NovelToon NovelToon
Menikah Dengan Sahabat

Menikah Dengan Sahabat

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti / Nikah Kontrak / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Mengubah Takdir
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Julia And'Marian

Mereka tumbuh bersama. Tertawa bersama. Menangis bersama. Tapi tak pernah menyangka akan menikah satu sama lain.

Nina dan Devan adalah sahabat sejak kecil. Semua orang di sekitar mereka selalu mengira mereka akan berakhir bersama, namun keduanya justru selalu menepis anggapan itu. Bagi Nina, Devan adalah tempat pulang yang nyaman, tapi tidak pernah terpikirkan sebagai sosok suami. Bagi Devan, Nina adalah sumber kekuatan, tapi juga seseorang yang terlalu penting untuk dihancurkan dengan cinta yang mungkin tak terbalas.

Sampai suatu hari, dalam situasi penuh tekanan dan rasa kehilangan, mereka dipaksa menikah demi menyelamatkan kehormatan keluarga. Nina baru saja ditinggal tunangannya yang berselingkuh, dan Devan, sebagai sahabat sejati, menawarkan sebuah solusi yaitu pernikahan.

Awalnya, pernikahan itu hanyalah formalitas. Tidak ada cinta, hanya kenyamanan dan kebersamaan lama yang mencoba dijahit kembali dalam bentuk ikatan suci.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Julia And'Marian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 11

Sudah seminggu berlalu sejak arisan keluarga besar yang penuh tekanan itu. Tapi bukan itu yang mengganggu Nina belakangan ini. Yang membuatnya gelisah adalah sikap Devan yang berubah. Tak lagi sehangat dulu. Tak lagi se-terbuka biasanya.

Dulu, setiap malam Devan selalu memeluk Nina dari belakang sebelum tidur, mencium dahinya dan berbisik pelan, “Terima kasih sudah bersamaku.” Tapi Devan kini, hanya tidur dengan punggung menghadap ke dinding, dan sapaan malamnya hanya terdengar seperti formalitas.

“Van, kamu capek ya kerjaannya?” tanya Nina suatu malam, mencoba mencari celah.

“Biasa aja,” jawab Devan tanpa menoleh.

Nina terdiam. Hatinya mulai dihantam kekosongan yang menyesakkan.

Hari-hari berikutnya, perubahan itu semakin terasa.

Devan sering pulang lebih malam dari biasanya. Kadang hanya membawa makanan dibungkus tanpa menanyakan selera Nina. Bahkan saat Nina jatuh sakit ringan dan demam, Devan hanya berkata, “Minum obat, nanti juga reda.”

Nina merasa seperti tak terlihat. Seperti tak dianggap.

“Van… kenapa kamu berubah?” tanya Nina pada suatu pagi, suaranya nyaris seperti bisikan.

Devan, yang sedang memasang dasi kerja, terdiam sejenak lalu berkata, “Nggak ada yang berubah. Kamu aja yang terlalu peka.”

Jawaban itu menghantam lebih keras daripada teriakan.

Nina hanya bisa mengangguk. Tapi dalam hati, ia merasa sendirian… di rumah yang dulu terasa hangat.

Saat mengajar privat di rumah salah satu murid, Nina sempat duduk sebentar dengan ibunya si murid, Bu Ratih—teman lama keluarga Devan.

“Ibu lihat kamu keliatan pucat ya, Nina. Capek? Lagi program juga mungkin?”

Nina terkejut. “Program?”

Bu Ratih tertawa kecil. “Iya, masa Devan nggak cerita? Ibu dengar dari sepupunya waktu arisan, katanya Devan lagi ditekan ibunya buat segera punya cucu. Bahkan sudah konsultasi ke dokter bareng.”

Nina tercekat. Ia… tidak tahu.

Setibanya di rumah, ia menunggu hingga malam. Begitu Devan pulang, Nina menyambutnya dengan tenang.

“Kamu… ke dokter kandungan bareng Ibu kamu?”

Deva. berhenti melepas sepatu. “Siapa yang bilang?”

“Bu Ratih. Katanya kamu nggak ngajak aku karena malu aku belum hamil?”

Devan diam.

Nina menahan napas. “Kamu malu sama aku, Van?”

“Bukan gitu.” Deva terdengar berat. “Aku cuma… bingung harus mulai dari mana.”

“Mulai dari jujur, mungkin?” suara Nina pecah.

Devan menunduk. “Aku takut kamu ngerasa gagal. Padahal kamu udah cukup jadi istriku. Tapi keluarga aku... tekanan itu nyata, Nin. Aku juga lelah.”

Itu malam pertama mereka bertengkar benar-benar keras.

“Jadi karena kamu ditekan, kamu memilih menjauh dariku? Membisu? Bikin aku bertanya-tanya tiap malam?!” Nina menangis.

“Aku cuma butuh ruang!” balas Devan. “Semua ini terlalu cepat! Aku belum siap jadi ayah, belum siap jadi pelindung sempurna seperti yang semua orang harapkan!”

Nina menggeleng pelan. “Aku nggak butuh kamu sempurna, Van. Aku cuma butuh kamu jujur. Tapi kamu memilih diam. Kamu memilih pergi meski kamu tetap tinggal di rumah.”

Hening.

Devan mendekat, mencoba memegang tangan Nina, tapi Nina mundur.

“Malam ini… aku tidur di ruang tamu,” bisiknya.

Dan untuk pertama kalinya sejak mereka menikah, Nina tidur sendiri—tanpa pelukan, tanpa ucapan selamat malam, tanpa rasa aman.

Saat Devan bangun, Nina sudah tidak ada di kamar. Di meja makan, ada secarik kertas dengan tulisan tangan Nina.

“Aku nggak pergi untuk meninggalkan. Aku pergi untuk memberi kamu ruang. Kalau kamu butuh waktu, ambillah. Tapi jangan biarkan diam membuat cinta kita mati perlahan. Aku tunggu kamu bicara, bukan menjauh. —Nina”

Devan menggenggam surat itu erat. Dan untuk pertama kalinya, ia sadar… diamnya telah melukai lebih dalam daripada kata-kata.

1
Eva Karmita
masyaallah bahagia selalu untuk kalian berdua, pacaran saat sudah sah itu mengasikan ❤️😍🥰
Julia and'Marian: sabar ya kak, aku kemarin liburan gak sempat up...🙏
total 1 replies
Eva Karmita
semangat semoga semu yg kau ucapkan bisa terkabul mempunyai anak" yg manis ganteng baik hati dan sopan ya Nina
Eva Karmita
semoga kebahagiaan menyertai kalian berdua 😍❤️🥰
Eva Karmita
lanjut thoooorr 🔥💪🥰
Herman Lim
selalu berjuang devan buat dptkan hati nana
Eva Karmita
percayalah Nina insyaallah Devan bisa membahagiakan kamu ❤️
Eva Karmita
mampir otor 🙏😊
Julia and'Marian: hihihi buku sebelumnya Hiatus ya kak, karena gak dapat reterensi, jadi males lanjut 🤣, makasih ya kak udah mampir 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!