NovelToon NovelToon
Bukan Istri Kedua

Bukan Istri Kedua

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Lari Saat Hamil / Cinta Terlarang / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Obsesi / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Fitri Widia

Hidup tak berkecukupan, memaksakan Alana mengubur impiannya untuk berkuliah. Dia akhirnya ikut bekerja dengan sang ibu, menjadi asisten rumah tangga di sebuah rumah cukup mewah dekat dari rumahnya. Namun masalah bertubi-tubi datang dan mengancam kehidupan dirinya dan sang ibu. Dengan terpaksa dirinya menerima tawaran yang mengubah kehidupannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Widia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kecurigaan Yuniar

"Dasar pencuri! Kau harus menerima akibat dari perbuatanmu," ucap Bara emosi setelah melihat kalung itu dalam tas pembantunya.

Ira terus mengelak dan berusaha menjelaskan kalau dia tak pernah mencuri kalung itu. Namun melihat kalung itu dalam tasnya, dirinya tak bisa membela diri.

Para tetangga heboh ketika melihat mobil polisi melintasi jalanan di kampung itu. Perbuatan kriminal apa dan siapa yang ternyata bisa sejauh itu melakukan tindak kejahatan.

Pak Joko menunjukan seringainya saat tahu jika Ira akan berada di tahanan. Dia bisa leluasa mengganggu Alan yang sebenarnya jadi tujuannya. Kelainan Joko yang masih menyukai perempuan muda, membuatnya tak bisa menahan hasrat ketika melihat gadis muda secantik Alana di hadapannya.

Ira tak bisa lagi membela dirinya, setelah Yuniar menjadi saksi jika kalung berlian itu ada di dalam tas milik sang pembantu. Rasanya dunia seakan runtuh, karena takut tak bisa melindungi putrinya dari pria sakit seperti Joko.

"Kau lihat, orang kaya bisa dengan mudah memasukkanmu ke dalam penjara. Makanya, jangan karena miskin, kau bisa seenaknya mencuri. Penderitaanmu tidak bisa menjadi alasan atas kejahatanmu," ucap polisi yang sedang berjaga. Ira hanya diam, entah bagaimana perasaan Alana saat tahu ibunya ada di jeruji besi.

Alana yang baru pulang dari pekerjaan, di datangi oleh Bu Joko yang sudah menunggunya di depan kamar kontrakan.

"Alana, ibumu, dia.."

"Ibu kenapa? Kenapa dengan ibu saya?" Tanya Alana yang penasaran karena Bu Joko tak bisa menyelesaikan ucapannya.

"Ibumu masuk penjara. Dia mencuri kalung berlian milik Bu Yuniar."

Kaki Alana seketika lemas, tak percaya dengan yang dia dengar. Dia tahu keluarganya miskin, namun ibunya tak pernah mengajarkan dirinya untuk mengambil hak orang lain.

"Terima kasih Bu Joko sudah beritahu saya," ucap Alana yang segera berlalu menuju kantor polisi.

Gadis itu sampai di kantor polisi, dan melihat ibunya yang duduk meringkuk. Seorang polisi yang masih muda, menatap gadis itu dengan tatapan aneh karena melihat Alana yang hanya mematung melihat ibunya.

"Ada keperluan apa anda kemari nona?" Tanya pemuda berseragam itu pada Alana.

"Saya mau lihat ibu saya," jawab Alana sambil menunjuk pada ibunya.

Pemuda itu nampak tak percaya melihat Alana yang ternyata anak dari seorang kriminal. Apalagi setelah gadis itu bekerja di salon, gaya berpakaian dan juga riasan di wajahnya yang semakin glow up.

"Ya, silakan saja kamu temui ibumu. Tapi hati-hati dengan tahanan lain. Jangan sampai membuat mereka terganggu," ucap polisi muda itu.

"Waktunya hanya 15 menit, setelah itu kau harus pulang," imbuhnya.

Alana tak menggubris ucapannya, dia hanya fokus pada ibunya yang masih duduk meringkuk. Gadis itu menghampiri sang ibu yang terhalang dengan jeruji besi. Ira yang menyadari kedatangan putrinya, segera berdiri menghampiri sang anak.

"Ibu tidak tahu bagaimana semua itu bisa terjadi, tapi ibu benar-benar tak bersalah. Alana, ibu tak pernah memasukan benda itu ke dalam tas ibu, bahkan ibu tak tahu bagaimana rupa benda itu," ucap sang ibu mencoba menjelaskan pada Alana.

"Tanpa penjelasan panjang lebar, aku tahu kalau ibu tak bersalah. Entah siapa yang memasukannya ke dalam tas ibu, aku yakin dia pasti akan segera mendapat balasannya!"

Ira menggenggam tangan putrinya, dan mengatakan sesuatu yang membuat Ira terpaksa menyetujuinya.

•••

Sudah dua minggu Ira mendekam di jeruji besi, dan Alana yang ternyata sudah pindah dari kontrakannya yang lama. Gadis itu meminta Revan untuk menempati mess yang ada di samping salon, dan alangkah baik Revan mengizinkannya.

"Ya, daripada kosong dan tak terurus. Lebih baik kamu tempati saja."

Untungnya, tak banyak barang yang harus di bawa. Semua Alana lakukan demi menghindari Joko yang pastinya akan leluasa mendekati Alana.

Namun, bukan hanya Joko yang menjadi ancaman gadis itu. Ada bahaya yang lebih besar lagi. Bara, pria tua yang juga mengincar Alana kini terlihat mendatangi kantor polisi di saat Alana sedang menjenguk sang ibu.

"Ternyata, aku datang tepat waktu. Tunggulah di luar gedung ini, jika kau tak menurutiku, akan ku buat ibumu semakin lama mendekam di sana."

Ancamannya bukan hanya bualan, terdengar amarah bercampur emosi dari ucapannya. Seolah dirinya sedang membalaskan dendam karena hinaan yang di dapat dari Alana beberapa bulan lalu.

Setengah jam berlalu, Bara terlihat keluar dari kantor polisi dan melihat ke arah tempat duduk. Terlihat gadis itu menepati janjinya. Kini Bara tahu jika kelemahan Alana adalah ibunya.

"Kau, gadis angkuh yang akhirnya menuruti perkataanku. Suatu keajaiban melihat gadis keras sepertimu akhirnya terlihat lemah seperti ini," ucap pria yang bahkan rambutnya mulai memutih. Namun tubuhnya yang masih gagah membuat nilai plus pada penampilannya. Apalagi jas yang dia pakai, menambah karisma yang bahkan membuat wanita lain terpesona.

"Aku bisa membebaskan ibumu, tapi dengan satu syarat. Jadilah istri ketiga ku, maka ibumu akan ku bebaskan dan ku jamin biaya hidupnya," tawar Bara yang tentu saja membuat Alana muak.

"Aku tak habis fikir, kenapa Tuan Bara yang terhormat terus memaksaku untuk menjadi istri ketiga anda. Sudah ku tegaskan, aku tak akan pernah mau menerimanya!"

Bara mengepalkan tangan, kesal karena Alana masih dengan pendiriannya. Bahkan ibunya yang kini sudah mendekam di balik jeruji, tak membuat gadis itu luluh sedikitpun.

"Baiklah jika kau masih bersikeras menolak, maka ibumu akan segera menghadapi sidang perkaranya. Aku akan mengatakan apa yang kulihat dan ibumu tak akan bisa bebas dengan mudah."

Bara meninggalkan Alana yang masih terguncang. Gadis itu tak menyangka jika jalan hidupnya akan serumit ini. Bertemu dengan pria tua beristri yang tak puas hanya satu wanita.

Alana pun kembali ke mess tempatnya tinggal sekarang. Walau merasa aman, tetap saja rasanya kesepian karena tak ada ibu yang biasa menemaninya tidur. Gadis itu hanya memejamkan mata, namun tak dapat terlelap. Alana kembali menimbang tawaran dari Bara yang akan membebaskan ibunya dan membiayainya jika dia mau menikah dengannya.

Pagi harinya, Yuniar mendapati Bara yang tengah bercengkrama dengan ponselnya. Tanpa sengaja dia mendengar kata-kata mencurigakan yang keluar dari mulut suaminya.

"Nanti sabtu malam kita bertemu, di cafe depan kantor polisi. Ya, aku pasti menepati janjiku asal kau juga menerima tawaranku," kalimat itu terdengar jelas di telinga Yuniar yang tak menguping pembicaraan suaminya.

"Depan kantor polisi? Dengan siapa pria tua itu membuat janji?" ucap Yuniar yang mencurigai gerak gerik suaminya. Apalagi setelah menerima panggilan, wajah Bara menampakan raut wajah seolah mendapat kemenangan.

Sementara itu, Alana yang terpaksa menyetujui tawaran Bara agar ibunya bebas mulai menyiapkan mental dan hatinya. Tak ada jalan lain, selain menerima pinangan pria tua yang tahu diri itu, tanpa tahu kejadian buruk apa yang akan menimpa keluarga Pradipta.

1
Randa kencana
Ceritanya sangat menarik
Fitri Widia: Terima kasih 🥺🙏
total 1 replies
partini
waduh waduh imbalannya tempik
partini
ibunya lagi main kah
partini
good
Fitri Widia: terimakasih 😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!