NovelToon NovelToon
EXONE Sang EXECUTOR

EXONE Sang EXECUTOR

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Dunia Lain
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Aegis zero

Seorang penembak jitu tewas kerena usia tua,dia mendapatkan dirinya bereinkarnasi kedunia sihir dan pedang sebagai anak terlantar, dan saat dia mengetahui bahwa dunia yang dia tinggali tersebut dipenuhi para penguasa kotor/korup membuat dia bertujuan untuk mengeksekusi para penguasa itu satu demi satu. Dan akan dikenal sebagai EXONE(executor one) / (executor utama) yang hanya mengeksekusi para penguasa korup bahkan raja pun dieksekusi... Dia dan rekannya merevolusi dunia.



Silahkan beri support dan masukan,pendapat dan saran anda sangat bermanfaat bagi saya.
~Terimakasih~

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aegis zero, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

last city

Arya melangkah keluar dari tempat eksperimen, matanya menatap langit yang belum sepenuhnya gelap.

“Tak sampai tengah malam juga sudah selesai…” gumamnya. “Hm… apa aku sebaiknya menemui Dina? Tapi tadi aku menyuruh dia mengeksekusi target sendiri. Ya sudahlah, aku hubungi saja.”

Ia mengangkat alat komunikasinya.

Beep! Beep!

Dari seberang, suara panik segera terdengar. “Arya menghubungi? Ada apa ya?!” tanya Dina sambil mengaktifkan komunikator. “Halo, Ar! Kenapa?”

“Tugasku di sini sudah selesai. Kau butuh bantuan untuk eksekusimu?”

“Sudah selesai? Cepat banget!” suara Dina terdengar terkejut. “Aku ingin sekali-kali mengeksekusi penguasanya sendirian. Tapi gimana kalau kamu mengawasi dari jauh?”

“Aku tadi pakai skill Search, jadi langsung ketemu,” jawab Arya ringan. “Kau sekarang di mana?”

“Curang banget sih skill kamu! Ya sudah, ketemu di pusat kota, ya!”

“Baiklah.”

Arya memutuskan komunikasi dan melangkah menuju pusat kota. Tak lama kemudian, ia menemukan Dina sedang berdiri di tengah keramaian yang suram.

“Jadi, informasi apa yang kau dapatkan tentang penguasa kota ini?” tanya Arya langsung.

“Hehehe!” Dina tertawa kecil, tapi wajahnya terlihat malu. “Tidak ada sama sekali! Aku malah sibuk mencari kedai makanan, tapi nggak ada yang terlihat enak.”

Arya menatapnya tajam. “Kau ini… cari kedai makanan di kota yang sedang menderita? Rakyatnya kelaparan, mana mungkin ada penjual makanan?!”

“I-iya juga, ya!” Dina menepuk dahinya. “Kok aku nggak kepikiran, hahaha!”

Arya menghela napas panjang. “Apa otakmu sudah berhenti berfungsi?” gumamnya pelan. “Ya sudahlah… kita lanjutkan. Apa sekarang saja kita eksekusi?”

“Biasanya tengah malam…”

“Kalau dilakukan saat warga masih aktif, akan lebih dramatis. Lagipula, ini kota terakhir, kan?”

Dina mengangguk mantap. “Benar juga. Ayo, kita berangkat!”

Mereka menuju mansion sang penguasa. Begitu sampai di gerbang, Dina menarik dua belati dari sarungnya.

“Jangan ganggu ya? Janji!” ucapnya sambil menoleh ke Arya.

“Iya, iya…” jawab Arya dengan malas.

Dina melangkah mendekati penjaga yang berjaga di depan pintu.

“Permisi, Pak. Bolehkah aku bertanya sesuatu?”

Seorang penjaga melotot. “Anak kecil?! Kenapa kau bawa senjata?! Jatuhkan itu!” Ia mengarahkan senjata ke arah Dina.

“Bolehkah aku mencabut nyawa kalian?” jawab Dina datar. Dalam sekejap, slash!—kepala penjaga itu terpisah dari tubuhnya.

“A-apa?!” gumam penjaga lain, tak sempat bereaksi saat tubuh rekannya roboh.

Arya menangkupkan tangan. “Turut berduka cita,” ucapnya ringan.

“Mwehehehe!” Dina tertawa kecil sebelum mendorong pintu depan mansion. Kreeeett...

“Siapa itu?!”

“Penyusup!”

“Pegang senjata?! Exone ya?!”

“Exone menyerang! SEMUANYA!”

Dina menatap kesal. “Berisik banget sih.”

Dalam sekejap, ia melesat maju. Suara slash menggema, hanya disertai jeritan sesaat sebelum tubuh-tubuh para penjaga tercincang dan tergeletak di lantai. Potongan tangan, kaki, kepala, dan tubuh berserakan.

Arya memperhatikan dengan tenang. Kecepatannya meningkat... pikirnya. Hampir tak bisa kulihat. Padahal dia tak menggunakan sihir angin... Mirip skill Swap. Apa dia berlatih diam-diam?

Jeritan terdengar dari dalam rumah.

“Kyaaaah!”

“Ti-tidak!”

Dina menyahut, “Pergilah, Nyonya. Aku tidak akan menyakiti kalian. Suruh para pelayan lainnya keluar dari sini!”

“B-baiklah! T-terima kasih!”

Para pelayan segera berlari keluar.

“Penjaganya cuma segini?” gumam Dina.

“Hei, Dina. Kau berlatih diam-diam, ya? Kecepatanmu luar biasa.”

“Benarkah?” Dina tersenyum bangga. “Mungkin karena sudah terbiasa bergerak cepat, jadi tambah cepat.”

“Jadi kau nggak latihan diam-diam?”

“Mana sempat? Kita di perjalanan terus.”

Arya menggeleng. “Kau tetap harus latihan. Apalagi makannya banyak. Nanti kalau tambah gendut, kecepatanmu melambat.”

“Kau bilang aku GENDUT?! Aku tidak gendut!”

“Tidak, lupakan saja…”

“Hmph!”

Mereka memasuki lorong, memeriksa lantai demi lantai.

“Bisa pakai skill Search, Ar? Penguasanya nggak kelihatan.”

“Oh iya, lupa.” Arya memejamkan mata. “Search! Hm… lantai tiga, kamar kedua sebelah kanan. Ada dua orang... Bertumpuk di satu ranjang?”

“Bertumpuk?!” wajah Dina memerah.

Dina naik ke lantai tiga, dan tanpa ragu srettt!—ia memotong pintu.

“A-apa itu?!”

“Kyaahh!”

Wajah Dina memerah semakin hebat. “Ngapain kalian?! MESUM! Mau mati pun masih sempat berbuat mesum!”

“Oh…” Arya memalingkan wajah dan menutup mata Dina dengan tangannya. “Kau nggak boleh lihat! Masih kecil!”

“Si-siapa kalian?! Apa mau kalian?!”

“Mungkin Anda pernah dengar nama Exone?” Arya tersenyum dingin. “Hei, Dina. Masih mau membunuhnya? Atau biar aku saja?”

“AKAN KUBUNUH KEDUA BAJINGAN MESUM INI!” teriak Dina. “Saat rakyat kelaparan karena pajak tinggi, kalian malah enak-enakan di ranjang?!”

“Bagaimana kau akan membunuhnya? Matamu kututup ini,” ledek Arya.

“Lepaskan tanganmu! Aku bisa membunuh dengan mata tertutup!”

“Haaa... Hei, bajingan! Cepat pakai pakaian kalian! Jangan kotori mata Dina dengan tubuh kalian!”

“B-baik!”

Setelah mereka berpakaian, Arya melepas tangannya.

Dina maju, belati di tangan. “Akan kubunuh kalian!”

“A-ampuni aku!” jerit sang penguasa.

“A-aku tidak bersalah!” tangis wanita di sebelahnya.

“Tidak bersalah?” Dina menyipitkan mata. “Siapa kau?”

“A-aku hanya pelayan…”

Dina berbisik pada Arya. “Hei Ar, dia juga harus dibunuh?”

Arya membalas pelan, “Terserah. Tapi kalau dia pelayan dan terlihat menikmati tanpa menolak… berarti ada hubungan.”

“Benar juga…”

“Ampuni aku!”

“Jangan bunuh aku!”

“Tidak akan.”

Slash!—Kedua kepala mereka jatuh bersamaan.

“Tapi bagaimana dengan istri dan anaknya?” tanya Dina. “Kita belum melihatnya.”

Arya memejamkan mata. “Search! Di kamar sebelah.”

Dina menahan napas. “Dia bersetubuh dengan pelayan… di sebelah kamar istrinya?!” Wajahnya memerah karena marah.

Mereka menuju kamar sebelah. Dina membuka pintu dengan satu tebasan.

“Siapa itu?” terdengar suara pelan.

“Siapa itu, Bu?”

“Hei, Ar… istrinya terlihat seperti orang baik. Wajahnya lebam. Anak mereka masih kecil.”

“Korban KDRT,” gumam Arya. “Dan anak itu masih polos.”

“Apa kita akan membunuh mereka?” bisik Dina. “Aku tidak tega…”

“Tak perlu. Mereka juga menderita. Tak ada kesenangan dalam hidup mereka.”

“Siapa kalian?” suara sang ibu masih gemetar. “Bu… aku takut…” bisik anaknya.

Dina berjongkok, mencoba tersenyum. “Kami bukan siapa-siapa… Tenang saja.”

Arya melangkah maju. “Halo, Nyonya. Nak. Kami dari Exone. Pernah dengar tentang kami?”

“I-iya… Exone… Kelompok yang membunuh penguasa korup…” suara wanita itu lirih. “Jadi suamiku juga…”

“...dibunuh,” lanjut Arya. Anak itu mulai menangis. Ibunya segera memeluknya.

“Apakah kami juga akan dibunuh?” tanya sang ibu.

“Tidak,” jawab Arya lembut. “Kalian juga korban. Maafkan kami karena telah membunuh suami Anda. Dan… Heal!”

Cahaya hangat menyembuhkan luka di wajahnya.

“Eh?! Luka ini… sembuh?! Benarkah?! Tapi saya adalah istrinya!”

“Anda terlihat seperti orang baik,” kata Arya. “Dan jika Anda tak mau pergi, bolehkah saya mengajukan satu permintaan?”

“Permintaan?” tangisnya kembali mengalir. “Apakah… nyawa saya?”

Arya tertawa kecil. “Bukan. Saya ingin Anda menggantikan suami Anda, memimpin kota ini.”

“Tidak bisa! Warga tak akan menerima saya!”

“Tenang. Kami akan jadi penjamin. Dan saya bisa bantu memulihkan kota ini. Bagaimana? Bukan tawaran buruk, bukan?”

Tangis Charlotte pecah. “Saya… selalu mencoba memperingatkannya, tapi saya dihajar… Saya tidak bisa…”

Arya menggenggam tangannya. “Saya percaya, Anda bisa.”

Dina menatap dari belakang. “Arya…”

“Kota ini butuh pemimpin seperti Anda. Bukan soal kedudukan, bukan soal gender—tapi soal kepedulian. Jadi… maukah Anda menerima permintaan saya?”

“…baiklah,” katanya pelan. “Jika saya bisa membantu…”

“Boleh tahu nama Anda?”

“Charlotte Yana. Yana nama keluarga saya. Dan ini anak saya, Christopher.”

“Charlotte dan Christopher. Nama yang bagus. Salam kenal. Saya Arya Setya, dan wanita cantik itu bernama Dina.”

“C-cantik?” Dina menunduk, wajahnya memerah. “Salam kenal… nama saya Dina.”

“Salam kenal… dan mohon kerjasamanya.”

“Kakak cantik sekali!” seru Christopher polos.

Dina semakin memerah. “Dip-puji anak kecil… nggak bikin aku senang!”

Arya tertawa. “Dia memang pemalu.”

“Diam kau!” sentak Dina.

Charlotte tersenyum tipis. “Hihihi…”

Eksekusi di Kota Zerio pun berakhir dengan sukses. Tujuan selanjutnya hanya satu: ibukota kerajaan.

Di dalam istana, Sekius menatap keluar jendela.

“Jadi… ada mata-mata di Seven Eclipse?”

Noctis menunduk. “Benar, Yang Mulia. Sejak dia bergabung, pergerakan Exone terlalu mulus…”

“Biarkan saja,” ujar Sekius pelan, senyumnya samar. “Dengan begitu, rencanaku akan lebih mudah terlaksana.”

“Sesuai kehendak Anda.”

Gamma telah dicurigai… dan rencana apa yang sebenarnya disusun oleh Raja Sekius?

1
luisuriel azuara
Karakternya hidup banget!
Nandaal: terimakasih banyak
total 1 replies
Ani
Gak sabar pengin baca kelanjutan karya mu, thor!
Nandaal: terimakasih banyak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!