NovelToon NovelToon
MY BELOVED PIAN

MY BELOVED PIAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:966
Nilai: 5
Nama Author: fchrvlr0zak

sesekali kamu harus sadar kalau cowok cool, ganteng dan keren itu membosankan. lupakan kriteria "sempurnah" karena mereka tidak nyata.

hal - hal yang harus diketahui dari sosok pian :
1. mungkin, sedikit, agak, nggak akan pernah ganteng, cool, apalagi keren. bukan berarti dia jelek
2. nggak pintar bukan berarti dia bodoh
3. aneh dan gila itu setara
4. mengaku sebagai cucu, cucu, cucunya kahlil gibran
5. mengaku sebagai supir neil armstrong
6. mengaku sebagai muridnya imam hanafi
7. menyukai teh dengan 1/2 sendok gula. takut kemanisan, karena manisnya sudah ada di pika
8. menyukai cuaca panas, tidak suka kedinginan, karena takut khilaf akan memeluk pika
9. menyukai dunia teater dan panggung sandiwara. tapi serius dengan perasaannya terhadap pika
10. menyukai pika

ada 4 hal yang pika benci didunia ini :
1. tinggal di kota tertua
2. bertemu pian
3. mengenal sosok pian, dan....
4. kehilangan pian

kata orang cinta itu buta, dan aku udah jadi orang yang buta karena nggak pernah menghargai

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fchrvlr0zak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

NEIL ARMSTRONG

"Hei, Pika...." Panggil Pian lagi. "Kamu tau nggak kenapa aku suka bulan? Tau nggak kenapa aku iri sama Neil Armstrong yang pernah mendarat di bulan? Tau nggak kenapa aku pengin ngikuti jejak dia danpergi ke bulan? Tau nggak kenapa aku harus perginya sama kamu?" Pian mengehela napas sejenak.

"Bulan itu hebat. Dia Cuma sendirian, tapi bisa menerangi bumi yang gelap gulita. Menjadi penerang di redupnya malam. Menjadi cahaya dikala sepi. Dan aku mau menjadi bulan di dalam hidup semua orang. Menjadi alasan untuk orang-orang tertawa dan bahagia karenaku. Menjadi berguna untuk semuanya, bukan berguna untuk diri sendiri. Meskipun kadang, kehadirannya sering diabaikan."

Hening beberapa detik.

"Aku pergi dulu yaa. Kamu hati-hati di kelas. Oh iya, titip salam sama si Pian. Augggh, gug, gug!"

Lalu, lamat-lamat terdengar suara tapak sepatu Pian yang mulai menjauh. Pika buru-buru mendekati jendela dan mengintip keadaan Pian. Cowok itu menghampiri teman-temannya yang sedang berkumpul di pinggir lapangan.

"The Brandals Gilo." Celetuk Nilam. Mendadak cewek itu sudah berdiri di sebelah Pika.

"Maksudnya?" tanya Pika dengan dahi berkerut.

"Itu nama geng mereka. The Brandals. Kelakuan mereka memang pada Brandals habis. Suka ngerokok di sekolah, cabut, tawuran, dihukum, bikin rusuh. Tapi mereka bukan preman. Kata si Pian, nama geng itu terbentuk biar kelihatan keren aja. Aslinya mah, enggak. Lihat aja tuh wajah-wajah mereka pada kaya tukang parkir." ledek Nilam sambil cekikikan geli.

Pika memerhatikan penampilan Pian dari jarak jauh yang kata Nilam mirip tukang parkir. Sebenarnya, Pian ini nggak jelek-jelek amat. Tapi karena penampilannya yang tidak pernah rapi, dia jadi kelihatan nggak ganteng.

Pian punya alis mata tebal. Hidung yang agak, mungkin, kurang lebih, bisa jadi, sedikit mancung.

Kalau ditiup oleh angin, rambutnya lebih sering terlihat berantakan, bergelombang, keriting, dan nggak pernah disisir untuk dirapikan kembali. Namun yang paling penting, kamu akan melihat lesung pipit Pian yang tersembunyi dikala ia tersenyum.

Pika sudah pernah menyaksikannya sendiri. "Gue nggak ngerti deh, Lam. Maksudnya tuh apa? Mereka bersahabat? Tapi siapa?" lanjut Pika lagi menepis semua khayalan tentang sosok Pian.

"Ituuuu tuh ...." Nilam mengacungkan telunjuknya ke depan. "Sandi, Pian, Tristan dan Henrik. Mereka berempat itu udah berteman sejak lama. Kalau Sandi dan Pian sih, udah temenan sejak SD, sejak ingusan. Dua-duanya sama-samai jail, aneh, gila, dan menyebalkan. Cuma bedanya, Pian lebih puitis."

"Ooh. Kalau yang itu siapa?"

"Itu namanya Henrik. Jangan pernah berurusan sama dia kalau nggak mau kena batunya. Henrik itu kasar, anarkis dan suka berbicara kotor. Pokoknya jangan pernah dekat-dekat sama dia."

"Memangnya dia jahat banget ya?" Nilam mengangguk mantap. "Dulu waktu kelas satu, Tika pernah berantem habis-habisan sama Henrik. Masalahnya Cuma spele, Tika nyuruh Henrik berhenti merokok di kantin karena anak-anak yang lain pada lagi makan."

"Terus-terus?" Pika mulai penasaran.

"Ya gitu. Henrik marah, terus buang mangkuk bakso Tika ke lantai sampai mangkuknya pecah. Sejak saat itu, nggak ada yang berani gangguin Henrik dan untungnya Henrik juga nggak pernah ke kantin lagi. Semenjak temenan sama Pian."

"Lho, kenapa?"

"Si Pian udah punya tempat tongkrongan sendiri di gudang belakang sekolah. Terus gudangnya mereka bikin label Smoking Area: yang lagi makan bakso dilarang masuk."

Refleks Pika tertawa.

"Kalau dia siapa?" lalu Pika menunjuk ke arah cowok yang penampilannya lebih rapi dari cowok-cowok lain yang ada di pinggir lapangan.

"Nah, kalau itu lebih cocok dikategorikan sebagai tukang parkir hati cewek-cewek sekolah ini. Habisnya ganteng sih, iya nggak?" Nilam menyenggol pundak Pika.

"Eh... iya." Jujur, Pika terpukau.

"Namanya Tristan. Dia juga murid pindahan. Tapi dari Bandung. Anak orang kaya lagi."

"Terus, kok bisa sih dia mau-maunya gabung ke geng mereka."

"Habisnya dipaksa sama si Pian. Kata Pian, sekelompok geng tanpa orang cakep itu kayak sayur tanpa garam. Rasanya hambar, gengnya jadi nggak berguna. Jadi kalau mereka jalan berempat, semuanya langsung sok-sok gayaan merasa paling ganteng. Padahal yang dilihat sama cewek-cewek Cuma Tristan doang. Tapi Pian selow aja, karena berteman dengan orang ganteng bisa ketularan ganteng juga katanya."

Pika tertawa lagi.

"Tristan mau aja dibego-begoin sama Pian."

"Hahah iya! Tapi Tristan senang berteman sama Pian. Katanya Pian itu asik, nggak membosankan dan yang paling penting peduli sesama teman. Pernah tuh, waktu Tristan dihukum sama kepala sekolah saat upacara bendera. Pian langsung pura-pura pingsan, biar Tristan yang gotong dia ke UKS terus mereka bisa bebas dari upacara."

Pika nyaris terbahak-bahak.

"Ada lagi nih. Waktu Tristan gak buat PR, terus nggak boleh ikut ulangan. Tau apa yang dilakukan Pian?"

"Apa?"

"Pian ngancam anak kelasnya buat mogok ulangan. Katanya kalau satu kena, semua harus ikut kena. Pokoknya kalau Tristan nggak bisa ulangan, sekelas nggak mau ikut ulangan. Nah, pas istirahat ... sekelas langsung ditraktir es cendol sama Pian."

"Hahaha Ya Allah. Rela banget si Pian uang jajannya habis demi ancam anak-anak sekelas. Udah ngancam, ditratir cendol lagi."

"Nah, itu ajaibnya Pian ahahah." Pika menyeka sudut matanya dengar jari.

"Tapi, lo kok bisa tau banget sih tentang Pian?"

"Ya taulah. Aku kan satu ekskul sama dia. Di basecamp teater, Pian sering curhat sama Bu Nova. Jadi aku ikut nguping sedikit hehehe."

"Bu Nova siapa?"

"Hm...." Nilam tampak berpikir sejenak.

"Guru kesenian kita, plus pelatih teater di sekolah ini. Bu Nova dan Pian itu udah akrab kayak ibu dan anak kandung."

"Ooo...." Pika ber-o ria.

"Hey Nona sedang apakah dirimu mengintipku di balik jendela?" nggak ada angin. Nggak ada hujan. Tiba-tiba Pian sudah nongol di hadapan Pika. Membuat cewek itu nyaris terjungkang ke belakang dan terkejut!

"Eh, monyet lu!" serunya tanpa sengaja latah.

"Bukan monyet. Tapi cucu, cucu, cucu, cucunya Kahlil Gibran, anak buahnya Neil Armstrong, muridnya Imam Hanafi. Dan... calon pacar Harpika." Wajah Pian kalem.

Pika masih mengelus dada. "Kok kamu bisa ada di sini sih? Bukannya-" Perasaan, Pian tadi ada di pinggir lapangan bersama teman-temannya. Pika yakin sekali! Nggak mungkin Pian bisa berubah wujud atau punya kekuatan super ajaib menghilang dalam sekejap.

"Kamu terlalu asik sama diri kamu sendiri, sampai nggak sadar kalau orang yang menyukai kamu sudah ada di hadapan kamu," kata Pian puitis.

"Bukan itu ih!" Pika mulai kesal. Sedangkan Nilam tertawa terpingkal-pingkal.

"Jangan marah-marah, Agen. Nanti kamu cepat tua. Nggak apa-apa kalau kamu tuanya sama aku. Biar sama-sama punya uban," kata Pian kembali ngawur. "Agen, kamu cantik. Tapi lebih cantik lagi kalau kamu senyum."

Begitu kalimat terakhir dari Pian sebelum cowok itu benar-benar menghilang dari hadapan Pika. Benar-benar pergi dan tidak kembali lagi ke kelas ini karena bell masuk sudah berbunyi.

Untunglah! Karena akhirnya Pika bisa bernapas lega. Merasakan kehadiran Pian disekelilingnya membuat kepala Pika nyaris pecah.

*********

SALAM MAK PIAN

1
Esti Purwanti Sajidin
taraaaa langsung nge vote ka syemangaddd
Hitagi Senjougahara
Gak nyangka endingnya bakal begini keren!! 👍
Dennis Rodriguez
OMG! Gemes banget!
Alison Noemi Zetina Sepulveda
Aku jadi terbawa suasana dengan ceritanya, bagus sekali! ❤️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!