"Sedang Apa Kalian?"
"Wah! Mereka Mesum!"
"Sudah jangan banyak bacot! Kawinin Pak saja! Kalo gak mau Arak Keliling Kampung!"
"Apa?!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiara Pradana Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
"Loh, Ada apa RW? Ibu masih di Kampung Pak?"
Bu Kartini, Istri Pak Kartono, bukan Harum namanya, orang tua Kartika, mempersilahkan Pak RW Mereka duduk.
"Bu, kok bau-bau ikan asin? Katanya masak Rawon sama Tempe Mendol?" Pak Kartono bagai anjing herder, mengendus-ngendus aroma yang menyeruak begitu masuk ke dalam rumahnya.
"Siapa yang masak Rawon. Ibu masak tumis kangkung, udah rebon, sambel terasi, goreng ikan mujaer!"
"Tumben Bapak cepet pulang biasanya kalo mancing sampe Ikannya berubah jadi duyung gak balik-balik!"
Pak RW tersenyum. Pak Kartono mencari keberadaan anak gadisnya yang sukses ngibul sehingga Ia rela pulang dengan iming-iming Rawon dan Tempe Mendol.
Sedangkan yang menjadi tersangka sudah mengamankan diri, memilih melipir ke warung tetangga, nongkrong sejenak. Mencari udara segar. Healing di depan warung tetangga.
"Tik, tadi Bude lihat Kamu loh, di Live, di Toktok! Bener itu Krimnya diskon? Bagus ndak? Bude mau beli, tapi ya gak ngerti transfer-transfer."
Tika sambil mengunyah coki-coki, asik melihat lalu lalang motor knalpot korek yang lewat menggeber serasa cuma dia yang punya motor.
"Tika!"
"Eh, iya Bude. Kenapa?"
"Kamu diajak ngobrol matanya malah sibuk aja memperhatikan jalan. Bude tanya krim jualan Kamu itu belinya gimana. Bude gak ngerti kalau transfer-transfer."
"Oh, gitu! Ya gak harus transfer Bude. COD aja! Gampang!"
"Walah! Opo meneh iki, OCD! Bude ora ngerti Tika!"
"Bukan OCD Bude, COD, Cash On Delivery. Bayar pas pesanan Bude udah sampe. Nah gitu simplenya."
"Oh, bisa toh?"
"Bisa. Emang Bude mau beli? Tika dirumah ada stock beberapa. Ga usah beli di live. Beli langsung sama Tika aja."
"Sama ora? Nanti Kamu bedakan lagi!"
"Ya sama Bude. Tika kan juga jual offline. Buat yang mau COD langsung kayak Bude gini bisa lah!"
"Kalo ngutang dulu boleh Ndok?"
Nah ini nih. Yang Tika malesnya kalau jualan offline. Apalagi yang mau beli kenal. Ujung-ujungnya minta ngebon alias ngutang dulu.
"Ya bukannya Tika pelit nih Bude ya, warung Bude aja Bude sebel kan kalo ada yang ngutang, nah sama Bude, Tika kan beli ke Ownernya Cash, kalo Tika jualnya ngutang repot di Tika Bude."
Kartika bisa melihat wajah cemberut Bude pemilik warung. Tapi ya Tika memang harus konsisten, dia bukan pedagang keliling yang jual pake acara dihutangin.
Malas juga Tika kalo harus nagih-nagih jika bayarnya macet.
"Bude, itu rumah depan perasaan Tika waktu itu ada tulisan dijual. Sekarang udah laku? Gak ada tulisannya."
"Makanya jangan nelor aja di rumah. Kamu ketinggalan berita."
"Wedeww. Kayak infotainment juga nih Bude. Emang beritanya apa sampe ketinggalan begitu?"
"Jadi, rumah depan rumah Kamu itu sudah laku. Tapi lagi diberesin dulu sama yang beli. Katanya mau diganti cat atau apa gitu. Bude sih belum ketemu sama yang beli. Tapi katanya nih yang beli Duda!"
Kartika geleng kepala aja. Gile bener si Bude! Kalah Chat GPT, cepet amat tahu kabar kabari status pernikahan orang!
"Nih Bude bayar coki-cokinya. Oh Iya Bude, Ibu ada Kasbon gak disini? Sekalian Tika mau bayarin."
"Ibu Kamu mah gak pernah kasbon Tika, cuma ini, tadi sebelum berangkat futsal, Tama beli Es Aice, belum dibayar."
"Dasar tuyul satu! Paling bisa. Berapa Bude?"
"Sepuluh Ribu."
"Wadidaw! Aice udah naek kelas! Ceban!"
"Gak naek es nya tapi Tama ambil tiga, jadi totalnya sepuluh ribu. Yang ini, ini dan ini." Bude menunjuk es Aice mana saja yang diambil Tama.
"Buset! Tama! Mau amandel apa, kok banyak amat!"
Kartika mengeluarkan uang dan membayar es Aice yang diborong Tama seharga Ceban.
"Tika beneran loh, Bude mau krim yang Kamu jual."
"Ya udah, nanti Bude kumpulin aja dulu duitnya, kalo udah baru bilang Tika. Dijamin langsung dikirim saat itu juga."
Bukan soal tega gak tega ya pemirsa, Si Bude aja, ceban ditagih, lah ini skincare yang Tika jual seharga beras dua puluh kilo, ya kali mau ngutangin.
"Loh, kirain Ibu, Kamu dikamar Tika." Tika masuk kerumah, disaat Pak RW akan pamit pulang diiringi oleh Bapak dan Ibu Tika.
"Kamu nih! Ngerjain Bapak! Kayanya Ibu masak Rawon. Tahunya Rebon!"
"Masih dibahas Pak, padahal makan paling banyak tadi!"
"Iya nih Bapak, bersyukur aja Pak! Kangkung Enak, Rebon Enak! Apalagi! Ya kan Pak RW?"
"Iya Tika, bener. Saya makasi banyak, malah kesini jadi numpang makan."
"Gapapa Pak RW, Bapak kalo beli beras kayak besok mau perang sama kiamat! Banyak!"
"Kamu makan sana Tik, masih ada mujaer dua, satu seorang sama Tama. Pulang futsal pasti laper nyari makan!"
"Astaga! Kesenjangan lauk amat sama Rayyanza. Ikan mujaer aja seorang satu. Dijatah!"
Tika tidak langsung menuju meja makan. Memilih masuk ke kamar, ada beberapa yang harus Tika kerjakan.
Tak ada yang tahu, kalau selain jualan online dan Live Tiktok, Tika juga menulis novel di beberapa platform. Dan dari situlah Tika Cuan. Bahkan sering dibilang ngepet sama Tama Adik Tika yang kadang mulutnya gak ada akhlak.
Tika melihat grafik pembaca yang menampilkan berapa presentase pembaca yang membaca novel yang Tika tulis.
"Alhamdulillah. Kalo pembacanya begitu terus, bakal gajian nih! Semoga bulan ini lebih banyak!"
Tika melanjutkan bab di novelnya. Beberapa pembaca juga meninggalkan komentar positif bahkan banyak yang bilang terus update babnya Mereka gak sabar menunggu kelanjutan cerita novel yang ditulis Tika.
Tika memakai nama Pena, Dewi Aurora. Gak ada alasan apa-apa. Iseng. Pengen biar gampang diingat readers aja. Yang terlintas waktu mau bikin akun ya nama itu. Ya sudah dipakailah oleh Tika sampai sekarang.
Kalau sudah menulis Tika larut dalam dunia fantasinya sendiri, hingga ketukan menyadarkan Tika.
Tika membuka sambil meregangkan tubuhnya, kaku setelah duduk menulis berjam-jam dengan laptop.
"Mbak,"
"Ya ampun Tam, ganggu aja." Tika kembali duduk dikursi meja yang biasa Ia pakai menulis dalam kamarnya.
Tama, masuk duduk ditepi ranjang Tika memperhatikan Kakaknya yang lagi nguap.
"Astaga Mbak! Kalau nguap tuh ditutup gitu! Malu Mbak! Gimana kalo nanti Ada cowok naksir Mbak, terus lihat nguap kayak tadi malah gak jadi, dan ilfeel!"
"Ya namanya cowoknya rese! Ribet amat! Nguap aja bikin ilfeel! Emang Dia siapa? Jefri Nichol?"
"Dikasih tahu juga! Eh ya Mbak, makasi ya, udah bayaran utang Aice Tama. Tadi Bude Sum kasih tahu udah dibayarin Mbak."
"Nah itu! Kamu beli Aice sampe ceban gak takut amandel! Masa sekali makan es sekaligus tiga begitu! Kalo panas dalem, tahu kan Ibu bawelnya kayak gimana!"
"Ya asal Mbak gak lemes. Lagian Tama beli Aice tiga bukan buat dimakan sendiri."
"Terus? Kamu mau nyogok guru! Biar nilai Kamu bagus! Mana ada Tam, nyogok guru pake Aice!"
"Astaga! Punya Kakak buruk sangka aja! Ya kali Mbak Tama nyogok guru! Pake Aice pula! Mbak ini halu aja! Kayak penulis!"
Tika tak meladeni kata-kata Tama." Ya terus, Kamu kasih siapa Aice segitu banyak?"
"Teman."
"Temen? Kok Mbak gak percaya ya?"
"Ya jangan percaya sama Tama Mbak. Musyrik!"
"Jawab aja!"
"Tika! Tama! Bantuin Bapak sama Ibu!"
"Mbak, Ibu Kita Kartini, Istri Pak Kartono, yang bukan Harum namanya, manggil!"
"Ya udah kuylah! Dari pada Ibu jadi pendekar yang bukan hanya bagi Kaumnya, mending Kita samperin Tam!"
"Oke!"