Jihan Hadid, seorang EO profesional, menjadi korban kesalahan identitas di rumah sakit yang membuatnya disuntik spermatozoa dari tiga pria berbeda—Adrian, David, dan Yusuf—CEO berkuasa sekaligus mafia. Tiga bulan kemudian, Jihan pingsan saat bekerja dan diketahui tengah mengandung kembar dari tiga ayah berbeda. David dan Yusuf siap bertanggung jawab, namun Adrian menolak mentah-mentah dan memaksa Jihan untuk menggugurkan kandungannya. Di tengah intrik, tekanan, dan ancaman, Jihan harus memperjuangkan hidupnya dan ketiga anak yang ia kandung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Adrian membuka matanya dan melihat Jihan yang tertidur di kursi samping tempat tidurnya.
Ia pun bangkit dari tempat tidurnya sambil membopong tubuh Jihan dan menaruhnya di sampingnya.
"Tidurlah disini, sayang." ucap Adrian sambil memeluk tubuh Jihan.
Jihan bergumam lirih dan mendekat ke arah lengan Adrian.
Adrian tersenyum kecil melihat tingkah laku istrinya saat sedang tidur dan ia pun segera menyusul.
Keesokan paginya David dan Yusuf membuka matanya, melihat mereka berdua yang masih tertidur pulas.
"Ini tidak bisa dibiarkan, David. Adrian curang dan mengambil kesempatan untuk memeluk Jihan." ucap Yusuf.
David menganggukkan kepalanya dan membangunkan Adrian.
Adrian membuka matanya dan melihat mereka berdua berdiri dengan wajah emosi.
"Apa maksudnya ini? Kamu mau mendahului kami?" tanya David
"Apa maksud kamu, David? Aku nggak ngerti?" tanya Adrian.
"Jihan itu bukan milikmu, Adrian. Aku dan Yusuf juga berhak tidur bersama dengannya " jawab David.
Mendengar suara mereka bertiga, Jihan langsung membuka matanya.
"Kalian bertiga kenapa lagi? Ini rumah sakit."
Jihan baru menyadari kalau dirinya ada disamping tubuh Adrian.
Ia pun langsung bangkit dari tempat tidur tetapi Adrian menariknya kembali.
"Adrian, lepaskan tanganmu." pinta Jihan.
Adrian menggelengkan kepalanya dan malah memanas-manasi mereka berdua.
"Jihan, aku mau kamu menikah sama aku." pinta David.
"Aku juga mau menikah sama kamu, Jihan. Jangan pilih kasih kamu." ucap Yusuf.
Jihan menggelengkan kepalanya saat mendengar perkataan David dan Yusuf.
"Bagaimana bisa aku menikah dengan kalian berdua?"
Adrian mencubit pipi Jihan yang berbicara seperti itu.
"Aku tidak kamu hitung, Jihan?" tanya Adrian sambil mengernyitkan keningnya.
Jihan menghela nafas panjang ketika harus menghadapi mereka bertiga yang seperti anak kecil.
"Bagaimana bisa aku menikah dengan kalian bertiga?" tanya Jihan yang kembali menanyakan hal yang sama.
"Tentu saja bisa, Jihan." jawab Adrian yang langsung menghubungi anak buahnya.
Adrian mengatakan untuk menyiapkan pernikahan mereka bertiga yang akan diadakan seminggu lagi.
"Adrian! Apa yang kamu lakukan? Memang aku sudah setuju untuk menikah dengan kalian bertiga?" tanya Jihan sambil menahan tawanya.
"MAKSUD KAMU APA, JIHAN?!" tanya mereka bertiga kompak.
Jihan bangkit dari tempat tidurnya dan tertawa terbahak-bahak.
"Jihan! Awas kamu, ya." David menghampirinya Jihan dan langsung menggelitiki pinggang Jihan.
Yusuf dan Adrian tidak mau kalah dan ikut menggelitiki pinggang Jihan.
"Hahaha! Aku nggak kuat." ucap Jihan sambil tertawa terbahak-bahak.
Perawat masuk dan melihat tingkah mereka berempat.
"Permisi, dimana pasien yang sakit?" tanya perawat.
Mereka langsung berhenti menggelitiki pinggang Jihan.
"Adrian, cepat kembali ke tempat tidurmu." ucap Jihan.
Adrian menjadi salah tingkah dan langsung naik ke atas tempat tidur.
Perawat memberikan tekanan darah Adrian dan luka yang ada di kepala Adrian.
"Semula normal dan nanti siang anda sudah boleh pulang.Tapi, tolong istirahat dulu dan jangan banyak bergerak" pinta perawat.
"Yes! Akhirnya aku punya teman yang menemani aku di tempat tidur." ucap Jihan dan tertawa terbahak-bahak.
Perawat, Adrian dan mereka berdua langsung memandangi wajah Jihan.
Jihan langsung menundukkan wajahnya karena malu.
Mereka langsung tertawa terbahak-bahak melihat Jihan yang salah tingkah.
Disaat perawat yang memeriksa Adrian sudah keluar dari ruang perawatan.
Sekarang perawat satunya masuk dan membawa nampan berisi bubur dan susu kedelai hangat untuk Adrian.
"Sekarang aku yang akan menyuapi kamu." ucap Jihan yang kembali duduk dan mengambil mangkuk.
Adrian tersenyum dan meledek mereka berdua yang sedikit cemburu.
"Kalau disuapi seperti ini, kita berdua juga mau." ucap Yusuf.
Jihan melirik kecil dan meminta mereka berdua untuk ke kantin membeli sarapan.
"Baik Nyonya Adrian, David dan Yusuf. Kita berdua ke kantin dulu." ucap Yusuf.
Mereka berdua keluar dari ruang perawatan dan menuju ke kantin rumah sakit.
"Apakah kalian bertiga yakin mau menikah dengan ku?" tanya Jihan.
"Tentu saja kita yakin dan kita bertiga tidak pernah mengingkari janji." jawab Adrian
Jihan mengatakan kalau ia akan meminta tim EO nya yang akan mengurus pernikahannya.
"Silahkan saja kamu yang atur semuanya." ucap Adrian.
"Sama satu lagi, Adrian."
"Satu lagi? Apa itu Jihan?" tanya Adrian dengan wajah penasaran.
Disaat akan menjawab pertanyaan tersebut, David dan Yusuf masuk ke ruang perawatan.
"Ada apa ini? Kelihatannya serius sekali." tanya David.
"Aku nggak mau tinggal di apartemen, David. Aku mau punya rumah dengan satu kamar yang besar untuk kita berempat." jawab Jihan.
Mereka berusaha langsung melirik ke arah Jihan dengan tatapan nakal.
"Sepertinya calon istri kita, maunya rame-rame," ledek Yusuf.
Jihan mencubit lengan Yusuf yang sedang meledeknya.
"Bukan begitu, Yusuf. Aku nggak mau kalau pas malam-malam, aku mengetuk pintu kalian masing-masing."
"Ternyata calon istri kita, nakal juga ya." ucap David sambil mencium pipi Jihan.
"Kamu curang, David." ucap Adrian yang melihat David mencium pipi Jihan.
Jihan tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan dari Adrian.
"Sudah-sudah hentikan semuanya dan sekarang ayo kita bersiap-siap untuk pulang ke apartemen." ajak Jihan sambil memakai jaketnya.
Adrian bangkit dari tempat tidur dan berjalan menggenggam tangan Jihan.
Mereka berdua juga berebut untuk menggenggam tangan Jihan.
Banyak sekali orang yang melihatnya mereka berempat.
Sementara itu di tempat lain dimana Maria menceritakan semuanya kepada Leonardo.
"Kamu bodoh, Maria. Kalau sudah seperti ini, mereka pasti akan lebih waspada." ucap Leonardo sambil melihat Maria.
Leonardo akhirnya mengambil ponselnya dan menghubungi Ares.
"Kita lakukan rencana B dan pastikan mereka tidak menyadari jika Jihan hilang." ucap Leonardo.
"Baik, akan aku lakukan rencana B." ujar Ares.
Leonardo menutup ponselnya dan meminta Maria untuk tidak melakukan hal yang membuat rencana hancur.
Maria menganggukkan kepalanya dan ia kembali ke kamarnya.
Leonardo menggelengkan kepalanya saat melihat Maria yang melakukan tindakan tanpa memberitahukan nya
Sementara itu Ares sudah berada di apartemen Adrian yang sedang tidak penjagaan ketat.
Ia melakukan rencana B dan bersembunyi di bawah tempat tidur Jihan.
Tak berselang lama terdengar suara mereka yang baru saja datang.
Ares menahan nafasnya agar tidak terdengar oleh mereka bertiga.
Ia sangat tahu siapa Adrian, David dan Yusuf yang terkenal sebagai mafia kejam.
"Jihan, sekarang kamu istirahat dulu. Biar Adrian sama aku dan Yusuf. " ucap David.
Jihan menganggukkan kepalanya dan ia masuk kedalam kamarnya tanpa menyadari jika ada seseorang dibawah tempat tidurnya.
Ia masuk ke kamar mandi untuk membasuh muka dan mengganti pakaiannya.
Setelah itu ia naik ke atas tempat tidur dan merebahkan tubuhnya.
"Kenapa mereka semua menjadi seperti anak kecil." gumam Jihan sambil tertawa kecil membayangkan kejadian di rumah sakit.
Kemudian Jihan memejamkan matanya dan Ares keluar dari tempat tidur.
"MMMMPPHH!!!"
Jihan mencoba untuk berontak tetapi tenaganya untuk melawan Ares sangatlah lemah.
Dalam hitungan detik Jihan langsung tidak sadarkan diri.
"Kamu sangat cantik sekali, Jihan. Tapi sayang malam ini kamu harus mati." ucap Ares sambil mengambil senjata peredamnya
Ares langsung menembak ke arah perut Jihan dua kali.
Setelah selesai melakukannya, Ares keluar mengendap-endap tanpa meninggalkan jejak.