk ke rumah ini?” Tatapan Sera mengikuti mobil itu hingga lampu belakangnya mengecil di kejauhan. Bibirnya mengatup rapat. Ia menarik napas panjang, menahan rasa takut yang perlahan muncul.
Setelah mobil itu tidak lagi terlihat, Sera kembali masuk ke dalam lalu naik ke lantai dua. Ia menghembuskan nafas panjang sebelum mengetuk pintu kamar Adelina.
Tok... Tok... Tok...
"Mama, ini aku." Kata Sera, suaranya keras memenuhi lantai dua.
Pintu terbuka, Adelina keluar dengan wajah tertekan. Ia langsung memeluk Sera.
"Damien mana?" Tanya Adelina mengusap lembut rambut Sera yang berantakan.
“Damien nggak di rumah, ma. Jadi aku sendirian kemari.”
“Yaudah, nanti mama marahin.”
“Jangan, ma.” Larang Sera.
“Kenapa?” tanya Adelina sembari mengajak Sera ke salah satu ruang santai yang ada di lantai dua. Mereka duduk di sofa panjang, menghadap dinding yang terpasang televisi layar besar.
“Ya, jangan aja, ma. Damien pasti lagi sibuk.” Ujar Sera.
“Mama nggak ngerti kenapa kamu bilang yang tadi itu bukan Damien,”
Sera menghela nafas berat. Meskipun tidak melihat wajahnya, meskipun postur tubuhnya sangat mirip dengan Damien, Sera tahu pria itu bukanlah Damien.
“Ma, jarak rumahku dan rumah ini membutuhkan waktu setidaknya dua puluh lima menit. Sementara waktu mama nelpon tadi, Damien belum sampai tiga puluh menit keluar rumah. Nggak mungkin Damien bisa sampai secepat itu, nggak mungkin juga Damien datang terus duduk di meja makan tanpa nyapa mama.” Kata Sera menjelaskan panjang lebar. Ia tahu Damien sangat menyayangi Adelina. Damien tidak pernah mengabaikan Adelina.
Dan yang terpenting, saat orang itu menelpon, suaranya bukan suara Damien. Dia hanya seseorang yang sedang meniru Damien untuk melakukan sesuatu.
“Iyaa, mama percaya sama kamu. Terus gimana sekarang? Masa mama harus nyewa penjaga, kamu kan tahu mama nggak suka ada orang lain di rumah apalagi saat malam.”
Ya, Sera tahu itu. Adelina tidak suka ada orang lain selain keluarga dan orang yang sangat dekat dengannya berada di rumah ini. Adelina pernah punya trauma di masa mudanya, penjaga yang disewa ayahnya hampir membunuhnya. Sejak saat ini Adelina tidak mau pakai penjaga lagi.
Sera memegang lembut tangan Adelina. “Mama bisa tinggal sama aku dan Damien. Rumah ini udah nggak aman kalau mama tinggal sendirian.”
Setidaknya jika Adelina tinggal bersamanya, ia bisa menjaga Adelina dan mencegah kematian Adelina yang mungkin direncanakan oleh keluarga Guapo. Dan juga menjaga dirinya dari amarah Damien.
“Rumah ini punya banyak kenangan, mama nggak bisa ninggalin gitu aja. Mama udah ngabisin banyak waktu sama papa Damien disini.”
“Tapi, aku khawatir kalau mama sendirian disini. Mama bisa datang kapanpun ke rumah ini. Please, ma…” Sera memohon dengan wajah dibuat sesedih mungkin.
“Baiklah. Mama nurut.” Adelina yang tidak tega melihat ekspresi sedih Sera pun setuju.
Sera menghembuskan nafas lega, setidaknya untuk sekarang apapun yang direncanakan oleh pria tadi—yang kemungkinan berasal dari keluarga Guapo, rencananya tidak akan berjalan mulus.
...✯✯✯...
...Like, komen dan vote 💗...
kyanya Sera dijebak..😩
jangan lupa mampir juga keceritaku PENJELAJAH WAKTU HIDUP DIZAMAN AJAIB