Bagaimana jadinya seorang anak pelakor harus tinggal bersama dengan ibu tiri yang merupakan istri pertama dari ayahnya.
Alma selalu mengalami perbuatan yang tidak mengenakkan baik dalam fisik maupun mental, sedari kecil anak itu hidup di bawah tekanan dari ibu tirinya.
Akan tetapi Alma yang sudah remaja mulai memahami perbuatan ibu tirinya itu, mungkin dengan cara ini dia bisa puas melampiaskan kekesalannya terhadap ibunya yang sudah meninggal sedari Alma berusia 4 tahu.
Akankah Alma bisa meluluhkan dan menyadarkan hati ibu tirinya itu??
temukan jawabannya hanya di Manga Toon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MKIT 11
Saat ini tubuh Alma mendadak bergetar hebat, dia tidak pernah menyangka kalau gadis yang diinginkan oleh Tuan Ameer adalah dirinya, akan tetapi hal yang begitu menyakitkan untuk Alma ketika dirinya menyaksikan sendiri ibu tirinya begitu menjaga dan melindungi kakaknya dari cengkraman pria kejam di dalam sana.
"Ya Allah aku harus bagaimana, apa benar jika gadis yang di maksud pria itu aku, lalu apa ibuku akan menyerahkan ku begitu saja," gumam Alma dengan air mata yang menetes di pipinya.
Sedangkan saat ini Dian hanya bisa termenung, karena mendengar ucapan dari pria barusan yang tidak menginginkan anak gadisnya, melainkan menginginkan anak tiri yang selama ini dia benci kehadirannya.
"Apa anda tidak menginginkan anak gadisku tadi, tapi anda menginginkan anak gadisku yang lain, kalau seperti itu ceritanya, silahkan anda ambil saja," ucap Dian dengan hati yang begitu ikhlas.
Sedangkan gadis di samping pintu sana begitu tergugu mendengar kenyataan pahit yang saat ini tengah dia alami, dia tidak pernah membayangkan kalau ibu tirinya akan menyerahkan dirinya begitu saja tanpa pikir panjang.
"Ayah pulanglah, aku tidak tahu lagi harus berbuat apa," gumam gadis itu sambil meremas ujung bajunya.
Saat ini Alma berusaha untuk tetap tenang meskipun di dalam hati tidak ada ketenangan sama sekali, apalagi, di dalam sana Tuan Ameer mulai mengutarakan perasaannya lewat ibunya, dan hal itu benar-benar membuat dadanya semakin sesak.
"Gimana Nyonya, apa anda bersedia jika aku akan mengambil anak gadis anda yang satunya, lagi untuk aku jadikan istri, bagaimana? Apakah anda setuju dan dengan itu akan ku anggap hutang anak anda lunas, dengan syarat gadis itu harus mau ikut denganku tanpa adanya keterpaksaan!" desis Ameer tepat di depan telinga Dian.
"Baiklah kalau memang itu yang anda inginkan, anda tenang saja, beri aku waktu satu Minggu untuk membujuknya," sahut Dian yang merasa tenang karena sudah mendapatkan jalan keluar.
"Aku tunggu kabar baiknya," ucap Ameer lalu mulai pergi bersama anak buahnya.
Amer pun mulai pergi bersama dengan antek-anteknya, akan tetapi ketika dia berada diambang pintu dirinya melihat gadis incarannya sedang berdiri diambang sana, dan tatapan tajam dari pria itu begitu kental menuju ke arah gadis yang masih menenteng keranjang tasnya itu.
"Heeeemb, sebentar lagi kau akan menjadi milikku gadis cantik," seringai Ameer.
Sedangkan Alma hanya bisa memejamkan matanya, dia tidak sanggup jika harus berhadapan dengan pria kejam dihadapannya itu.
"Jangan takut Sayang, sebentar lagi kau akan menjadi milikku," ucapnya dengan penuh keyakinan.
Bulu kuduk Alma langsung merinding, mendengar suara pria dewasa dihadapannya saja dia sudah ketakutan apalagi jika harus berhadapan dengan pria itu setiap harinya, tentu akan membuat dirinya sejak jantung setiap harinya.
'Ya Allah aku takut, tolong jangan Engkau biarkan pria dihadapanku ini membawa diriku,' ucap Alma tentunya di dalam hatinya.
*******
Setelah kepergian Tuan Ameer tadi Alma langsung masuk dan di sambut oleh ibu tirinya dengan wajah yang begitu sumringah tidak seperti biasanya, dan hal itu membuat Alma sedikit merasakan kehangatan sebagai seorang anak melalui wajah sendu ibunya itu.
"Alma kau sudah pulang?" tanya wanita paruh baya itu dengan nada yang terdengar sopan di telinga.
"Iya," sahut Alma datar, karena dia tahu tujuan ibu tirinya itu.
"Al, Ibu mau bicara sama kamu," ucap Dian, sambil mengajak Alma duduk.
"Ibu mau bicara apa? Sampai-sampai mengajak Alma duduk berdua seperti ini?" tanya Alma yang pura-pura tidak tahu apa-apa.
"Begini Al, sebenarnya Ibu tidak tahu harus berbicara apa, karena dalam masalah ini hanya kamu yang bisa menyelamatkan keluarga kami," ungkap Dian dengan nada melasnya.
"Maksud Ibu apa?" tanya Alma kembali.
"Nak, kakakmu, mempunyai hutang dalam jumlah yang cukup besar kepada Tuan Ameer, dan kami pun tidak bisa membayarnya, padahal kami sudah menyerahkan rumah ini, hanya saja Tuan Ameer tidak mau, rumah ini, dan dia menginginkan kamu," ucap Dian yang benar-benar membuat Alma memejamkan matanya.
"Lalu, Ibu mau begitu saja?" tanya Alma dengan nada datarnya.
"Iya Nak karena memang tidak ada cara lain, maafkan Ibu," ucap Dian yang benar-benar membuat hati Alma berdesir.
Alma tidak kuasa menahan air matanya, bertahun-tahun dia hidup bersama ibu tirinya, tidak pernah dia mendengar ibunya mengucapkan kata maaf, apalagi berbicara lembut seperti saat ini, rasanya Alma ingin sekali berteriak, kenapa ketika ada maunya seperti ini ibunya baru mengajaknya berbicara dengan baik-baik, kenapa tidak sejak dulu, padahal Alma sudah melakukan apa yang di perintah, rasanya ini tidak adil, tapi kembali lagi dengan kesadarannya kalau dia hanya sekedar anak yang membawa luka bagi keluarga ibunya.
"Ibu apa aku boleh bertanya kepada Ibu?" tanya anak itu.
"Iya Nak, silahkan saja," sahut Dian.
"Semisal, aku mau memenuhi permintaan Ibu, apa itu sudah cukup untuk menebus rasa bersalahnya mamaku terhadap Ibu?" tanya Alma yang benar-benar membuat hati Dian berdesir hebat.
Rasanya tidak mungkin Dian memaafkan perbuatan ibu Alma, yang jelas-jelas sudah merusak keluarganya, merenggut hak anak-anaknya, akan tetapi saat ini dihadapkan dengan situasi yang teramat sulit, apa Dian mampu mengalahkan egonya demi menolong anak sulungnya yang terjebak hutang itu.
"Alma sebelum aku menjawab pertanyaanmu ijinkan Ibu menceritakan latar belakang ibumu Nak," ucap Dian yang diangguki oleh Alma.
"Silahkan Bu," sahut Alma.
Dian mulai mengambil nafas panjangnya lalu mulai menceritakan luka yang sampai sekarang belum bisa dia lupakan.
"Ibumu bernama Delisa, dia seorang karyawan yang bekerja di butik ku, dia datang dengan kesedihan dan kemalangan hidup yang dia alami, dan akupun iba lalu mulai memperkerjakan dia dengan baik, dan diapun juga baik terhadap kedua anak-anakku, aku percaya sepenuhnya dengan dia, akan tetapi tahun demi tahun, ibumu mempunyai hubungan spesial dengan suamiku, lalu ibumu berani menentang ku, dan mengatakan kalau aku istri yang tak pandai menyenangkan suaminya," cerita Dian sambil menahan rasa sesak di hatinya.
Saat ini Alma benar-benar menyaksikan kesakitan hati wanita yang selama ini dia anggap begitu tega terhadap dirinya tanpa dia ketahui seluk beluknya, sebagai seorang anak dari pelakor dia sangat-sangat sadar diri kalau kehadirannya selama ini sudah membawa luka terhadap kehidupan Dian dan kedua anaknya.
"Sudah cukup Bu, jangan di teruskan lagi ceritanya, aku tahu kesalahan ibuku tak termaafkan, tapi sebagai anak apa aku bisa untuk menebus dosa-dosanya, meminta maaf kepada Ibu secara langsung, aku tahu dan sadar jika kehadiranku ini membuat hati ibu terluka, dan keputusan Ibu sudah benar menikahkan aku dengan Tuan Ameer agar tidak ada lagi duri yang tumbuh dan berkeliaran di rumah Ibu," tutur Alma, yang membuat hati Dian merasa bersalah.
bersambung ....
kalau sampai kecolongan ya ttnda global 😂😂😂😂 ya kan thor
ibu ga da otak,, segampang itu ninggalin anaknya segampang itu minta peluk
keren Alma good girl,,smart juga tuan Ammer
itu ibu turu perlu di kasih pelajaran yg sadis bisa Thor,,ku rasa ga yah is ok yg lain aja yg bikin dia sengsara