"Mas! Kamu tega!"
"Berisik! Gak Usah Bantah! Bersyukur Aku Kasih Kamu 10 Ribu sehari!"
"Oh Gitu! Kamu kasih Aku 10 Ribu sehari, tapi Rokok sama Buat Judi Online Bisa 200 Ribu! Gila Kamu Mas!"
"Plak!"
"Mas,"
"Makanya Jadi Istri Bersyukur! Jangan Banyak Nuntut!"
"BRAK!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiara Pradana Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
"Jadi, Mas mau tugas luar selama tiga hari?"
Anisa menghela nafas. Tadi saat Bambang pulang ke rumah, Nisa melihat apa yang Bambang bawa.
Tak sedikit, dari ujung kaki sampai ujung rambut, perlengkapan dari mulai jas, kemeja, sepatu, ikat pinggang dan lainnya membuat Nisa menjadi bertanya-tanya.
Bambang menjelaskan bahwa selama tiga hari ke depan Ia diperintah Bossnya ada pekerjaan di luar kota.
Namun, yang tak bisa Nisa percaya, tugas apa yang diberikan Boss Suaminya hingga sudi memodali barang-barang mahal yang akan digunakan selama disana.
Bambang hanya bercerita, Mereka akan mengamankan Si Boss yang akan ada urusan di Kapal Pesiar.
Tapi menurut Nisa jawaban Bambang tak masuk akal. Biasanya Bodyguard atau Seorang Pengamanan hanya berseragam serba hitam. Itu yang Nisa ketahui. Tapi entahlah. Meski jawaban Bambang tampak masuk akal dan terperinci, tetap saja Nisa masih ada keraguan dan sisi ketidakpercayaan pada Suaminya.
"Iya, Mas kan tadi sudah cerita."
Sambil membantu Bambang berkemas, memasukkan pakaian pemberian Si Boss ke dalam koper yang juga diberikan, membuat Nisa tetap mendua hati , satu sisi senang Karir Suaminya meningkat, tapi ada disisi lain yang sulit terdefinisi sebuah keraguan, kehati-hatian dan perasaan was-was.
"Kamu kenapa diam begitu Nis? Gak suka Mas tinggal? Ini cuma tiga hari kok. Setelah itu ya Mas pulang. Kerja seperti biasa."
"Oh, enggak kok Mas. Nisa cuma terkejut aja, Boss Mas itu baik banget ya. Jarang ada Boss yang mau modalin begini ke pegawainya."
Semoga Nisa gak mikir macam-macam. Kalo aja gak harus prepare begini, Nisa kan gak bakal tahu dan curiga. Tapi, Ah sudahlah! Toh sudah dijelasin! Pasti ngerti!
"Mas pergi sendiri atau pegawai lain ikut?"
Bambang mengunci kopernya, menyandarkan di dinding. Kemudian, duduk dilantai, menepuk sisi sebelahnya meminta Nisa ikut serta.
"Kamu pasti dari tadi mikiran dua temen perempuan Mas kan? Anita sama Irma?"
Anisa mengangguk. Bambang tersenyum. Senang sekali, rasanya masih ada harapan, Istrinya cemas pasti karena cemburu.
"Mas, memang pergi sama Mereka. Sama dua pegawai laki-laki juga. Si Black sama Si White. Kami berlima. Sama Si Boss jadi berenam."
Nisa tertawa, "Apa yang lucu?" Bambang mengernyitkan dahi melihat Nisa tertawa.
"Itu. Temen Mas namanya kayak hewan peliharaan. Nama asli Mas?"
"Ya kali orang tua kasih nama Black sama White buat anaknya. Itu nama panggilan aja."
"Oh Nisa pikir nama di KTP begitu. Kurang kerjaan banget! Jadi Mas berangkatnya kapan? Malam ini?"
"Iya. Seperti berangkat kerja aja. Tapi Kita nanti langsung ke Bandara. Si Boss mau naik pesawat."
Nisa ber o ria. Melihat wajah sumbringah Bambang, Nisa urungkan untuk bertanya macam-macam. Apalagi sebetulnya yang mau Nisa tanyakan sesuatu yang bisa saja membuat mood Suaminya jelek.
"Kalo gitu Mas mau makan dulu ga? Nisa masakin gitu."
"Ga usah Sayang, Mas tadi sudah dikabari. Kata Si Boss sebelum naik pesawat bakal makan dulu di Bandara."
"Wah! Hebat ya! Mas bakal ngerasain naik pesawat."
"Makanya, Kamu doain aja Mas, supaya punya rezeki banyak, ajak Kamu naik pesawat juga."
"Aamiin."
***
Bambang, White, Black, Irma dan Anita, kini sudah berada di tempat yang sudah direncanakan.
Si Boss, dengan stelan berkelas, semua yang melekat ditubuh Si Boss begitu mewah, dan tentunya sangat eksklusif.
Perlahan, dengan langkah pasti namun membuat degup jantung diantara Mereka semakin meningkat.
Mata Si Boss memandang satu per satu kepada anak buahnya bergantian.
Seakan menguliti, diperhatikan dari ujung kaki hingga ujung kepala, seakan tak boleh ada cela dan tampak biasa.
"Bagus. Kalian malam ini kerja keras. Saya tidak mau mendengar Klien Kita komplain apalagi bikin kacau! Ingat! Jika ada sesuatu yang terjadi di luar rencana, Kalian sudah tahu kan? Kalau konsekuensinya apa?"
Jawaban kompak kelimanya, menciptakan seringai licik dari wajah Si Boss.
Dengan cerutu yang mengebul, Si Boss perlahan, mendekati Bambang, sambil menepuk bahu Bambang, "Kamu jangan bikin Saya kecewa. Kamu tahu kan resikonya kalau ini sampai berantakan?" Tangan Si Boss semakin kuat mencengkram bahu Bambang.
Bisa Bambang rasakan bukan hanya sekedar gertakan tapi dengan segala kuasa yang dimiliki Si Boss, orang seperti Bambang bisa dengan mudah dibuat luluh lantah.
"Saya mengerti Boss."
"Bagus! Memang seharusnya begitu. Kamu tahu, Saya bisa saja libatkan Istri Kamu kalau Kamu berani macam-macam sama Saya. Paham?"
"Paham Boss."
Bambang tidak tahu saja, sebetulnya Si Boss sudah mengetahui perihal Anisa. Selain video yang memang dibuat untuk menjerat Bambang, Si Boss, Anita dan Irma juga sudah membidik Anisa sebagai kelemahan Bambang jikalau Bambang membelot.
"Kalian berdua, sini!" Kali ini Bambang bebas. Si Boss beralih kepada Anita dan Irma.
Dua wanita ular dengan binal melenggang, berjalan menggoda kehadapan Si Boss.
"Pastikan Klien puas seperti biasa. Jangan sampai ada komplain. Atau Kalian tahu sendiri apa konsekuensinya. Kalian pahamkan maksudku?"
Seringai licik Si Boss sekilas sukses membuat Irma dan Anita memucat, meski keduanya kembali tersenyum, gesture tubuh merayu, belai tangan sudah mulai berkeliaran menjamah pada bagian-bagian yang Mereka yakini mampu menahan emosi dan amarah Si Boss.
"Sudah! Simpan tenaga Kalian untuk Klien. Malam ini puaskan Mereka. Siapkan semua yang terbaik termasuk barang yang sudah Mereka minta siapkan. Jangan sampai ada satupun kesalahan. Karena Aku tidak akan mentoleransi hal itu."
"Paham?!"
"Paham Boss!"
"Bagus. Oke. Selamat berjuang! Pergilah!"
Satu per satu keluar ruangan, melaksanakan tugasnya masing-masing, dan Bambang dengan nafas tertahan, memantapkan langkah. Entah, kejutan apa lagi yang akan Ia terima.
***
"Jadi Suamimu lagi tugas keluar kota Nis?"
Mbak Nani sambil menyetrika pakaian laundry sambil berbincang dan mendengarkan cerita Anisa yang sedang memasukkan baju ke mesin sambil Ia pilah pilah dahulu.
"Iya Mbak. Tiga hari. Makanya males pulang buru-buru. Sendirian juga."
"Loh, Nisa, Nani, Kalian masih sibuk, ini sudah jam pulang. Kenapa masih disini. Nanti Ibu dibilang tega loh sama orang!" Bu Esti pemilik Laundry tiba-tiba datang terkejut melihat kedua pegawainya masih ada disana.
"Ini Bu, Nisa lagi cerita, Suaminya lagi tugas luar Kota dari kerjaannya. Makanya mending disini. Dirumah sepi."
"Begitu Nis?"
"Iya Bu, lagian ini tanggung, jadi sekalian aja. Ibu belum pulang?"
"Ibu justru mau pulang, tapi Kalian mau sampai jam berapa? Jangan malam-malam. Istirahat itu perlu Nisa, Nani."
"Iya Bu nanti selesai yang ini Kita balik. Ya kan Nis?"
"Iya Bu. Nanti balik bareng Mbak Nani."
"Nih untuk Kalian."
"Loh ini?"
"Anggap buat makan atau siapa tahu Kalian mau ngebakso dulu setelah dari sini. Ibu kalau gak ada keperluan juga mau, tapi itu dirumah mau ada tamu. Jadi Kalian saja berdua."
"Ya Allah Bu, makasi ya. Semoga Ibu tambah banyak rezeki. Laundryannya semakin rame."
"Aamiin. Ya sudah Ibu duluan ya. Nis, Nan, Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam. Hati-hati Bu."
"Iya. Kalian juga setelah ini sudah dilanjut besok lagi loh!"
"Siap Bu!"
dan tak berdaya dia SDH di monitor oleh si bos
Nisa jg trllu bodoh jd istri