Arlena dan Dominus telah menikah lebih dari enam tahun. Tahun-tahun penuh kerja keras dan perjuangan untuk membangun usaha yang dirintis bersama. Ketika sudah berada di puncak kesuksesan dan memiliki segalanya, mereka menyadari ada yang belum dimiliki, yaitu seorang anak.
Walau anak bukan prioritas dan tidak mengurangi kadar cinta, mereka mulai merencanakan punya anak untuk melengkapi kebahagian. Mereka mulai memeriksakan kesehatan tubuh dan alat reproduksi ke dokter ahli yang terkenal. Berbagai cara medis ditempuh, hingga proses bayi tabung.
Namun ketika proses berhasil positif, Dominus berubah pikiran atas kesepakatan mereka. Dia menolak dan tidak menerima calon bayi yang dikandung Arlena.
》Apa yang terjadi dengan Arlena dan calon bayinya?
》Ikuti kisahnya di Novel ini: "Kualitas Mantan."
Karya ini didedikasikan untuk yang selalu mendukungku berkarya. Tetaplah sehat dan bahagia di mana pun berada. ❤️ U 🤗
Selamat Membaca
❤️🙏🏻💚
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sopaatta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2. Arlena - Dominus 2
...~°Happy Reading°~...
Dominus melirik Arlena sekilas, lalu mematikan telpon. "Aku sudah mandi sebelum pergi jemput dan tidak turun dari mobil." Jawab Dominus cuek lalu turun dari tempat tidur.
Sebelum Arlena mengatakan sesuatu lagi, Dominus sudah berjalan keluar dari kamar. Arlena jadi tercengang melihat punggung Dominus yang meninggalkan dia seakan dia makhluk asing atau pembawa virus.
Dia seperti ditampar melihat sikap dan gerakan Dominus yang turun begitu saja dari tempat tidur tanpa berkata apa pun. Hanya meninggalkan penutup dan selimut mewah yang berantakan, pertanda dia baru berada di sana.
'Dia sedang menghindariku?' Arlena membatin sambil melihat pintu yang sudah ditutup.
Beribu pertanyaan seperti laron bertebangan dan menyerbu isi kepalanya. 'Apa dia sudah putus asah, hingga dia tidak bersemangat untuk menantikan hasil bayinya?' Arlena bertanya pada diri sendiri, mengingat mereka sudah hampir dua tahun berusaha dengan berbagai cara untuk punya anak.
Arlena menarik nafas panjang dan mencoba tenang, ketika pintu diketuk. Dia yakin bukan Dominus yang mengetuk. "Letakan saja di situ." Arlena menunjuk lantai di dekat lemari yang berjejer, ketika Tari masuk membawa bagasinya.
"Ada yang diperlukan lagi, Bu?" Tanya Tari sebelum keluar kamar.
"Tidak. Saya mau mandi dan istirahat sebentar."
"Baik, Bu." Tari segera keluar.
Setelah Tari keluar, Arlena merasa aura kamar tidur yang selalu dirindukannya telah berubah. Dia merasa sendiri dan asing dalam kamar luas, miliknya.
Aura cuek dan dingin Dominus telah menguasai kamar tidur. 'Aku tidak boleh menunda lagi. Aku harus beritahukan kehadiran bayi ini sesegera mungkin.' Arlena memutuskan.
Arlena mengambil pakaian yang nyaman dan segera mandi untuk menunggu Dominus kembali ke kamar. Dia sudah menetapkan hati untuk tidak menunda dan akan memberitahukan Dominus setelah kembali, agar mereka bisa happy dan hangat lagi saat makan malam.
Arlena mengubah rencana sebelumnya, sebab dia sudah mengatur dengan kepala pelayan untuk menyiapkan makan malam dengan menu kesukaan mereka sebelum dia memberikan surprise tentang kehamilannya. Namun sikap Dominus tidak mungkin akan ada makan malam romantis, pikir Arlena.
Setelah mandi, Arlena duduk di tepi tempat tidur sambil memikirkan cara yang tepat untuk melunakan hati Dominus. Dia merasa itu agak sulit, sebab belum pernah menghadapi sikap Dominus seperti itu.
'Huuuuuu....' Arlena menghembuskan nafas kuat dan merasa lelah juga bingung. Dia menyandarkan punggung sambil menunggu Dominus kembali. Namun sampai dia tertidur, Dominus tidak masuk lagi ke dalam kamar untuk menemuinya.
~*
Ketika terbangun dan melihat Dominus tidak ada dalam kamar, Arlene segera turun dari tempat tidur lalu keluar kamar untuk mencarinya. Namun dia tidak menemukan Dominus di mana-mana. "Tari, bapak di mana?" Tanyanya kepada kepala pelayan yang datang mendekat.
"Bapak tadi keluar, Bu."
"Keluar?" Arlena terkejut hingga bertanya dengan nada suara agak keras. Dia heran Dominus keluar rumah, sedangkan dia baru tiba di rumah. Sungguh aneh dan membingungkan.
"Saya tadi tertidur, jadi tidak tahu." Arlena buru-buru meralat dan menurunkan nada suaranya karena para pelayan terkejut mendengar nada suaranya yang tidak seperti biasanya.
Arlena tidak bertanya lagi tentang Dominus, agar tidak terjadi pergunjingan di antara pelayan. Dia juga tidak mau tambah persoalan, karena suasana hatinya mulai tidak happy. Dia kembali naik ke kamar untuk ambil ponsel karena berpikir, mungkin Dominus sudah kirim pesan atau telpon tapi dia tertidur.
Ketika melihat tidak ada pesan dan panggilan tak terjawab dari Dominus, Arlena tercengang. 'Ada apa dengan Dom?' Arlena membatin sambil memegang erat ponselnya.
Dia kembali turun ke ruang makan, karena hampir tiba waktu makan malam. Dia masih berharap, Dominus kembali sebelum waktu makan malam. 'Mungkin akan terjadi seperti rencana awal. Dinner, baru kasih surprise.' Arlena membatin.
"Ibu mau makan malam sekarang, atau mau tunggu bapak?" Tanya kepala pelayan saat melihat Arlena masuk ke ruang makan.
"Tunggu 10 menit lagi, ya." Arlena berkata pelan dan berusaha tenang, sebab Dominus belum juga pulang.
Dia segera keluar dari ruang makan untuk menelpon. Ketika telpon beberapa kali, ponsel Dominus tidak bisa dihubungi, Arlena masuk kembali ke ruang makan. "Tari, siapkan makan malam saya saja." Arlena langsung duduk walau tidak berselera, tapi dia berusaha makan demi calon bayinya.
Dia menundukan kepala untuk bersyukur atas makanan yang tersaji dengan hati berat. Tanpa ditahan, air mata yang sudah tergenang, menetes membasahi tangannya. Makan malam romantis yang dibayangkan menguap seketika. 'Mari kita makan, sayang.' Arlena berkata dalam hati sambil mengelus perutnya.
Arlena makan hanya sedikit, karena suasana hatinya tidak bisa menikmati menu yang disajikan. "Tari, simpan atau kalian habiskan semua ini, kalau bapak pulang malam. Mungkin bapak makan di luar." Arlena berkata kepada kepala pelayan, lalu berdiri dan keluar dari ruang makan.
Para pelayan yang mendengar itu, tidak girang akan makan makanan lezat dan mahal. Mereka jadi terenyuh melihat nyonya mereka yang baru pulang setelah pergi sekian lama, ditinggal makan sendiri.
Tiba di kamar, Arlena berusaha menghilangkan rasa sedih dengan mengeluarkan semua barang dan ole-ole yang dibawa dari Amerika.
'Dia pergi kemana sampai malam begini?' Arlena membatin, karena sepanjang mereka menikah hampir 6 (enam) tahun, belum pernah terjadi Dominus keluar malam sendiri tanpa beritahu.
Arlena menghembuskan nafas panjang sambil mengelus perutnya yang masih rata. "Semoga kau baik-baik di situ, sayang." Arlena berkata pelan. Dia khawatir bayi yang ada dalam perut ikut merasakan kegundahan hatinya.
Menjelang larut malam, Dominus masuk ke dalam kamar. Dia terkejut melihat Arlena masih merapikan koper. Dia mengira, Arlena sudah tidur, jadi tidak perlu berbicara dengannya. "Kau pulang jam segini?" Arlena meletakan semua yang ada ditangannya, lalu menatap Dominus.
"Aku dinner dengan client." Dominus berkata tanpa melihat Arlena dan hendak ke kamar mandi.
"Bukannya aku sudah bilang pulang hari ini dan mau dinner bersama?" Arlena tercengang mendengar jawaban Dominus.
"Aku sudah janji dan ngga bisa dicancel."
"Ngga bisa cancel? Jadi dinner dengan client lebih penting dari dinner kita? Kita sudah lebih dari tiga bulan ngga bertemu dan dinner bersama. Apa itu ngga penting bagimu?"
"Ngga usah dipersoalkan..." Dominus mengibaskan tangan agar Arlena berhenti beradu argumen dengannya.
Arlena jadi emosi mendengar yang dikatakan Dominus. "Kau ngga mau tahu hasil proses bayi kita?"
"Aku sudah tidak berminat lagi dengan proyek itu."
"Tidak berminat dengan proyek? Kau anggap mau punya bayi hanya sebuah proyek? Jadi waktu itu kau yang mendorong untuk lalukan itu, seperti sedang berbisnis?"
"Waktu itu aku terlalu bodoh, mau saja usulkan itu. Sekarang aku berubah pikiran dan ngga berminat untuk tahu hasilnya."
"Kau gampang saja bilang berubah pikiran setelah semuanya sudah sukses dan berhasil positif?"
"Sukses? Positif?" Dominus menatap Arlena, limbung. Dia terdiam sejenak, mencerna yang dikatakan Arlena sambil berpikir.
...~*~...
...~▪︎○♡○▪︎~...
sedangkan sudah banyak bukti perselingkuhanmu
Selina" dah nikmati dlu yang sekarang NNT kalau udah ada karma nyesel kau
gemes aku up Thor 😭
nggak sabar baca epsd selanjutnya up lagi kak