Dikhianati suami dan sahabatnya sendiri, Seraphine Maheswara kehilangan cinta, kepercayaan, bahkan seluruh harta yang ia perjuangkan. Malam itu, ia dijebak dalam kecelakaan maut oleh Darian Wiranata dan Fiora Anindya.
Namun takdir memberinya kesempatan kedua untuk kembali ke masa lalu. Kini, Seraphine bukan lagi wanita naif, melainkan sosok yang siap membalas dendam kepada paraa pengkhianat.
Di tengah jalannya, ia dipertemukan dengan Reindra Wirajaya, CEO muda yang perlahan membuka peluang takdir baru.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadinachomilk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 KEMBALI MENGUBAH TAKDIR
Langit biru menyilaukan kedua pasang mata milik Seraphine,tubuhnya berasa ringan seolah ia sudah berada di surga. Sera membuka matanya perlahan,jantungnya berdegup kencang,karena ia rebahan di atas rerumputan dan ada bunga bunga indah disekitarnya.
"Apakah aku sudah mati?dan sekarang disurga"pikirnya.
Ia terduduk,matanya membulat ketika melihat sekeliling hamparan taman kampus dengan pohon flamboyan menjulang, bangku-bangku panjang berjejer, dan mahasiswa berlalu-lalang sambil bercanda.
"Tempat ini begitu familiar"Seraphine tertegun sebentar hingga ia melihat pakainnya yaitu kemeja warna pink dengan rok floral persis seperti waktu masa perkuliahan.
Nafasnya tercekat. Ia menoleh ke arah tas kecil di sampingnya, membuka resleting dengan gemetar.
Seraphine Maheswara,Fakultas Ekonomi, Tahun 2015.
"Aku....aku kembali ke masa lalu" suaranya tercekat.
Air matanya tanpa sadar mengalir. Tuhan mengabulkan permintaanya untuk mengubah takdir buruk di hidupnya.
"Terimakasih Tuhan"
Ingatan pahitnya berputar kembali seperti sedang memutar memori lama. Darian Wiranata, suami yang ia cintai, pria yang mengkhianatinya. Fiora Anindya, sahabat yang menusuk dari belakang. Malam ketika ia menemukan mereka bercumbu, lalu malam pengkhianatan yang merenggut nyawanya.Genggaman tangannya mengepal erat.
"Kali ini, aku tidak akan menjadi boneka mereka lagi. Aku harus membalas semua pengkhianatan mereka"pandanganya menajam.
Ia menatap sekeliling mengingat,dia kembali waktu kejadian apa. Sampai akhirnya suara berat terdengar memanggilnya.
"Seraaaaa"
Seraphine mendongak, menatap ke arah sumber suara. Seorang pria dengan kemeja biru muda berdiri sambil membawa beberapa camilan. Rambutnya agak berantakan, namun sorot matanya tajam. Di sebelahnya ada seorang gadis dengan rambut bergelombang sedang berdiri membawa dua es krim.
Darian Wijaya dan Fiora Anindya,dua orang yang sangat Sera benci berdiri di depannya dengan senyuman.
"Nih aku beliin kamu es krim"Fiora menyodorkan es krim rasa vanilla kepada Sera.
Seraphine menahan napas, rasanya ingin muntah melihat wajah itu. Tapi ia cepat-cepat menutupi ekspresi bencinya dengan senyum samar.
"Eh iyaa terimakasih ya,kalian uda dari kantinnya?"
"Uda ini aku beliin kamu cemilan banyak"kata Darian menyodorkan satu kantong jajanan.
"Oh aku ingat momen dimana aku sudah setahun berpacaran dengan Darian" batin Seraphine sambil menatap pria itu.
Seraphine menerima kantong itu dengan senyum di bibirnya yang tetap terjaga, meski hatinya kesal melihat kedua orang yang akan menjadi mautnya.
"Cemilan? Dari dua pengkhianat yang kelak akan merebut semua milikku? Menyingkirkanku seolah aku adalah sampah?" batin Seraphine dengan kesal.
Ia menahan diri agar tidak langsung melempar kantong itu ke wajah Darian.
"Wah kalian perhatian sekali,sampai aku ditinggal disini" ucap Sera lembut sambil tersenyum.
Darian terkekeh bangga seolah itu adalah hal keren yang ia lakukan.
"Iyalah,masa aku biarin pacarku kelaparan. Makanya tadi aku diam diam pergi bareng Fiora buat suprisein kamu"
Fiora ikut menyahut,wajahnya polos.
"Eh aku tadi yang ajak Darian buat suprisein kamu,maaf ya kalau kamu ga suka aku berdua sama Darian. Tapi ini aku bawain es krim vanilla kesukaan kamu"
"Ah ga mungkin lah Sera ga suka kita bareng. ini kan buat kejutan,kita juga ga ada apa apa"kata Darian.
Seraphine menatap keduanya bergantian, lalu menarik napas panjang. Lidahnya terasa pahit meski es krim vanilla itu belum ia sentuh. Ia menatap Fiora dalam dalam sahabat yang di masa depan akan menusuknya, bukan hanya di belakang, tapi tepat di jantungnya.
"Oh ya aku suka kok dengan kejutan kalian.Kalau aku boleh jujur" Seraphine menunduk sedikit, menyembunyikan tatapan yang hampir meledak dengan kebencian.
"Aku lebih suka es krim cokelat. Tapi terima kasih, Fiora"
Fiora terkekeh, mengira itu sekadar keluhan kecil.
"Oh yaa nanti aku beliin cokelat deh,aku kirain kamu suka vanilla"
Sementara Darian menepuk pundak Sera, penuh keakraban yang terasa menjijikkan baginya.
"Udah jangan banyak protes Fiora kan udah beliin kamu lagipula kamu juga suka es krim apa aja, makan aja. Nanti aku beliin lagi"
"Astaga laki laki ini memang menjijikan,apalagi dirinya yang dulu bisa terbuai perkataan Darian padahal dari sini saja sudah jelas bahwa Darian membela Fiora" batin Sera.
Sera meremas kanton jajanan dipangkuannya, ia ingin sekali menghajar kedua orang di depannya ini yang sok manis. Namun ia ingat ia harus memainkan permainan yang telah mereka lakukan kepada dirinya. Ia tak akan gegabah.
Seraphine menegakkan punggungnya, tersenyum tipis menatap keduanya.
"Baiklah, aku akan makan dengan senang hati"
Darian terkekeh puas mengira kalau Sera masih patuh dengan dirinya. Fiora pun ikut tersenyum cerah melihat Sera mamakan es krim itu dengan kasarnya.
"Eh pelan pelan aja Ser,kamu kan perempuan makannya yang anggun dong"
"Oh ya?baik kalau begitu"Sera tersenyum melihat Fiora tetapi di dalam hatinya sudah dongkol.
"Kamu memang manis kalau senyum gitu, Sera" kata Fiora sambil menggandeng lengan Darian dengan santai.
"Nggak salah deh kamu pacaran sama Darian. Dia tuh cowo paling perhatian"
Ucapan itu seperti belati yang menusuk hati Seraphine. Dulu, di kehidupannya yang lama, ia mungkin akan merasa tersanjung. Tapi kini, semua kata manis itu hanya terdengar seperti ejekan keji.
"Perhatian?cihh ga sudi gue nerima perhatian dari kalian. Perhatian kalian pada akhirnya adalah racun yang menghancurkan hidupku" batin Sera kesal.
Seraphine mengangkat es krim vanilla itu, pura-pura menjilat sedikit. Bibirnya melengkung dalam senyum samar, meski hatinya penuh dengan rasa muak.
"Iya, aku memang manusia yang paling beruntung" balasnya lembut, menatap keduanya dengan tatapan yang sulit ditebak.
"Punya sahabat sebaik kamu, Fiora dan pacar sebaik Darian"
Darian tersenyum puas, sementara Fiora tertawa ringan. Keduanya sama sekali tak menyadari sindiran halus dalam nada Seraphine.
Di balik tenangnya wajahnya, Seraphine berbisik dalam hati.
"Nikmati kebahagiaan kecil ini. Karena di masa depan yang baru, aku yang akan menertawakan kalian berdua"
Tak lama kemudian Sera berdiri.
"Oh ya aku lupa hari ini aku ada kelas tambahan kalian bisa pulang duluan aja"
"Eh ga apa apa ini kita pulang duluan"kata Fiora memegang tangan Sera.
"Loh ya ga apa apa,oh ya Darian pulangnya sekalian anterin Fiora"kata Sera menatap Darian.
Darian langsung mengangguk setuju. "Iya, biar aku anter Sera. Kamu bolehin kan?"
Seraphine hanya tersenyum tipis. "Tentu saja. Aku merasa Fiora lebih aman sama kamu"
Mata Darian langsung berbinar mendengar ucapan Seraphine. Ia menoleh ke Fiora, seolah mendapat izin dari pacarnya sendiri. Fiora menahan senyum, wajahnya berpura-pura ragu padahal matanya jelas berbinar bahagia.
"Kalau gitu ayo, Fi. Aku anter kamu" ujar Darian sambil meraih tangan Fiora.
Fiora pura-pura menolak sebentar,
"Eh, nggak enak sama Sera"tapi senyumnya tak bisa disembunyikan. Akhirnya ia membiarkan Darian menggenggam tangannya.
"Gapapa" sela Seraphine cepat, suaranya terdengar ringan.
"Aku malah seneng kalian saling perhatian. Pulang hati-hati, ya"
"Makasih ya Ser,dadah kita duluan ya" Fiora melambaikan tangan.
Darian dan Fiora pun berjalan menjauh, bergandengan tangan tanpa rasa bersalah sedikit pun. Dari kejauhan, mereka tampak seperti pasangan sempurna dua orang yang saling melengkapi, tertawa bersama di bawah langit sore.
"Dua manusia yang menjijikan" Sera melangkahkan kakinya ke tong sampah dan membuang jajanan itu.
Ia berjalan pergi ke arah lain, sera memang tidak ada jam pelajaran tambahan ia hanya berpura pura agar dua orang itu bersama. Ia meraih handphonenya dan menelepon supir pribadinya.
"Halo pak,jemput saya di kampus segera"
"Baik non tunggu sebentar lagi"
Seraphine menutup telepon, menarik napas panjang. Udara sore yang semula terasa hangat kini bagai racun yang menusuk dada. Ia menatap kursi taman tempat tadi ia duduk bersama Darian dan Fiora. Bekas tawa mereka masih terasa menggema, menusuk telinganya.
"Begitu mudahnya aku dibodohi di masa lalu. Begitu butanya aku pada permainan murahan kalian"
Tumit sepatunya mengetuk pelan jalur setapak berlapis kerikil saat ia berjalan menuju gerbang kampus. Setiap langkahnya mantap, seakan menandai awal perjalanan yang baru.
Dari kejauhan, sebuah mobil hitam mengilap memasuki area parkiran. Supir pribadinya keluar, membukakan pintu dengan hormat.
"Silakan, Non"
Sera tersenyum lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam mobil mewah itu. Pintu mobil segera di tutup oleh sang supir. Begitu mobil melaju meninggalkan kampus, ia bersandar pada kursi kulit, menatap keluar jendela. Bayangan pepohonan kampus berganti satu per satu.
"Bodohnya aku meninggalkan kemewahan dari keluarga dan harus bekerja banting tulang demi kalian berdua"
Tangannya mengepal di atas pangkuan.
"Baiklah. Kalau ini kesempatan kedua yang Tuhan berikan, aku tidak akan menyia-nyiakannya. Aku tidak akan diperdaya oleh kalian lagi. Darian, Fiora kalian akan merasakan apa artinya kehilangan segalanya, seperti yang pernah kalian lakukan padaku"
Mobil terus melaju melewati jalanan kota. Senyum tipis melintas di wajahnya.
"Permainan akan dimulai,Darian dan Fiora"