Jameson, anak Mafia yang hidup di Kanada. Dia terpaksa menculik Luna, seorang barista di Indonesia demi melindunginya dari bahaya.
Ternyata, Luna adalah Istri Jameson yang hilang ingatan selama 5 tahun dan perjalanan dimulai untuk mengembalikan ingatan Luna.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Himawari Daon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 : Penculikan
Welcome…
...Happy Reading...
.......
.......
.......
“Maksud Mbok Gadis? Dia itu keluargaku?” tanya Luna tak percaya penjelasan Mbok Gadis, Pengurus Panti Asuhan Mimpi.
“Iya, Luna. Dia menitipkan kamu padaku 5 tahun lalu.”
“Tapi, mengapa aku tidak ingat sama sekali Mbok? Dia itu siapa aku? Paman? Sepupu? Kakak? Suami? Itu semua gak mungkin, Mbok!” Elak Luna bersikeras.
“Luna!” panggil Mbok Gadis lembut. “Kamu harus ikut dengannya! Kamu akan aman jika bersamanya,” bujuk Mbok Gadis memegang lengan wanita yang sudah dianggap sebagai putrinya selama 5 tahun ini.
“Dia mau membawa aku ke Kanada, Mbok. Kanada Mbok, Kanada! Kanada itu jauh,” ucap Luna merasa sedikit takut.
Mbok Gadis berusaha meyakinkan Luna, “Mbok paham, Luna. Tapi, Tuan Jameson itu keluargamu. Kamu ikut dia ya, nak!”
Jameson penasaran apa yang mereka bicarakan di dalam kamar. Dia berharap Luna mau diajaknya pulang ke Kanada. Tapi, suara Luna yang sedikit tinggi dapat didengar Jameson.
“Dia menolak,” gumamnya menghembuskan napas berat.
Tidak berapa lama, Mbok Gadis keluar dari kamar. Dia menampilkan senyuman yang sopan saat menghadapi pria yang sedang duduk di sofa ruang tamunya.
“Tuan Jameson, Mbok minta waktunya ya untuk membujuk Luna agar mau diajak pulang.”
“Aku tahu, dia pasti akan terus menolak. Mbok, Terima kasih selama ini sudah menjaga dia untukku,” ucap Jameson tersenyum.
“Mbok sangat tidak keberatan, Tuan. Tapi, aku yakin, Luna pasti sangat berat meninggalkan Panti Asuhan karena tempat ini selama 5 tahun sudah menjadi tempat dia pulang.”
“Mbok ijinkan aku untuk membawanya! Dia sudah tidak aman untuk tinggal di sini lagi. Aku sangat mengkhawatirkannya.”
Meskipun Jameson sangat berhak membawa Luna tanpa izin kepada Mbok Gadis, namun dia selama ini sudah menjadi malaikat pelindung bagi Luna. Tidak salahnya, dia meminta izin terlebih dahulu.
“Mbok tidak akan menghalangi Tuan Jameson untuk membawanya. Mbok hanya ingin Tuan Jameson melindunginya dan jangan sampai dia terluka!” pinta Mbok Gadis matanya sudah berkaca-kaca.
“Luna adalah tanggung jawabku, Mbok. Aku pasti akan melindunginya.”
Jameson akhirnya meninggalkan Panti Asuhan Mimpi. Dia sudah memutuskan jika selama 2 hari Luna terus menolak, maka Jameson akan membawanya paksa.
Pria itu terus mengawasi Luna dari dalam mobil. Luna memang terlihat gelisah namun saat datang pelanggan wajahnya yang masam seketika akan berubah menjadi senyuman yang sopan.
Jameson melihat pria berjaket hitam kulit dan memakai topi hitam sedang berjalan menuju Kafe De Luna. Dia tidak mencurigai pria itu, karena Jameson memang menyuruhnya untuk mendatangi Luna.
“Selamat Datang, Tuan. Tuan ingin pesan apa?” tanya Luna dengan ramah.
Pria itu membuka topinya, “Ini aku, Seven.”
Luna terkejut siapa yang datang karena dia mengenalnya, “Seven, apa kabar? Kau kemana saja selama ini?” tanya Luna antusias.
“Aku baik, Luna. Oh iya, bagaimana dengan Jason dan Sonya?” Alih-alih senang karena Luna menanyakan kabarnya, dia malah menanyakan seseorang.
“Mereka baik-baik saja. Seperti biasa Jason sangat cengeng dan Sonya akan selalu melindungi Jason,” jawab Luna sambil membayangkan dua anak kembar yang tinggal di Panti Asuhannya.
“Syukurlah kalau dia baik-baik saja. Luna, kurasa kita sebentar lagi akan sering bertemu,” ungkap Seven menampilkan senyuman yang dalam.
Luna membalas senyumnya, “Aku pasti akan sangat senang kalau kita sering bertemu seperti ini.”
Dari dalam mobil Jameson mengepalkan tangannya erat, “Mengapa dia bisa tersenyum seperti itu di depan pria lain?” tanyanya kesal.
“Tuan Jameson mau menemuinya?” tanya Ten yang duduk di tempat sopir.
“Tunggu sampai pria itu pergi.”
Jameson sedikit naik tikam, sudah 2 jam lamanya Seven baru keluar dari Kafe. Bahkan, Jameson tidak berani penasaran apa saja yang mereka bicarakan.
Segera dia keluar dari mobil dan menuju ke dalam Kafe. Dengan raut wajah kesal dia menghampiri Luna.
“Selamat Datang, Tuan Jameson.” Luna menyapanya dengan ramah sambil membungkukkan badan untuk menghormati.
Jameson tambah kesal, “Luna, akan aku berikan Kafe ini tapi kamu harus ikut aku ke Kanada. Bagaimana?”
Luna menghembuskan napas berat, “Mohon maaf, Tuan Jameson. Di sini saya sudah memiliki keluarga, jadi saya tidak akan meninggalkan Indonesia,” jelas Luna dengan lembut dan sopan.
Jameson menarik kedua pipi Luna dengan satu tangan. Membuat Luna terkejut dan terlihat merintih.
“Apa yang sedang kau lakukan, Tuan Jameson?!” tanya Luna dengan nada tinggi.
“Noureen De Luna, Ingatlah Kamu adalah milikku. Jadi, jangan pernah membantah!” tekan Jameson menatapnya penuh kesal.
Cuihhh…
Luna meludahi Jameson tepat pada wajahnya. Alhasil, Jameson seketika menghindar dan melepaskan pipi Luna yang sudah terlihat memerah karena cengkeramannya.
“Tolong anda ingat ini, Tuan Jameson!” Luna menatapnya marah. “Saya bukan milik Anda. Anda hanyalah pemilik Kafe ini. Dan saya akan berhenti bekerja di Kafe ini, terima kasih.”
Luna dengan cepat melepaskan celemeknya lalu pergi meninggalkan Kafe De Luna. Tidak lama, Ten menghampiri Tuannya.
“Tuan, ada apa dengannya? Sepertinya dia sangat marah,” tanya Ten bingung.
“Ten, segera siapkan pesawat di lapangan! Kita akan segera terbang ke Kanada malam ini!” perintah Jameson dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.
Jameson berdiri di hadapan jendela kamar hotelnya, dia memandang lampu perkotaan malam itu. Kemudian dia mengecek jam tangannya yang telah menunjukkan pukul 00.45 WIB.
“Kau sudah siapkan semuanya?” tanya Jameson sedang menelepon seseorang.
“Sudah, Tuan.”
“Ingat! Jangan sampai membangunkannya! Cukup dengan satu suntikan saja, kau mengerti?” jelas Jameson penuh penekanan.
“Aku mengerti, Tuan.”
Pria itu keluar dari Hotel dan seperti biasa di depan pintu kamar telah berdiri beberapa bodyguard.
Jameson berhenti di depan pintu kamar, “Terus awasi sekitar! Jangan sampai pergerakan kita ketahuan!” ingatnya dengan tatapan tajam.
Jameson dan beberapa pengawal telah berdiri di depan Panti Asuhan Mimpi. Mereka memakai kemeja dan masker hitam. Tidak lupa topi yang membuat wajah mereka tertutup sempurna.
Kecuali Jameson, seperti biasa dia mengenakan jas hitamnya. Pakaian formal yang menurutnya sangat nyaman dan juga membuat kesan tegas.
Tidak lama, Mbok Gadis keluar dari Panti menyambut kedatangan Pria berjas hitam itu.
“Tuan, benar-benar akan membawanya dengan cara seperti ini?” tanya Mbok Gadis memastikan lagi dengan harapan Jameson berubah pikiran.
Jameson tersenyum dengan tenang, “Hanya dengan cara seperti ini, Luna bisa aku bawa pulang.”
“Tuan, ingat pesan Mbok ya! Lindungi Luna dan jangan sampai orang lain menyakitinya!” Mbok Gadis mengingatkan Jameson.
“Mbok, tenang saja. Dia adalah milikku. Tidak ada seorangpun yang bisa menyakitinya!” ucap Jameson.
Jameson akhirnya menyuruh pengawalnya untuk melakukan aksinya. Ada 8 pengawal yang menjaga di berbagai sisi Panti Asuhan, setiap sisi dijaga oleh 2 orang pengawal.
Sedangkan Jameson ditemani Ten masuk ke dalam Panti Asuhan. Mereka berdua langsung menuju kamar Luna diikuti oleh Mbok Gadis di belakang Jameson.
“Mbok, tadi Luna sudah terbangun malam untuk makan?” tanya Jameson memastikan. Dia sangat hafal, wanita itu setiap malam akan terbangun karena lapar.
“Belum, Tuan.” Mbok Gadis menggeleng.
Jameson mengangkat tangan kanannya mengisyaratkan kedua bodyguard nya untuk berhenti. Kini mereka berdiri di depan kamar Luna.
Krek…
Luna menutup pintu kamarnya perlahan, dia belum menyadari mereka sudah berdiri di belakangnya.
Saat dia membalikkan badan, Luna sangat terkejut.
“Sedang apa kalian di sini?” tanya Luna bingung.
Mereka terdiam dan Luna pun yang mendapati Mbok Gadis di sana juga bertanya “Mbok, sedang apa mereka di sini?”
Mbok Gadis terdiam, dia hanya dapat menggelengkan kepala dengan menahan tangis.
Luna mencoba mendekati Mbok Gadis, namun Jameson lebih dulu menahannya.
Luna menoleh dan memperlihatkan tatapan marahnya, “Kenapa kau ke sini?! Kau ingin membuat masalah di sini, huh?”
“Luna, kau harus ikut aku pulang malam ini!” kata Jameson lembut, matanya penuh harap.
“Sudah aku bilang, aku tidak mau. Harus berapa kali aku bilang?!” teriak Luna geram.
“Kamu tidak aman jika terus berada di sini. Aku harus melindungimu, dan itu hanya bisa kulakukan jika kau ikut pulang bersamaku.” Jameson menjelaskannya dengan panjang berharap wanita itu mengerti.
“Aku tidak memintamu untuk melindungiku, Tuan Jameson!” kata Luna penuh penekanan sembari melepaskan genggaman tangan Jameson.
Belum sempat Jameson membalas, salah satu pengawalnya melapor.
“Bos, sepertinya pergerakan kita sudah diketahui oleh Kubu Devil Mamba,” lapor pengawalnya.
Jameson terlihat cemas, “Katakan pada semua pengawal, perketat penjagaan! Kita akan segera membawa Nyonya menuju lapangan!” perintahnya.
Lalu dia menoleh ke arah Luna yang masih mencerna pembicaraan Bos dan bawahan itu.
Jameson meraih tangan Luna dan menggenggamnya kembali, “Luna, kau harus ikut aku!” Jameson sudah bersiap menarik Luna.
Luna dengan sekuat tenaga menepisnya, “Apa hakmu membawaku, huh?!” teriak Luna.
Tidak lama, pengawal yang lain melaporkan kembali bahwa Kubu Devil Mamba terlihat sudah mengepung lapangan.
Jameson frustasi karena Luna sangat keras kepala. Jameson seketika terdiam kemudian menampilkan sorot mata tajam.
“Ten!” Jameson memberi isyarat.
Ten paham akan isyarat Tuannya, tidak berpikir lama Ten mengeluarkan jarum suntik. Diam-diam dia berjalan ke belakang Luna tanpa wanita itu sadari.
Tanpa hitungan, Ten menancapkan jarum suntik ke leher kanan Luna. Luna terkejut sambil memegang lehernya.
Sebelum ambruk, wanita itu sempat menatap Jameson dengan tatapan kecewa. Luna merasa dunia seakan berputar, pandangannya kabur. Kemudian Jameson menangkapnya tepat sebelum wanita itu jatuh ke lantai.
Dengan sigap, Jameson menggendong Luna dengan mudah karena rutin melakukan gym. Sebelum dia meninggalkan Panti Asuhan Mimpi, dia berterima kasih lagi kepada Mbok Gadis.
Jameson memasukkan Luna ke dalam mobilnya yang disopiri oleh Ten. Mobil Jameson dikawal beberapa mobil di depan dan di belakang menuju lapangan.
Tiba-tiba, Ten berhenti mendadak membuat Jameson marah.
“Ten, kenapa kau berhenti mendadak!” teriaknya marah.
“Maaf, Tuan. Sepertinya ada yang menghalangi perjalanan kita di depan sana.” Ten menunjukkan seorang lelaki yang mengenakan topi dan masker serba hitam.
“Siapa dia?” tanya Jameson menyipitkan matanya.
Jameson dan Ten mengenalinya setelah dia melepaskan topi dan maskernya.
“Seven?!” ucap Jameson menatap tajam ke arahnya.
To be continued
Apakah Seven akan menghalangi Jameson membawa Luna ke Kanada?? 🤔