Rere seorang Gadis yang berasal dari keluarga Sederhana dan cukup tapi takdir berpihak kepadanya, dia Yang anak kandung diperlakukan seolah dirinya orang lain, sedangkan orang yang seharusnya tidak menggantikan tempatnya menjadi kesayangan semua keluarganya.
Bagaimanakah kisah hidupnya, akankah dia mendapatkan kebahagian yang dia cari
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 2
"Tidak perlu kak, biarkan Rere istirahat, mungkin dia capek karena bekerja seharian dan lembur". Ucap Marsya dengan lembut.
Dia harus tetap pura-pura menjadi yang terbaik dan tersakiti oleh Rere agar keluarga angkatnya ini semakin membenci anak kandungnya sendiri sehingga Rere sendiri memutuskan pergi tanpa harus dirinya susah payah
"Tidak bisa begitu dong Sya, kamu ini dari bayi disini, kami menganggap kamu adik kami sendiri dan menyayangi kamu, dia tidak bisa seenaknya begitu ngatain kamu". Geram Rafa memandang adik angkatnya itu.
"Sudah bang, tidak apa-apa, kalian semua kan baru pulang, lebih baik kalian bersih-bersih dan istirahat!! ". Ucapnya dengan manja dan perhatian.
Mereka semua tersenyum senang, bagi mereka Marsya memang anak yang baik dan selalu perhatian dan bisa membuat mereka senang sangat berbeda dengan Rere yang kaku dan dingin saat berinteraksi dengan mereka.
Mereka seakan lupa jika Rere seperti itu karena siapa, mereka sendiri yang membedakannya dengan Marsya selama ini.
"Ya sudah, kami bersih-bersih dan istirahat, kamu tidak usah pikirkan perkataan Rere itu". Adam mengelus kepala Marsya dengan sayang.
Didalam kamar, Rere dengan jelas mendengar semua perbincangan mereka, karena hanya dirinyalah yang tidur dikamar bawah sedangkan yang lainnya berada dikamar atas, kamar luas dan memiliki AC sedangkan dirinya hanya kamar sedang dan Alakadarnya.
Dia sendiri yang membeli perlengkapan kamarnya semenjak dia bekerja beberapa tahun lalu karena dia bekerja setelah lulus SMA sedangkan Marsya bisa berkuliah.
"Aku harus bisa tahan untuk diri ku sendiri, mulai saat ini, aku akan mengurus hidupku sendiri, merekalah yang membuatku seperti ini". Monolog nya dalam hati.
Keesokan harinya Rere yang mendapatkan Shift jam 8 pun, bangun terlambat, dia bekerja sebagai penulis Novel jika malam hari dan tadi malem dia sengaja merampungkan beberapa tulisannya agar tidak mengganggu pekerjaan utamanya.
"Mau ngapain kamu?? ". Bu Lastri menatap kesal pada anaknya itu.
"Mau makan bu, kebetulan aku sudah lapar dan ingin sarapan". Ucap Rere membuka tudung saji tapi hatinya miris karena melihat tidak adanya apapun tersedia di meja makan.
"Tidak ada, makanannya sudah habis, siapa suruh telat bangun". Bu Lastri menjawab dengan tatapan merasa bersalah sedikitpun.
"Tapi aku lapar bu, kenapa ibu tidak masak lebih??, bukankah aku memberikan gajiku setengah untuk ibu agar bisa memenuhi rumah ini, terus kenapa aku selalu tidak kebagian sarapan?? ". Rere memandang ibunya dengan tatapan kecewa.
Ini bukan pertama kali dirinya mendapatkan perlakuan seperti ini dari ibunya, dia selalu beralasan hal yang sama setiap dirinya tidak kebagian sarapan.
"Jangan kurang ajar sama ibu kamu yah, uang sedikit seperti itu saja kamu ungkit, bagaimana dengan biaya yang kami keluarkan selama kamu disini, ha". Bu Lastri berkacak pinggang menatap berang sang anak.
"Terus saja bu, terus saja, katakan itu padaku!!, kenapa tidak ibu lakukan juga pada Marsya??, dia itu cuma benalu yang seenaknya numpang hidup disini, dia kuliah dan besar karena ibu juga tapi jangankan bekerja dan membantu ibu seperti ku, dia bahkan duduk enteng seperti ratu sedangkan aku, aku yang anak kandung harus bekerja keras untuk hidupku sendiri, ibu hanya membiayai aku selama 5 tahun bu". Teriak Rere dengan penuh emosi.
Rere kehilangan kendali atas dirinya, rasa lapar semakin menguatkan emosinya sejak kemaren dia tahan.
"Kurang ajar kamu, apa ini yang diajarkan Rana padamu sehingga kamu sangat kurang ajar pada ibu??". Bu Lastri menatap tajam sang anak.
"Ibu salah, sekalipun dia ibu angkat ku dan hidup kami susah, dia tidak pernah memperlakukan aku seperti kalian memperlakukan ku disini, aku bekerja keras untuk diriku, bahkan aku merelakan impianku untuk bisa mengenyam pendidikan tinggi seperti para abang dan juga Marsya, aku bekerja setelah lulus SMA bu, ingat aku kesini usia 12 tahun, jadi hanya 5 tahun yang kalian biayai bu". Suara Rere melemah.
Matanya berkaca-kaca memandang ibunya dengan tatapan penuh kebencian dan kekecewaan.
"Untuk apa kalian membawaku kesini??, untuk apa kalian membawaku jika hanya membuatku merasa seperti orang lain disini??". Rere terjatuh menunduk dalam dan akhirnya tangisnya pecah.
Bu Lastri menatap Rere dengan tatapan yang entah apa artinya itu, dia merasa seperti ribuan jarum menusuknya tapi dia berusaha menepisnya.
"Kami tidak pernah membedakannya Re, itu hanya perasaanmu saja". Bu Lastri membuang pandangannya agar tidak bertatapan dengan anaknya itu.
"Tidak dibedakan?? ". Rere terkekeh hambar.
"Tentu saja". Ucap Bu Lastri dengan wajah pongah.
"Lalu kenapa hanya aku yang tidak bisa kuliah? , kenapa hanya aku yang disuruh membantu ibu mengurus rumah??, kenapa hanya aku yang tidur dikamar bawah sedangkan diatas masih ada kamar satu??, kenapa hanya aku yang harus bekerja sedangkan Marsya yang sarjana dibiarkan bebas melakukan apapun yang dia inginkan??, kenapa bu??, kenapa?? ". Rere menatap nanar sang ibu yang memalingkan wajahnya tidak menatapnya.
"Jika kalian sejak awal tidak bisa adil, kenapa kalian membawaku kesini??, kalian semua sangat jahat padaku bu". Rere berdiri dan menatap ibunya lagi sambil menggelengkan kepalanya.
Air mata nya tak berhenti menetes , dia merasakan dadanya terhantam palu besar begitu mengingat bagaimana perlakuan keluarganya padanya.
"Jangan salahkan aku jika aku kurang ajar dan bersikap seperti ini bu!!, kalian lah mengajari aku seperti ini, aku ini manusia dan anak kandung mu, seharusnya sebagai seorang ibu setidaknya perhatikan aku dan lihat aku sekali saja bu, lihat sekali saja". Airmata nya semakin deras menatap ibunya.
"Kamu ini bicara sembarangan banget". Ucap Bu Lastri tergagap.
Dia tidak tahu harus bersikap seperti apa, dia hanya bisa mengeluarkan kata yang kembali menyakiti hati anaknya.
"Iya bu, Aku memang lebay, aku anak tidak berguna, dan aku juga anak kurang ajar". Rere menganggukkan kepalanya dan terus menangis.
"Semoga ibu tidak menyesal karena memperlakukan anak kandung ibu seperti ini". Rere menghapus air matanya kasar kemudian berbalik menuju kamarnya.
Rasa laparnya tadi menguar entah kemana, lebih baik dia mandi dan berangkat bekerja, dia akan membereskan barangnya dan akan pergi dari rumah ini setelah dia pulang bekerja, dia akan mencari rumah kontrakan yang dekat dengan tempatnya bekerja, besok dia akan gajian dan yang gajinya akan utuh untuki drinya sendiri.
"Sudah mau berangkat kerja Re?? ". Tanya Marsya seperti mengejek.
Dia baru saja keluar dari kamar dan melihat Marsya yang kini tengah duduk santai di ruang tamu seperti tidak punya beban.
"Tentu saja, aku bukan benalu dan pengangguran tidak jelas seperti kamu". Sarkas Rere menatap Marsya dengan tatapan merendahkan.
"Terserah apa kata mu Re, yang jelas akulah Ratu dirumah ini".
Tampang malaikat yang sejak dulu dia tunjukkan pada keluarga Rere berubah ketika dia berhadapan langsung dengan Rere.
"Terserah apa katamu Sya, aku bosan berurusan dengan manusia tidak tahu diri seperti mu". Ejek Rere
Marsya mengepalkan tangannya dia menyenggol vas bunga dan menampar pipinya sendiri.
Terdengar langka kaki tergesa-gesa menghampiri mereka.
"Apa yang kamu lakukan Rere?? ". Teriakan dari belakang itu menggema