NovelToon NovelToon
Nikah Kilat Dengan Murid Ayah

Nikah Kilat Dengan Murid Ayah

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Meymei

Keinginan terakhir sang ayah, membawa Dinda ke dalam sebuah pernikahan dengan seseorang yang hanya beberapa kali ia temui. Bahkan beliau meminta mereka berjanji agar tidak ada perceraian di pernikahan mereka.

Baktinya sebagai anak, membuat Dinda harus belajar menerima laki-laki yang berstatus suaminya dan mengubur perasaannya yang baru saja tumbuh.

“Aku akan memberikanmu waktu yang cukup untuk mulai mencintaiku. Tapi aku tetap akan marah jika kamu menyimpan perasaan untuk laki-laki lain.” ~ Adlan Abimanyu ~

Bagaimana kehidupan mereka berlangsung?

Note: Selamat datang di judul yang ke sekian dari author. Semoga para pembaca menikmati dan jika ada kesamaan alur, nama, dan tempat, semuanya murni kebetulan. Bukan hasil menyontek atau plagiat. Happy reading...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meymei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rasanya Manis

“Suami Bu Dinda sangat baik. Tidak hanya menyumbangkan pasir dan semen, tetpai juga memberikan konsumsi yang lebih dari cukup untuk peresmian. Padahal acara peresmian tanpa makan-makan juga tidak masalah.” kata Pak narto, guru kelas 3.

“Benar. Kira-kira dapat Bu Dinda dapat suami seperti itu dari mana, ya? Saya juga mau satu.” Sahut Bu Maisyurah.

“Eling sama umur, Bu!” sindir Pak Sholeh.

“Bukan buat saya, Pak. Buat anak saya.”

“Anak Bu Maisyurah bukannya masih sekolah?”

“Tahun ini tamat SMA, Pak.”

“Kenapa sudah cari calon? Apa tidak melanjutkan?”

“Menikah sambil kuliah kan tidak dilarang, Pak. Lumayan kalau dapat yang seperti Pak Adlan, bisa jagain anak saya sekalian.”

Obrolan di ruang guru itu terasa menusuk di hati Gibran yang sejak pertama kali melihat Dinda, sudah jatuh hati.

Perempuan yang menutup auratnya meski tidak mengenakan hijab dan berperilaku sopan di Tengah pergaulan bebas sekarang ini, membuatnya kagum.

Apalagi Dinda yang ramah, cerdas dan disukai semua siswa, menambah nilainya di mata Gibran yang pernah merasakan sakit hati karena dikhianati. Ia jatuh hati kepada Dinda dan bermaksud untuk membawanya ke jenjang yang lebih serius.

“Dinda tidak terlihat akrab dengan suaminya. Apakah mereka dijodohkan?” batin Gibran.

Berpikir bahwa Dinda dijodohkan dan merasa tidak bahagia dengan pernikahannya, Gibran memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaannya.

“Lebih baik mencoba, dari pada kalah sebelum berperang.” Gumam Gibran yang keluar dari ruang guru untuk menemui Dinda.

Sementara itu, Aksa yang sudah sampai di sekolah, memarkir motor di depan gerbang dan berjalan ke dalam sekolah untuk duduk di bawah pohon kelengkeng. Pohon yang rimbun, cocok digunakan untuk berteduh.

Dari tempatnya duduk, Adlan bisa melihat kelas Dinda yang sudah bubar. Akan tetapi saat dirinya ingin menyapa istrinya, seseorang mendahuluinya. Adlan mengurungkan niatnya dan memilih untuk menunggu.

“Bu Dinda…” panggil Gibran.

“Iya, Pak Gibran.”

“Bolehkah saya meminta waktu sebentar?”

“Boleh. Apa referensi yang saya berikan kurang, Pak?”

“Bukan itu. Sebenarnya ini lebih ke urusan pribadi.”

“Oh. Apa itu?”

“Bu Dinda, mungkin apa yang akan saya katakana ini lancang. Tetapi saya harus mengatakannya karena jika tidak, saya tidak bisa tenang.”

Perkataan yang hati-hati, membuat Dinda merasa penasaran dengan apa yang akan dikatakan oleh Gibran. Ia memasang telinganya baik-baik agar tidak salah mendengar.

“Saya tahu Bu Dinda sudah menikah. Tetapi saya lihat, Ibu tidak Bahagia dengan pernikahan itu. Saya tebak, Bu Dinda dijodohkan makanya tidak terlihat seperti layaknya pasangan pada umumnya. Jika berkenan, saya bisa membantu Bu Dinda untuk keluar dari pernikahan yang tidak sehat itu karena saya menyukai Bu Dinda. Saya tahu rasa suka saya tidak akan cukup meyakinkan Bu Dinda. Begitu Bu Dinda lepas dari pernikahan itu, saya akan datang melamar.”

Baik Dinda ataupun Adlan yang mendengarkan, sama-sama terkejut. Keduanya memang tidak seperti pasangan lain yang harmonis karena mereka masih canggung satu sama lain.

Selain terkejut, Dinda merasa jantungnya berdebar dengan kencang. Ia yang juga memiliki perasaan untuk Gibran, merasa goyah dengan jawaban apa yang akan ia berikan. Di satu sisi perasaannya bersambut, di sisi lain dirinya sudah terikat pernikahan dengan Adlan.

“Maaf atas kelancangan saya, Bu.” Ucap Gibran yang menyadarkan Dinda dari lamunan.

“Maaf, Pak Gibran. Saya pamit dulu, sebentar lagi suami saya akan menjemput.” Kata Dinda yang segera meninggalkan Gibran, sampai dirinya tidak melihat Adlan yang ada di samping pohon kelengkeng.

Dinda tidak menolak Gibran secara langsung, melainkan menggantung seolah memberikan harapan. Gibran merasa dirinya masih ada harapan, ia pun tersenyum dan akan menunggu jawaban dari Dinda nanti.

Sedangkan Adlan mengepalkan tangannya erat. Ia bersembunyi di balik pohon saat Gibran berjalan ke kantor dan segera menuju tempat motornya terparkir.

Adlan duduk di sana sampai Dinda datang menghampirinya dan menyapanya. Setelah Dinda mencium punggung tangannya, motor dinyalakan dan melaju pulang ke rumah.

Sampai di rumah, Adlan yang membuka pintu masuk lebih dulu disusul Dinda.  Tetapi Ketika Dinda baru masuk, Adlan segera mengunci pintu dan menarik tubuh istrinya. Adlan mendorong tubuh istrinya sampai menempel tembok.

Tanpa aba-aba, Adlan menyatukan bibirnya dengan Dinda dan memaksa menerobos. Dinda yang terkejut mencoba berontak, namun kalah tenaga. Adlan masih memaksa masuk, membuat Dinda membuka mulut dan menggigit bibirnya.

Adlan melepaskan kungkungannya dan mundur. Dilihatnya Dinda yang menatapnya dengan permusuhan.

“Ini yang akan kau dapat jika kamu menerima pernyataan cinta dari laki-laki lain.”

“A-aku…”

Dinda ingin membela diri karena merasa tidak terima dengan perlakuan Adlan, tetapi ia ingat laki-laki yang ada di hadapannya adalah suaminya.

“Kenapa tidak kamu tolak?” Dinda diam dan memalingkan wajahnya.

Bagaimana dirinya menjawab? Ia yang merasa senang karena perasaannya tidak bertepuk sebelah tangan atau sedih karena harus mengubur perasaannya?

Dinda mendorong tubuh Adlan dan berlari masuk ke dalam kamar, lalu menguncinya. Adlan menatap kepergian Dinda dengan tatapan yang sulit diartikan.

“Rasanya manis.” Gumam Adlan yang mengusap bibirnya yang terluka.

Di dalam kamar, Dinda duduk memeluk lututnya dan menangis. Ia yang menerima pernikahan karena permintaan sang ayah kini sedang merasa bimbang. Perasaannya yang Bahagia bercampur sedih membuatnya tidak bisa memilih antara Gibran dan Adlan.

Tetapi kenyataannya Dinda tidak mempunyai pilihan. Ia hanya bisa mengubur perasaan agar tidak terus tumbuh dan harus menerima pernikahannya dengan Adlan.

Jika saja Gibran datang lebih awal, mungkin sang ayah tidak akan meminta Adlan untuk menikahinya. Jika saja penyakit tidak merenggut sang ayah, mungkin keadaannya tidak akan seperti sekarang.

Dinda tanpa sadar menyalahkan semua yang terjadi kepadanya. Begitu tersadar dengan pikirannya, Dinda berkali-kali mengucapkan kalimat istigfar untuk memohon ampun atas ucapannya yang tidak mencerminkan iman kepada takdir.

“Ayah, maafkan Dinda.” Gumam Dinda dalam isakannya.

Adlan yang duduk di luar pintu kamar, samar-samar mendengarnya. Ia sadar pernikahan mereka bukanlah pernikahan sama suka, melainkan sebuah wasiat. Tapi dirinya menerima pernikahan ini dengan Ikhlas dan berharap pernikahan yang dijalaninya mendapatkan ridho Allah sampai maut memisahkan.

Sayangnya, istri yang dinikahinya tidak berpikiran sama karena hatinya telah menjadi milik orang lain.

“Ingat janjimu! Masih banyak waktu untuk membuat Dinda melupakan perasaannya dan menerimamu.” Suara hati Adlan mengingatkan dirinya untuk tidak mudah menyerah dengan Dinda dan pernikahannya.

Adlan mengucapkan istigfar dan berdiri untuk mengambil wudhu dan melaksanakan sholat dzuhur. Dengan sholat, Adlan bisa kembali tenang dan bisa meminta petunjuk kepada Allah atas apa yang saat ia hadapi.

1
𝐈𝐬𝐭𝐲
kenapa Dinda gak pindah sekolah aja ngajar di sekitar rumah baru saja dripada harus kekampung dia lagi...
indy
selamat berbulan madu
𝐈𝐬𝐭𝐲
namanya Adlan atau Aksa sih Thor🤔
Meymei: Maaf typo kak 🤭
total 1 replies
Dewi Masitoh
Adlan kak🤣kenapa salah ketik jd aksa🙏
Dewi Masitoh: baik kak🙏
total 2 replies
Fitri Yani
next
indy
kayaknya sdh bisa resepsi biar gak ada lagi yang julid. wah ternyata gibran naksir dinda juga
indy
nanti resepsinya setelah masa duka selesai
indy
lanjut kakak
indy
ada yang bertengger di pohon kelengkeng
𝐈𝐬𝐭𝐲
ceritanya bagus aku suka😍😍
Meymei: Terima kasih kakak… 😘
total 1 replies
𝐈𝐬𝐭𝐲
lanjuut Thor
𝐈𝐬𝐭𝐲
hadir Thor
indy
kasihan pak Lilik
indy
hadir kakak
Rian Moontero
mampiiir kak mey/Bye-Bye//Determined/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!