NovelToon NovelToon
MADU YANG KU NAFKAHI

MADU YANG KU NAFKAHI

Status: sedang berlangsung
Genre:Pihak Ketiga / Suami Tak Berguna / Selingkuh / Romansa
Popularitas:9.1k
Nilai: 5
Nama Author: Hasri Ani

Mursyidah Awaliyah adalah seorang TKW yang sudah lima tahun bekerja di luar negeri dan memutuskan untuk pulang ke kampungnya. Tanpa dia tahu ternyata suaminya menikah lagi diam-diam dengan mantan kekasihnya di masa sekolah. Suami Mursyidah membawa istri mudanya itu tinggal di rumah yang dibangun dari uang gaji Mursyidah dan bahkan semua biaya hidup suaminya dan juga istrinya itu dari gaji Mursyidah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasri Ani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PULANG KAMPUNG

"Rasa rindu yang menyakitkan adalah perasaan rindu seorang anak pada orangtuanya yang telah tiada"

Setelah hampir lima tahun bekerja di salah satu negara yang ada di jazirah arab, Mursyidah memutuskan untuk pulang sebentar. Sebenarnya kontrak kerja Mursyidah masih ada dua bulan lagi, tapi karena majikannya akan berlibur ke negera lain sekaligus juga mengantar anak mereka yang akan bersekolah di sana, Mursyidah memutuskan untuk pulang kampung.

Majikan Mursyidah mengijinkannya pulang ke kampung halaman karena majikannya itu pergi agak lama sekitar tiga minggu. Majikan Mursyidah bahkan memberinya ongkos pulang dengan syarat wanita itu Kembali bekerja padanya menghabiskan sisa kontrak yang masih ada. Dengan hati senang Mursyidah pun pulang tanpa mengabari keluarganya. Dia ingin memberi kejutan pada ibu dan adiknya juga anak dan suaminya.

Dari dalam taksi yang ditumpanginya Mursyidah memandang keluar, matanya menyipit melihat panas teriknya matahari diluar sana dan juga jalanan yang tampak gersang dan berdebu. Jalanan beraspal itu telah banyak lubang di sana sini, hingga membuat jalan taksi yang di tumpangi Mursyidah menjadi agak bergoyang dan lambat.

Mursyidah masih belum melepaskan pandangannya

Dari sisi kiri dan sesekali melihat ke sisi kanan jalan.

Hamparan sawah yang dulu luas terbentang telah banyak berkurang dan berubah menjadi bangunan rumah yang baru di sepanjang jalan. Meskipun di sisi kiri dan kanan jalan itu sudah banyak bangunan megah yang berdiri, tapi tetap saja tidak ada perbaikan jalan sama sekali.

Sejak lima tahun yang lalu Mursyidah berangkat hingga sekarang jalan itu masih saja seperti dulu bahkan mungkin semakin parah. Lubang-lubang yang ada di jalan itu masih juga belum diperbaiki ataupun ditambal dengan aspal. Entah dipakai kemana dana desa oleh pejabat setempat.

"Non, ini belok ke kiri atau kanan?"

Pertanyaan sopir taksi mengejutkan Mursyidah yang masih asyik melepas pandangan keluar. Lelaki paruh baya itu menghentikan sejenak kendaraannya.

Mursyidah diam sambil menatap tertigaan jalan. Dia sempat tertegun harus memilih kemana. Pertigaan itu adalah persimpangan jalan menuju rumah ibunya dan rumah suaminya. Mursyidah merasa bingung dia harus kemana dulu.

"Ke kanan saja pak," jawabnya akhirnya.

Dia memutuskan untuk ke rumah ibunya terlebih dahulu karena dia sudah sangat rindu pada ibunya itu. Dia terakhir berbicara dengan ibunya itu di telepon hampir empat bulan yang lalu. Setelah itu dia tidak menghubungi ibunya lagi.

Banyak hal yang membuat dia susah berkomunikasi

Dengan ibunya di telepon. Selain waktu istirahat Mursyidah yang sedikit dan juga perbedaan waktu tempatnya bekerja dan tempat tinggal sang ibu, ibunya itu pun terkadang kesulitan untuk dihubungi karena sinyal yang kurang bagus atau pun ibunya tidak mengisi kuota ponselnya.

Taksi Kembali melaju dan berbelok ke kanan mulai memasuki jalan desa lebih ke dalam lagi. Jalanan di sini lebih parah lagi. Tidak diberi aspal sama sekali. Jalanan tanah itu akan berlumpur jika turun hujan dan kering berdebu jka musim panas. Mursyidah memperhatikan rumah yang sudah semakin jarang dan berjauhan. Hingga beberapa meter setelah melewati jembatan kecil Mursyidah meminta supir taksi untuk berbelok.

"Belok ke kanan lagi ya pak terus masuk ke situ!"

tunjuk mursyidah.

Matanya tidak lepas memandang rumah besar bergaya joglo. Bangunan tua itu sudah tampak sangat usang dan suram. Cat pada temboknya banyak yang terkelupas sementara semen di dinding pun banyak yang terlepas dan berjatuhan hingga membuat dinding rumah itu berlubang. Itu adalah rumah Mbok Walijah, tetangga terdekat ibunya.

"Yaa... stop di sini aja!"

Taksi berhenti di sebelah rumah tua yang bergaya joglo tersebut. Mursyidah keluar dari taksi lalu membantu pak sopir mengeluarkan dua tas kopernya yang lumayan besar sementara tas selempangnya masih dipakainya. Mursyidah mengambil satu lembar uang berwarna merah dan menyerahkan pada pak sopir.

"Kan tadi sudah non," tolak pak sopir pelan. Pria lima puluh lima tahun itu menangkupkan tangannya di depan dada.

"Nggak papa pak, ambil aja! Ini dari saya." Mursyidah Kembali menyodorkan uang yang ada di tangannya. Sopir taksi masuk ke dalam mobilnya.

"Sudah semua ya non?" tanya sopir taksi sebelum menjalankan mobilnya.

Mursyidah menganggukkan kepalanya sembari melemparkan uang yang dia pegang.

"Untuk anak-anak bapak saja!" teriaknya melawan suara mesin mobil yang mulai dinyalakan.

"Terima kasih non, nanti kalau butuh kendaraan hubungi saya saja!" balas pak sopir berteriak.

Mursyidah mengacungkan ibu jarinya. Taksi Kembali masuk ke jalan dan mulai menjauh. Tinggallah mursyidah sendiri menatap bangunan yang ada di depannya. Bukan rumah tua bergaya joglo, tapi matanya memandangi bangunan baru yang ada di sebelah rumah itu.

Dulu, hampir lima tahun yang lalu bangunan itu belum ada, yang berdiri di situ adalah rumah kayu dengan dinding dari anyaman bambu yang sudah banyak lubang di sana sini. Rumah yang sudah hampir roboh itu hanya beratapkan seng yang sudah banyak bocor sehingga penghuninya sering kebasahan setiap hujan tiba.

Kini rumah itu sudah tidak ada, berganti menjadi rumah batu yang kokoh. Bangunan yang sudah hampir selesai itu baru dipasangi keramik di beranda depannya, tapi dindingnya belum diberi cat. Untuk ukuran orang di kampung Mursyidah bangunan rumah baru ibunya itu sudah cukup mewah. Mursyidah tersenyum Bahagia dan menghembuskan napas lega. Pastilah ibu dan adiknya sekarang sudah senang dan nyaman tinggal di rumah baru mereka.

Sesuai dengan janji Mursyidah dia tidak akan pulang sebelum membuatkan rumah untuk ibunya. Dan sekarang rumah itu sudah berdiri megah di depannya. Rupanya ibunya langsung mendirikan rumah dari uang yang dia kirim dari hasilnya bekerja di luar negeri, meskipun Mursyidah tidak yakin uang pemberiannya itu akan cukup membangun sebuah rumah. Kenyataannya sekarang dia sudah berdiri di depan rumah itu.

Ekhem...

Sebuah suara deheman seseorang mengejutkan Mursyidah. Dia menoleh dan tersenyum saat melihat siapa yang keluar dari rumah bergaya joglo itu. Seorang wanita tua dengan tubuh kurusnya memicingkan mata melihat ke arahnya. Meskipun kurus wanita itu masih terlihat sehat dan kuat. Dia berjalan mendekat pada Mursyidah.

"Mbok Jah?"

Wanita tua yang disapa mbok Jah itu memicingkan matanya mencoba mengenali Mursyidah. Mbok Walijah mengamati Wanita cantik yang ada di depannya. Seorang Wanita muda dengan celana Panjang dan jubah berwarna abu menutupi bajunya ditambah hijab pasmina yang di kenakannya membuat mbok Walijah benar-benar tidak mengenali Wanita itu.

"Maaf, adik ini siapa ya?" tanya Mbok Walijah dengan isi kepala yang masih berpikir dari mana gadis ini

Mengenalinya dan mengapa dia tidak ingat sama sekali siapa gadis ini.

"Mbok, ini Aliya mbok!"

Mursyidah meletakkan kelima jarinya di depan dadanya. Mursyidah memiliki nama lengkap Mursyidah Awaliya biasa dipanggil Aliya di keluarga dan lingkungan terdekatnya.

Mursyidah adalah nama neneknya yang meninggal Ketika melahirkan ibu Mursyidah. Karena kecintaan sang ibu pada wanita yang telah melahirkannya tapi tidak pernah dilihatnya sejak lahir, ibu Mursyidah menyematkan nama itu pada anak pertamanya.

"Aliya? Ini beneran kamu nduk?" Mbok Walijah berdiri terpaku menatap tidak percaya pada Aliya.

Hum!

Mursyidah mengangguk. Perlahan tangan keriputnya yang gemetar naik ke atas dan merangkum wajah Mursyidah setelah melihat anggukan wanita tersebut. Mbok Walijah memeluk Mursyidah erat. Wanita tua itu menangis tergugu hingga mantel yang dikenakan Mursyidah basah oleh airmata Mbok Walijah.

"Ini kamu nduk? Aliya, kamu cantik sekali. Mbok sampai tidak mengenali kamu." Mbok Walijah mengurai pelukannya dan Kembali memandang wajah cantik yang ada di depannya.

"Ayo kita masuk!"

Mbok Walijah menarik Mursyidah ke arah rumahnya. Musridah berdiri menahan langkahnya tidak mengikuti mbok Walijah.

"Aku mau langsung ke rumah saja! Ibu ada di rumah kan mbok?"

Mbok Walijah berbalik menatap Mursyidah.

Diurungkannya niatnya yang hendak membawa mursyidah masuk ke rumahnya.

"Kamu mau ke rumahmu? Tunggu sebentar, mbok ambilkan kunci dulu!"

Mbok Walijah berjalan sendiri menuju rumahnya diiringi tatapan bingung Mursyidah. Kunci rumah dititipkan pada mbok Jah, berarti ibunya sedang tidak ada di rumah. Kemanakah ibunya? Apa ibunya masih di sawah pada sore hari begini? Mursyidah menerka-nerka sendiri di hatinya.

Mursyidah menyeret dua kopernya ke beranda rumahnya dan meletakkannya di situ. Mbok Walijah keluar dari rumahnya dengan banyak kunci yang diikat menjadi satu. Wanita itu tersenyum dan berjalan mendekati Mursyidah.

"Ayo!" katanya seraya memasukkan salah satu anak kunci yang ada dalam ikatan.

"Ibu kemana mbok?"

"kita ngobrol dulu di dalam," sahut mbok walijah tanpa mengindahkan pertanyaan Mursyidah.

Mbok Walijah membuka pintu setelah berhasil memutar kunci. Mursyidah mendorong dua kopernya masuk ke dalam rumah lalu dia langsung mendudukkan dirinya pada kursi usang yang ada di ruangan itu.

"Ibu kemana mbok?" ulang Mursyidah sekali lagi.

"Nduk, dengarkan mbok ya... kamu harus sabar dan kuat. Apapun nanti yang kamu dengar dari simbok jangan membuatmu terpukul atau sampai sakit. Kamu harus tetap kuat, demi adik dan anakmu."

Mbok Walijah berhenti sebentar dan menarik napas berat.

"Maksudnya apa mbok?"

Mursyidah menegakkan badannya. Entah mengapa perasaannya tiba-tiba tidak enak. Memangnya kemanakah ibunya hingga mbok Walijah seperti kesulitan untuk menjelaskan.

"Nduk... ibumu sudah mendului kita. Dia sudah dipanggil Gusti Allah. Sekarang ibumu sudah tenang di sana."

Hening sejenak. Mursyidah menatap tajam pada Mbok Walijah, mencoba mencerna apa yang diucapkan wanita tua itu.

Tidaaaak!!!

Tiba-tiba Mursyidah meraung kencang. Setelah itu badannya melemah dan luruh ke lantai. Dia tidak siap mendengar berita duka ini. Niatnya pulang ke kampung untuk memberikan kejutan pada ibunya, tapi sekarang justru dia yang terkejut dengan berita kematian ibunya.

1
Siti Zaid
Author..terima kasih selalu update ceritanya berkali2...cerita makin menarik..kakak tunggu terus sambungan cerita nya...🤭
Hasri Ani: heheee makasi kembali sudah mampir... 😁😁
total 1 replies
Siti Zaid
Malangnya mursyidah bersuamikan Gunadi..sepatutnya dia merasa bimbang dan risau akan keselamatan mursyidah..malah harta warisan yg difikirkan😠benar2 benalu siGunadi
Ma Em
Gunadi bkn nya sedih mendengar kabar bahwa Mursydah kecelakaan dan meninggal eh malah senang karena akan dapat warisan , tdk taunya Mursydah nya msh sehat segar bugar tambah cantik lagi pasti Amar akan menyesal .
CB-1
semakin menarik ceritanya..makasih author cantik sehat slalu biar makin banyak update nya
Hasri Ani: aamiin.. semoga suka dengan cerita nya😁😁
total 1 replies
CB-1
penasaran apa yg di sembunyikan kinasih
Siti Zaid
Author..terima kasih sudah update berkali2..terbaiklah👍👍👍
Hasri Ani: makasih kembali sudah mampir say... 😁😁
total 1 replies
Siti Zaid
Betapa tidak tahu malu Astuti..sudah rampas suami mursyidah..malah duit hasil titik peluh mursyidah pun dia nak juga..dasar benalu...😠
N Wage
semangat Thor...kutunggu lanjutannya.
N Wage
TOP👍👍👍👍♥️♥️♥️
aku suka cerita halu yg realitis.
N Wage
dan cahaya adalah anak Gunadi yg gak diakui oleh Gunadi.
N Wage
apakah Kinasih pernah selingkuh sama Gunadi?
Ma Em
Bagus Mursydah kamu jgn tertipu lagi sama suamimu yg mokondo itu Mursydah cuma di porotin duitnya doang untuk kasih menyenangkan istri mudanya juga keluarganya , balas semua perbuatan Gunadi yg sdh membohongimu Mursydah buat si Gunadi menyesal .
Hasri Ani: sabar saaayyy sabaaar🤭🤭🤭
total 1 replies
Siti Zaid
Geram banget pada Gunadi..bohong terus ya hidupnya sekarang..takut ketahuan...sayang semua kelakuan busuknya sudah diketahui sama mursyidah...
Siti Zaid
Terima kasih author selalu update ceritanya...👍👍👍penasaran apakah ada rahsia yg disembunyikan kinasih..
Siti Zaid
Nyaris ketahuan sama Gunadi..kalau ketahuan bisa2 nya gagal rancangan mursyidah...
Ma Em
Sudah tdk sabar Thor Mursydah bertemu dgn Gunadi setelah melihat Mursydah cantik pasti Gunadi kaget , tapi Mursydah tetap hrs cerai sama Gunadi biar Mursydah berjodoh dgn ayah temannya Amar 😄😄
Hasri Ani: 🤣🤣🤣ketika jodoh diatur netizen🤣🤣🤣.. hehehe makasi sudah mampir semoga tetap suka ceritanya..
total 1 replies
Siti Zaid
Author ditunggu lanjutannya ya..nak lihat bagaimana mursyidah membalas sakit hatinya pada suami dan juga madunya😠
Hasri Ani: makasi say sudah mampir.. sehat selalu
total 1 replies
Siti Zaid
Terima kasih author sudah update beberapa episode lagi👍👍👍
Siti Zaid
Mursyidah..perempuan yg dikhinati itu harus kuat dan tabah..bangunlah dan balas semua perbuatan suami mertua dan madu mu itu...biar mereka menyesal kerana telah mengkhanati kamu😠
Siti Zaid
Cerita yg menarik..author anda hebat kerana bisa bikin cerita bisa bikin hati panas bila membacanya..terbaik👍👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!