NovelToon NovelToon
ANA - Terlanjur Salah Pilih

ANA - Terlanjur Salah Pilih

Status: sedang berlangsung
Genre:Pelakor / Poligami / Cinta Terlarang
Popularitas:567
Nilai: 5
Nama Author: Frans Lizzie

Ana yang baru masuk ke tempat kerja baru, terpikat dengan Aris, pemuda yang tampan, baik, rajin bekerja dan sopan. Sempat pacaran selama setahun sebelum mereka menikah.
Di tahun kedua pernikahan mereka, karakter Aris berubah dan semakin lama semakin buruk dan jahat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Frans Lizzie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11 - Info 1 tentang Aris

Ana masih bisa mengingat gerak telapak tangan Aris ketika memijatnya. Sungguh membuat otot-ototnya jauh lebih rileks, membuat ia tidur nyenyak sesudahnya. Dan tentu saja tubuhnya jauh lebih bugar keesokan harinya.

Astaga! 

Oh Tuhan!  

Gila. Sungguh gila.    

Dan akhirnya dengan pikiran gilanya itu, Ana tetap melanjutkan pekerjaannya di keesokan harinya. 

Juga keesokan harinya lagi.    

Tiga hari sudah  berlalu. 

Selama tiga hari itu, Ana sama sekali tidak pernah melihat Aris. 

Mendengar tentang dia pun tidak. Tidak di hotel. Tidak di mess. Tidak pula di warung Jawa tempat biasa anak-anak mess dan pekerja jomblo lain berkumpul.  

Padahal Ana selalu berharap bisa bertemu dan bisa bercakap-cakap dengannya. Agar bisa membahas kejadian saat ada tugas express Appreciation Gathering dan malam pijat memijat yang intens itu.     

Pengalaman baru berhubungan dengan lawan jenis yang intens dan intim itu membuat Ana candu. 

Tapi Ana masih malu dan gengsi kalau harus berinisiatif bergerak terlebih dahulu. 

Dan memang sebetulnya itu memang sesuatu yang memalukan. Sungguh bertolak belakang dengan didikan keluarganya saat Ana kecil.    

Walau dalam hati kecil, Ana sudah memantapkan hati untuk berani memulai petualangan baru sebagai wanita dewasa. 

Tapi….   

Tiga hari berlalu dan bahkan ini sudah jalan hari keempat .…Aris hilang bagaikan asap dari sebatang lilin yang baru saja yang ditiup sampai padam. 

Pernah ada…dan kini tak ada sisanya.

Namun Ana tetap berusaha mengorek keterangan dari sana sini untuk mengetahui posisi Aris saat ini.

Informasi pertama datang dari Hendra ketika mereka sedang makan siang di kantin.

Ana turun makan ke kantin pukul 13.00. Kantin sudah agak sepi karena memang sudah termasuk telat untuk jam makan karyawan operasional. 

Setelah mengisi tray-nya dengan makanan yang disediakan, Ana menghampiri meja yang ada Pak Huda yang sedang menikmati segelas besar kopi hitam (hot Americano).     

“Good afternoon Pak Huda,” sapa Ana. Standard sapaan bagi sesama hotelier di tempat kerja. “Boleh saya duduk di sini.”  

“Oh, silahkan Miss. Baru makan siang?”   

Ana tersenyum. “Biasa kerjaan. Tapi Pak Huda juga baru makan nih. Nyatanya ada di kantin,” gurau Ana dengan sopan.   

“Ck, kalau saya bukan karena sibuk,” decak Huda. “Saya sudah makan sejak tadi. Habis makan saya jadi ngantuk tadi kantor. Makanya ke kantin lagi minta kopi.”    

Ana tertawa kecil. “Wah enak betul. Kalau ngantuk bisa ke kantin buat ngopi.”     

“Memang pekerjaan di HR tuh slow, makanya bisa ngopi santai.” Tiba-tiba saja Hendra duduk di samping Ana.    

“Ah, sirik ajalah kau ini.”     

“Lha iyalah, di HR kemana-mana cuma bawa map. Jalan ya di koridor yang bersih dan lapang. Lha, kami…. Naik ke atap benerin kabel listrik yang kotor, mesin yang ber-oli…”      

Belum selesai Hendra mengomel, Huda sudah memotong, “Ya sudah kalau ingin pindah ke HR bikin lamaran sana ke Bu Ratna.”    

Hendra langsung berhenti ngomel berganti dengan nyengir sambil mengangkat tangannya. “Udah..udah..jangan panas, Bang. Sori, sori, kalau aku agak bad mood. Lagi capek banget aku. Banyak kerjaan, banyak complain. Mana yang complain tamu-tamunya Pak Halim lagi. Mereka minta ini itu, udah dikerjain,  tambah lagi ini itu. Terus menerus, bergantian antara tamu yang satu ke tamu yang lain. Aahhh….pening-lah kepala awak.” 

Hendra membuka bungkusan nasi Padang-nya. Lalu mulai memasukkan nasi, daging dan sayur dalam suapan besar ke mulutnya.     

Pak Halim? Sang owner? Bukankah Mas Aris karyawan favoritnya beliau? Tanya Ana di dalam hatinya.    

Otak Ana langsung bereaksi mendengar kata Pak Halim. Akhirnya pasti akan ia ketahui keberadaan Aris yang lenyap seperti hantu.     

“Pak Halim? Bukankah yang selalu handle beliau itu Mas Aris?” tanya Ana dengan nada suara yang sewajar mungkin seakan-akan itu hanya sekedar celotehan sesama orang yang sedang makan siang bersama. 

Padahal…    

“Udah 3 hari ini Pak Aris ambil cuti,” sahut Hendra sambil menggigit rendangnya dengan frustasi. “Ini Pak Syamsul bukannya yang gantiin handle kemauan Pak Halim, malah semua dilempar ke aku. Harusnya kan level manajer yang hadapi owner.  Kenapa aku yang handle. Aku lebih milih handle complain tamu biasa daripada Pak Halim ini.”   

“Senin dia udah masuk lagi kok,” sahut Huda menenangkan. “Cutinya sampai Sabtu. Dengar-dengar dia pergi ke Natuna hadiri nikahan adiknya, ya.”     

“Iya aku dengar begitu juga pas briefing sore sebelum dia cuti.”     

Dalam hati Ana merasa lega.      

Oh, ternyata Mas Aris sedang cuti karena nikahan adiknya. 

Ke Natuna? Di mana itu?

“Eh, Natuna itu di mana ya apakah sama dengan Bintan?” tanya Ana berminat. 

Ia butuh tahu informasi tentang Bintan. Informasi agar dia bisa mencapai Lagoi,....daerah wisata tempat Mario bekerja.    

“Oh lain, Miss. Beda pulau. Walau sama-sama berada di provinsi Kepulauan Riau.”   

“Oh begitu. Ya sudah. Aku tertarik dengan pulau Bintan yang katanya tak jauh dari Batam ya?”   

“Mau ya melihat-lihat Bintan?” tanya Hendra sambil makan nasi rendangnya. “Ke Tanjungpinang, mau? Aku orang sana. Tanjungpinang itu ibukota provinsi lho.”   

“Ibukota provinsi? Kepulauan Riau? Oh, bukan Batam ya ibukota provinsi-nya?” Ana agak terkejut dengan informasi baru ini.    

Huda menggelengkan kepalanya. “Ooo… bukan Miss. Batam memang kota paling berkembang pesat di Kepri ini, tapi ibukotanya memang di Tanjungpinang.”    

“Wah, berarti Tanjungpinang besar juga ya.” Ana melirik Hendra yang sedang menghabiskan nasi padang-nya sampai bersih. “Serius nih Hendra, kamu mau temani aku ke Tanjungpinang?”    

Hendra meneguk habis air putih di gelasnya. “Ya serius lah. Aku kan dalam sebulan pastilah ada aku pulang ke rumah. Nanti kucari hari off ku yang Sabtu dan aku ambil cuti hari Minggunya. Jadi kita bisa berangkat ke sana Sabtu pagi dan pulang Minggu siang.”    

Mata Ana berbinar penuh semangat. “Wah bener nih. Aku sih ingin banyak tahu daerah Kepri ini. Explore gitulah….kira-kira . Tapi…masa aku nginep di rumahmu. Ga enaklah aku sama orang tuamu. Ada cewek tau-tau datang nginep. Hendra masih tinggal bareng orang tua kan?”    

“Masihlah. Aku bisa kasih kabar dulu nanti ke orang tuaku, kalau ada teman kerja cewek datang. Bilang kalo dari Jawa dan ingin tahu Tanjungpinang. Nanti Ana bisa tidur sama Linda adikku yang masih SMP.”    

Ana merasa tertarik sekaligus ragu. Didikan keras ibunya masih membekas kuat pada dirinya. 

Seorang wanita harus bisa menjaga martabat jangan jadi murahan dan mudah bertekuk lutut di hadapan laki-laki.

Lalu apakah pantas seorang wanita ikut menginap di rumah teman prianya. Bagaimana pun ini masih Indonesia kan? Apalagi di depan orang tua sang pria.   

Kembali ke saat sekarang. “Hmm, tertarik sih tapi aku tak enak sama orang tuamu lho. Kupikirkan dulu ya.”    

Huda menimpali, “Kalau sungkan menginap di rumah Hendra, Ana bisa check in di hotel atau penginapan di sana. Banyak dan harganya beragam, mulai dari yang murah sampai yang cukup mahal.”

Hendra menambahkan, “Iya begitu juga bisa. Di rumahku tak ada kamar yang kosong. Walau sebenarnya juga tidak masalah juga sih adikku kalau berbagi kamar. Tapi terserah Ana, mana yang nyaman.”   

Ana mengangguk senang. “Nanti saling kabar-kabari ya.”

Mereka sudah selesai makan. Hendra dan Ana bangkit untuk menumpuk tray kotor di tempatnya.   

Sedang Huda yang menambah kopinya, lanjut duduk bersantai di kursi.  

Kerja di bagian Personalia memang bisa slow itu ya?

1
strawberry 27
di tunggu kelanjutannya kak , bikin penasaran
strawberry 27
di tunggu keseruan selanjutnya author
strawberry 27
Klo Aris tidak ada niat buruk ke Ana, dan niat nya tulus nganterin Ana liat² Batam, tidur di rumah Hendra pasti mau, ini Aris sudah pertama ke Tanjung Pinang ,Ana yg bayar i , SPT nya gue tau niat busuk Aris apalagi KLO bukan pingin melancarkan aksi nya di hotel sama Ana
strawberry 27: salah paham sy dgn author nya, maksud sy bukan pertama x Aris ke Tanjung Pinang tapi ,dari awal yg Aris minta duit 200 ribu buat bayar PP itu lho hehehe,,,
total 2 replies
strawberry 27
Wah Aris ada mau nya sama Ana tu, sudah ke Tanjung Pinang minta di bayar i , e Hendra baik banget nawari bermalam di rumah nya di tolak, hati² Ana , si Aris ada niat busuk ke Ana, Aris pasti pingin nginep di hotel berdua an sama Ana, dah gitu x aja Ana yg di suruh bayari hotel bukan itu aja, Aris punya niat buruk ke Ana , Ana hati². sama Aris buaya darat
strawberry 27: iya bikin penasaran aja si Aris mau ngapain ke Ana 🤭🤭
total 3 replies
strawberry 27
waduh si Aris kok pelit ,nggak bayari Ana yg 200 ribu buat ke TP😠
strawberry 27: Aris ternyata cuma pingin menaklukkan Ana doank, habis itu ya sudah
total 4 replies
Frans Lizzie
Terima kasih buat dukungannya.😍😍
strawberry 27
lanjut kak,,,nunggu in nich
strawberry 27
wah ,,Tiur perlu bingit blajar basa Jawa thor biar makin seru KLO ngobrol bareng 😄
strawberry 27
di tunggu kelanjutannya kak, seru nich. bikin penasaran
strawberry 27: sama² kak 🙏
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!