NovelToon NovelToon
Star Shine The Moon

Star Shine The Moon

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Cinta Murni
Popularitas:515
Nilai: 5
Nama Author: Ulfa Nadia

Setelah kecelakaan misterius, Jung Ha Young terbangun dalam tubuh orang lain Lee Ji Soo, seorang wanita yang dikenal dingin dan penuh rahasia. Identitasnya yang tertukar bukan hanya teka-teki medis, tapi juga awal dari pengungkapan masa lalu kelam yang melibatkan keluarga, pengkhianatan, dan jejak kriminal yang tak terduga.

Di sisi lain, Detektif Han Jae Wan menyelidiki kasus pembakaran kios ikan milik Ibu Shin. Tersangka utama, Nam Gi Taek, menyebut Ji Soo sebagai dalang pembakaran, bahkan mengisyaratkan keterlibatannya dalam kecelakaan Ha Young. Ketika Ji Soo dikabarkan sadar dari koma, penyelidikan memasuki babak baru antara kebenaran dan manipulasi, antara korban dan pelaku.

Ha Young, yang hidup sebagai Ji Soo, harus menghadapi dunia yang tak mengenal dirinya, ibu yang terasa asing, dan teman-teman yang tak bisa ia dekati. Di tengah tubuh yang bukan miliknya, ia mencari makna, kebenaran, dan jalan pulang menuju dirinya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ulfa Nadia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

제11장

Han Jae Wan berdiri di lobi utama gedung Geumseong Group bersama rekannya, Detektif senior Choi Min Seok. Keduanya mengenakan jas resmi, membawa map penyelidikan yang telah disusun rapi. Tujuan mereka jelas: menemui CEO Jung Dam Bi dan menanyakan langsung tentang jam tangan itu, Apakah benar jam itu pernah diberikan kepada Kim Sang Woo sebagai hadiah?

“Ini bisa jadi titik balik,” ujar Min Seok pelan. “Kalau dia mengakui jam itu miliknya, kita punya alasan untuk menggali lebih dalam.”

Jae Wan mengangguk. “Tapi kalau dia menyangkal, kita harus siap dengan tekanan balik.”

Sementara itu, di sisi lain lobi, Ha Young baru saja melangkah masuk. Matanya langsung menangkap sosok Jae Wan yang berdiri di depan lift bersama seorang pria yang lebih tua. Ia bergegas ingin menyusul, tapi terlambat pintu lift sudah menutup, membawa mereka ke lantai atas.

Ha Young segera menghampiri resepsionis. “Maaf, pria yang tadi naik lift... Detektif Han Jae Wan. Apa dia punya janji dengan seseorang di sini?”

Resepsionis wanita itu tersenyum sopan. “Ya, Nona Jung. Detektif Han punya janji dengan CEO Jung Dam Bi.”

Ha Young terdiam. Ia menebak-nebak. Jam tangan. Sekretaris Kim. Semua mulai menyatu dalam pikirannya. Ia merasa ada sesuatu yang besar sedang terjadi, dan ia tak mau melewatkannya. Apa detektif Han menemui ayahnya karena ingin membahas soal foto jam tangan itu.

Jae Wan dan Min Seok dipersilakan masuk ke ruang kerja CEO Jung. Ruangan itu luas dan tertata rapi, dengan nuansa kayu gelap dan pencahayaan hangat yang menenangkan. Di sudut ruangan, tersedia ruang tamu kecil dengan sofa kulit dan meja kaca. Keduanya duduk, menyimpan map penyelidikan di pangkuan masing-masing.

CEO Jung berdiri dari balik mejanya, mengenakan jas abu-abu elegan. Saat ia melangkah mendekat, mata Jae Wan langsung tertuju pada jam tangan di pergelangan tangan pria itu Rolex berlapis baja, model klasik yang sama persis dengan jam tangan milik Kim Sang Woo dan jam yang ditemukan di lokasi penyelidikan. Kilau logamnya dingin, mencolok, dan tak bisa diabaikan.

“Jadi kalian kemari karena ingin bertanya tentang Sekretaris Kim?” ujar CEO Jung membuka pembicaraan.

“Ya, benar,” sahut Jae Wan singkat.

“Baiklah. Jadi, apa yang ingin kalian tanyakan tentang Sekretaris Kim?”

“Aku dengar beliau mengundurkan diri karena alasan sakit. Apa itu benar?” tanya Jae Wan, nada suaranya netral namun tajam.

CEO Jung mengangguk pelan. “Ya, aku jelas mengatakan itu pada pekerja dirumahku saat itu. Tapi... kenyataannya tidak begitu.”

Jae Wan mengernyit. “Jadi maksud Anda, bukan itu alasan Pak Kim mengundurkan diri?”

“Dia bilang padaku, ibunya belakangan sering sakit. Ia takut terjadi sesuatu saat dia tidak di rumah. Karena itu, dia ingin fokus merawat ibunya,” jelas CEO Jung. “Aku sempat menyarankan cuti sementara. Tapi dia menolak dan memilih mengundurkan diri. Aku tidak bisa berbuat apa-apa, jadi aku menyetujuinya.”

Min Seok menatap CEO Jung dengan tenang, lalu bertanya, “Pak Jung, maaf kalau ini sedikit pribadi. Tapi kenapa Anda tidak datang di hari kematian Pak Kim? Apakah kalian punya masalah sebelumnya?”

CEO Jung menghela napas. “Ah, ya. Hari itu aku ada rapat penting. Tapi setelah itu, aku datang. Di sana hanya ada ibunya.”

Jae Wan menatapnya lama. Ia tahu itu bohong. Ia sudah menelusuri rekaman CCTV sepanjang hari kematian Kim Sang Woo. Tidak ada satu pun jejak CEO Jung di rumah duka. Tidak ada mobilnya. Tidak ada kehadirannya.

Min Seok dan Jae Wan saling berpandangan. Mereka tidak mengatakan apa-apa, tapi keduanya tahu: CEO Jung sedang menyembunyikan sesuatu.

“Jam tangan itu terlihat sangat bagus... dan mirip sekali dengan milik Pak Kim,” ujar Jae Wan, matanya menatap Rolex berlapis baja di pergelangan tangan CEO Jung.

CEO Jung menoleh sekilas, lalu menjawab tenang, “Benar sekali. Aku memberikan jam yang sama pada Sekretaris Kim.”

Min Seok yang duduk di samping Jae Wan langsung menyela, nadanya terdengar terburu-buru. “Tapi kenapa? Bukankah jam itu sangat mahal?”

CEO Jung tersenyum tipis, dingin. “Memangnya kenapa kalau mahal? Apa aku tidak boleh memberikannya pada bawahanku?”

Jae Wan cepat menimpali, menjaga nada suaranya tetap ringan. “Bukan... bukan begitu. Kami hanya merasa Anda sangat baik hati terhadap bawahan Anda.”

Ia tak ingin CEO Jung menyadari bahwa pertanyaan itu bukan sekadar basa-basi. Di balik kalimat sopan itu, ada penyelidikan yang sedang berjalan.

CEO Jung duduk perlahan, menyilangkan tangan. “Sekretaris Kim sudah bekerja keras. Karena itu aku memberinya hadiah. Dia pantas mendapatkannya.”

Kata-kata itu menggantung di udara. Dia pantas mendapatkannya. Bukan sekadar pujian, tapi seolah menyimpan makna yang lebih dalam sebuah pengakuan, atau mungkin... sebuah penebusan.

Jae Wan mencatat dalam hati. Ia sudah mendapatkan informasi yang ia cari. Tapi rasa penasaran dalam dirinya justru semakin tumbuh. Karena di balik jam tangan mahal itu, mungkin tersembunyi lebih dari sekadar penghargaan. Mungkin... ada rahasia yang belum selesai dibuka.

Pintu ruangan CEO Jung tertutup kembali dengan suara pelan. Jae Wan dan Min Seok berjalan menyusuri koridor lantai eksekutif, langkah mereka lambat, pikiran masing-masing sibuk mencerna percakapan barusan.

“Dia mengakui soal jam tangan,” gumam Min Seok. “Tapi tetap saja... ada sesuatu yang tidak beres.”

“Dan soal hari kematian Sekretaris Kim,” sahut Jae Wan pelan. “Dia berbohong. Aku sudah cek rekaman CCTV. Dia tidak pernah datang ke rumah duka.”

Min Seok mengangguk. “Kita harus cari tahu kenapa dia berbohong. Apa yang sebenarnya ingin dia tutupi?”

Parkiran bawah tanah gedung Geumseong Group terasa sunyi malam itu. Lampu-lampu redup memantulkan bayangan mobil-mobil mewah yang terparkir rapi. Han Jae Wan dan Min Seok melangkah pelan, menyusuri lorong beton dengan langkah hati-hati.

“Mobilnya ada di sini,” bisik Min Seok, menunjuk ke arah sedan hitam berkilau dengan plat nomor yang sudah mereka kenali: milik CEO Jung Dam Bi.

Jae Wan mendekat, matanya menyisir setiap sudut kendaraan. Ia berjongkok di sisi kiri, menatap ban depan dengan seksama. “Ambil sudut rendah. Fokus di pola tapaknya,” ujar Jae Wan sambil mengaktifkan kamera ponselnya.

Min Seok mengangguk dan ikut memotret dari sisi lain. Mereka mengambil beberapa gambar dari berbagai sudut tapak ban, jarak antar alur, dan lekukan yang bisa dibandingkan dengan foto jejak ban di lokasi kecelakaan Lee Jun Joo.

Setelah selesai, Jae Wan membuka aplikasi forensik internal dan mengunggah foto-foto tersebut. Ia menambahkan catatan: “Bandingkan dengan jejak ban yang ditemukan di TKP malam 12 Oktober 2023. Fokus pada pola tapak dan tekanan ban.”

Min Seok berdiri dan menatap mobil itu lama. “Kalau hasilnya cocok, kita punya bukti fisik pertama yang mengarah langsung ke Jung Dam Bi.”

Jae Wan mengangguk pelan. “Dan itu cukup untuk bisa membuat CEO Jung diintrogasi”

Mereka meninggalkan parkiran dengan langkah cepat, membawa harapan bahwa kebenaran mulai menunjukkan jejaknya di atas aspal,

Ha Young menatap layar ponselnya lama sebelum akhirnya menekan tombol panggil. Suara dering terdengar beberapa kali sebelum Jae Wan menjawab.

“Halo?” suara Jae Wan terdengar tenang.

“ini aku Jung Ha Young, Aku ingin bertemu. Ada hal yang ingin kutanyakan,” ujar Ha Young singkat.

“Baiklah. Di mana?”

“Restoran Hanok di distrik Seongbuk , pukul tujuh malam. Aku sudah memesan tempat, disana tenang dan  tidak banyak pengunjung.”

**

Restoran Hanok berdiri anggun di antara bangunan modern, dengan interior kayu dan lampu kuning redup yang menciptakan suasana hangat. Hanya ada dua meja yang terisi malam itu. Ha Young duduk di sudut ruangan, mengenakan topi dan masker untuk menyamarkan identitasnya. Ia menatap pintu masuk, dan tak lama kemudian, Jae Wan melangkah masuk.

“Terima kasih karena sudah mau datang menemuiku detektif Han,” ujar Ha Young saat Jae Wan duduk di hadapannya.

“bukan masalah nona Jung,” jawab Jae Wan.

Ha Young membuka percakapan dengan nada pelan. “Aku melihatmu di kantor Geumseong Grup.  Aku tahu kau menemui ayahku. Kenapa?”

Jae Wan menatapnya, mencoba memilih kata-kata. “Kami sedang menyelidiki sesuatu. Ada hal yang perlu diklarifikasi.”

“Jam tangan itu?” tanya Ha Young langsung. “Yang kau tunjukkan padaku waktu itu. Kau mencurigai ayahku?”

Jae Wan terdiam sejenak. “Kami sedang dalam proses penyelidikan untuk mencari kebenaran.”

“jadi kau sudah putuskan, kebenaran tentang apa? Sebenarnya apa yang terjadi? Dan ada hubungan apa kasus ini dan juga ayahku?” tanya Ha young yang semakin dilanda rasa penasaran.

“Aku belum bisa menyimpulkan apa pun,” lanjut Jae Wan. “Tapi jika aku menemukan bukti yang benar-benar kuat, aku akan memberitahumu. Semua detailnya.”

Ha young merasa resah, jawaban Jae Wan belum bisa menenangkan jiwanya yang sangat penasaran. Namun ia yakin bahwa kasus yang sedang ditangani Jae Wan berkaitan erat dengan ayahnya. Walaupun ia juga belum yakin karena Jae Wan belum bisa mengatakan kasus apa yang sedang ia tangani saat ini.

Malam telah larut, lampu meja menyala redup, menerangi tumpukan berkas yang berserakan di hadapan Han Jae Wan. Di antara laporan forensik, foto-foto TKP, dan catatan saksi, satu nama mulai menarik perhatiannya: Lee Ji Hoon, mantan sekretaris pribadi CEO Jung sebelum Kim Sang Woo.

Jae Wan menyandarkan tubuhnya sejenak, lalu membuka kembali map berlabel Internal Staff  Geumseong Grup. Ia membaca pelan, matanya menyisir setiap kalimat dengan ketelitian seorang penyelidik yang sudah terbiasa menangkap kejanggalan dari detail kecil.

Ia menatap papan investigasi di dinding. Foto Lee Ji Hoon kini berdampingan dengan Kim Sang Woo dan Lee Jun Joo. Tiga nama. Tiga pria. Tiga jejak yang mengarah ke satu titik: Jung Dam Bi.

Dalam hati, ia bergumam, “Bagaimana caranya aku membuktikan keterlibatan CEO Jung dengan pelaku palsu yang mengaku telah menabrak Lee Jun Joo? Itu berarti aku harus mulai mengikuti Lee Ji Hoon. Belakangan ini, aku melihat dia bersama Pengacara Song...”

Langkah kaki terdengar dari arah dapur kantor. Min Seok muncul dengan dua cangkir kopi, meletakkan satu di meja Jae Wan.

“Menurutku kasus ini makin aneh,” ujarnya sambil duduk. “Apa sebenarnya hubungan Lee Jun Joo dengan CEO Jung?”

Jae Wan menoleh. “Apa kau tidak baca laporan penyelidikan yang aku susun?”

“Aku membacanya,” sahut Min Seok, “tapi aku tidak menemukan hal yang aneh...” Ia terdiam sejenak, lalu matanya membesar. “Tunggu... jangan bilang ini soal kecemburuan?”

Jae Wan mengangguk pelan. “Tidak ada yang tidak mungkin. Tapi yang jelas, pelaku penabrak itu bukan pelaku sebenarnya. Dia dibayar. Dan yang mengatur semuanya... adalah Lee Ji Hoon.”

Min Seok menatapnya tajam. “Sekretaris yang sekarang?”

“Ya. Pengganti Kim Sang Woo. Dia menyuruh Pengacara Song mendampingi pelaku palsu itu. Dan lebih dari itu... dia menyuap hakim agar kasus ini tidak diusut lagi. Semua atas perintah Jung Dam Bi.”

Min Seok menghela napas panjang. “Jadi ini bukan sekadar kecelakaan. Ini skema. Penutupan. Manipulasi hukum.”

Jae Wan menatap papan itu lagi. “Kita harus cari bukti transaksi. Rekaman komunikasi. Dan kalau bisa... saksi yang tahu bahwa pelaku itu bukan pelaku sebenarnya.”

Min Seok mengangguk. “Baik. Kita mulai dari Lee Ji Hoon. Dia bukan hanya sekretaris. Dia adalah tangan kanan Jung Dam Bi.”

1
knovitriana
update Thor, saling support
Xia Lily3056
Gemesin banget si tokoh utamanya.
Muhammad Fatih
Membuat terkesan
🥔Potato of evil✨
Aku bisa merasakan perasaan tokoh utama, sangat hidup dan berkesan sekali!👏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!