NovelToon NovelToon
Katakan, Aku Villain!

Katakan, Aku Villain!

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Keluarga / Antagonis / Romantis / Romansa / Balas Dendam
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Amha Amalia

*
"Tidak ada asap jika tidak ada api."

Elena Putri Angelica, gadis biasa yang ingin sekali memberi keadilan bagi Bundanya. Cacian, hinaan, makian dari semua orang terhadap Sang Bunda akan ia lemparkan pada orang yang pantas mendapatkannya.

"Aku tidak seperti Bunda yang bermurah hati memaafkan dia. Aku bukan orang baik." Tegas Elena.

"Katakan, aku Villain!"

=-=-=-=-=

Jangan lupa LIKE, COMMENT, dan VOTE yaaa Gengss...
Love You~

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amha Amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Villain Chapter 26

*

Kata demi kata saling bersahutan, obrolan Elena bersama Reporter Galuh berlangsung cukup lama dengan berbagai macam pembahasan.

"Baiklah, saya akan mencobanya." Ucap Reporter Galuh.

Elena tersenyum "Terimakasih. Saya yakin anda bisa."

"Apa ada lagi yang ingin di bicarakan?" Tanya Reporter Galuh, Elena menggeleng. "Kalau begitu saya harus pergi sekarang." Lanjutnya sambil memasukkan laptop ke dalam tas miliknya.

"Silahkan." Elena berdiri untuk mempersilahkan, kemudian mengulurkan tangan "Senang bisa bekerjasama dengan anda."

Reporter Galuh membalas jabatan tangannya "Semoga topeng mereka segera lepas." Ucapnya tersenyum yang di balas senyuman dari Elena.

"Saya pergi dulu." Setelah mengucapkan itu, ia melangkah pergi meninggalkan Elena yang kini kembali duduk.

Di hembuskan nafasnya panjang, Elena mengulum senyum. Bayangan akan keberhasilannya seolah sudah di depan mata "Kalian harus hancur." Smirk khasnya keluar.

Sebelum pergi meninggalkan cafe, ia bertanya memanggil salah seorang pelayan yang hendak melewatinya "Mba." Panggilnya.

Pelayan itu menghampirinya "Iya, ada yang bisa saya bantu?" Tanyanya sopan.

"Maaf, saya mau tanya apakah disini sedang membuka lowongan bagi pelayan?"

"Tidak ada mba." Jawab pelayan itu "Kemarin memang ada, tapi sudah diisi karyawan baru." Lanjutnya dengan jujur.

"Yasudah, terimakasih infonya." Ucap Elena tersenyum.

"Saya permisi." Pelayan itu segera pergi dari sana untuk kembali melayani para pelanggan.

Elena menghela nafas kasar "Setidaknya aku tidak berbohong pada Bunda, jika mencari pekerjaan." Gumamnya tersenyum, ia mengakui sudah berbohong namun juga juga tidak sepenuhnya karena dia juga tetap bertanya lowongan pekerjaan pada cafe itu.

Di lihat jam di ponsel genggamnya kini menunjuk pukul sembilan kurang lima menit, ia teringat jika pelajaran hari ini mulai pukul sepuluh. Akhirnya ia memilih pergi dari cafe itu seraya memesan ojek online untuk mengantarnya ke kampus.

Disinilah ia berada sekarang, di pinggir jalan depan cafe seraya mengotak atik ponselnya menunggu pesanan ojolnya di terima. Beberapa menit berlangsung, namun ia belum juga mendapatkan ojek onlinenya.

Di saat ia menunggu dengan sabar, seorang pengendara motor sport berwarna merah menghentikan motor tepat di depannya. Di pandangi motor itu, ia seperti mengenalnya meski sedikit tidak yakin.

"Ternyata benar kamu, aku tidak salah orang." Ucap pengendara itu membuat Elena mengernyit bingung, memang ia mengenalnya? Selang detik kemudian, si pengendara melepas helm full facenya yang seketika Elena sedikit menganga.

"Kamu--..." Ucapnya seraya mengingat siapa nama cowok yang kini di depannya menunggangi motor "Leo kan?"

"Tega sekali kamu hampir melupakanku." Leo berpura-pura menggerutu kesal.

"Kita baru beberapa kali bertemu terus selalu singkat dan itu mungkin satu bulan lalu, wajar aku lupa." Bela Elena pada dirinya sendiri, lagipula yang di ucapkan itu benar.

"Satu bulan lalu." Leo menghentikan ucapannya sambil berdehem panjang "Padahal hampir setiap hari aku melihatmu."

"Hah?!" Elena kembali mengernyit, ia tak mengerti maksudnya.

Leo hanya tersenyum melihat raut wajah bingung gadis di depannya. Ia mengingat sering melihat Elena saat di kampus, bahkan ia tahu Elena beberapa kali berangkat bareng Keyra. Hal itu terlihat karena tidak sengaja dan ia melihatnya dari jarak jauh.

"Kakimu sudah sembuh?" Leo bertanya, agar Elena tak mengungkit maksud ucapannya tadi. Dan ia juga cukup terkejut saat menyadari Elena sudah tidak memakai tongkatnya, tiga hari lalu ia melihat Elena masih menggunakan tongkat saat di kampus tapi sekarang tidak.

"Iya." Balas Elena singkat.

"Syukurlah." Leo tersenyum "Btw, kamu sedang apa disini sendirian? Depan cafe?"

"Aku ada urusan di cafe ini sebentar dan sekarang aku sedang menunggu ojek." Jawab Elena jujur

"Sudah dapat ojeknya?" Tanya Leo melirik kanan kiri, ia tidak melihat pengendara motor ber jaket ojek online mendekat kesana.

"Belum." Balas Elena lalu kembali melihat ponselnya yang memang belum ada yang menerima pesanan ojolnya.

"Aku antar saja." Tawar Leo, Elena langsung menatapnya "Kamu mau pulang kan? Lagipula sepertinya akan lama kamu menunggu ojolnya." Lanjut Leo.

"Aku ke kampus."

"Nahh kebetulan sekali, aku juga akan ke kampus. Kita bisa bareng." Leo berseru, wajahnya tampak bersemangat.

"Tidak perlu, aku--...." Belum sempat Elena menyelesaikan ucapannya, Leo langsung memotong dengan cepat.

"Kamu takut pacarmu cemburu melihat kamu berangkat bersamaku?" Tanyanya.

"Pacar? Aahh tidak, aku tidak punya pacar." Elak Elena.

Wajah Leo tampak terkejut, ia kurang percaya "Bukankah selama ini kamu bersama cowok yang waktu itu di ruang kesehatan. Dia pacarmu kan?"

"Satya maksud kamu?" Tanya Elena, Leo mengangguk "Kenapa semua orang menganggap dia pacarku?! Hah... Satya itu sahabat baikku, bukan pacarku."

Pernyataan Elena membulatkan mulut Leo, garis sudut bibirnya tertarik membentuk senyuman "Kalau begitu, tidak akan ada masalah jika kita berangkat bareng." Ucapnya antusias.

Elena tampak diam, berpikir, di lihat kembali ponsel genggamnya yang belum juga mendapatkan driver ojol "Apa kamu tidak keberatan?"

"Jika aku keberatan. Aku tidak akan menawarkanmu." Balas Leo mengulum senyum "Aku bawa satu helm, kamu pakai." Lanjutnya memberikan helm pada Elena.

"Tidak, kamu saja. Masa yang bonceng pakai helm sedangkan yang nyetir tidak." Tolak Elena sedikit terkekeh memberi penjelasan.

"Tidak masalah. Keselamatanmu yang utama." Kekeh Leo menawarkan.

Belum sempat Elena menolak, Leo turun dari motor, berdiri depan Elena kemudian memakaikan helm miliknya ke kepala gadis itu. Elena terdiam, tubuhnya mendadak kaku tak dapat bergerak hingga membiarkan Leo memasangkan helm, di tatapnya mata Leo dengan bola mata hitam pekat, bulu mata sedikit lentik dan alis sedikit tebal. Terdengar suara tanda Helm terpasang benar dan terkunci.

Leo menatap Elena lekat "Ini baru aman." Ucapnya tersenyum, sedangkan Elena mengalihkan pandangan. Ia tidak tahu kenapa hanya diam saja saat Leo memakaikan helm, padahal ia bisa memakainya sendiri.

"Ayo." Lamunan Elena buyar mendengar seruan Leo. Cowok itu sudah duduk kembali di jok motornya, bahkan mesin motor sudah ia nyalakan. Elena mengangguk, dia duduk di boncengan motor Leo "Pegangan, aku takut kamu terjatuh."

Satu tangan Elena terulur memegang pundak Leo dari belakang. Leo melirik wajah Elena dari kaca spion, ia menebak saat ini Elena sedang canggung. Mungkin karena dia baru pertama kali di boncengnya. Padahal ia beberapa kali melihat Elena akan memeluk Satya dari belakang saat di bonceng, sopankan jika ia meminta di peluk juga?

Tapi itu tidak mungkin, mereka baru kenal. Bisa cap kurang ajar Leo nanti.

Tak mau ambil pusing, Leo tersenyum seolah biasa saja. Segera ia melajukan motor membelah jalanan pagi menjelang siang ini, panas matahari yang tidak lagi hangat.

Dalam perjalanannya, Elena hanya menatap ke arah samping melihat beberapa kendaraan yang melaju seolah menghitungnya. Sedangkan Leo sesekali melirik Elena dari kaca spion, wajah yang hanya terlihat bagian mata serta sedikit rambut di dahinya kini di terpa angin jalanan.

Dua puluh menit berlalu, tak ada percakapan di perjalanan hingga kini mereka telah memasuki area kampus. Leo memarkirkan motornya di parkiran, Elena langsung turun dan melepas helm "Terimakasih tumpangannya." Ucap Elena memberikan helm pada Leo.

"Sama-sama." Balas Leo meletakkan helm di setir motor.

"Aku duluan ke kelas." Pamit Elena hendak melangkah pergi, tapi cekalan seseorang membuatnya langkahnya urung.

"Tunggu." Tahan Leo. Elena berbalik, matanya tertuju pada genggaman Leo di pergelangan tangannya.

Tanpa mereka sadari, sepasang mata memperhatikan mereka dari jauh. Pandangannya sulit di artikan, tak ingin berlarut dalam pikirannya. Ia segera melangkah mendekati Elena dan Leo berada.

"Ah maaf." Leo tersadar, cekalannya segera ia lepas.

Elena berdeham singkat, canggung rasanya.

"Aku hanya ingin minta sesuatu." Ucap Leo sedikit meremat jaketnya.

Tak mengerti maksudnya, Elena bertanya "Apa aku harus membayarmu?" Ia berpikir Leo meminta bayaran karena sudah memberikan tumpangan.

"Tidak, bukan itu." Leo menggarukkan dahinya, keringat dingin bermunculan, tak tahu kenapa rasanya sangat gugup "Boleh aku meminta nomormu?" Pintanya lirih namun penuh harap.

"Hah?!" Elena masih belum mencerna, bukan ia tidak tahu maksud Leo. Namun rasanya aneh jika tiba-tiba saja Leo meminta nomornya. Apa dia salah mendengarnya? Karena suara Leo agak samar terakhir.

"Ponsel." Leo menunjukkan ponselnya, tangannya sedikit gemetar menggerakkan ponsel. "Maksudku, nomor ponselmu. Boleh?" Ucapnya makin canggung.

Melihat kegugupan Leo, Elena ingin sekali tertawa, tapi coba ia tahan. Meminta nomor ponsel saja, kenapa harus segugup itu?! Elena tak habis pikir.

Saat Elena hendak menjawab, seseorang menghampiri mereka "El, Leo." Sapanya ramah, namun tatapannya tak dapat di artikan.

Baik Elena maupun Leo langsung menoleh "Hai Key." Balas Elena tersenyum ramah.

Leo menghembuskan nafasnya sedikit kasar, apakah ia gagal mendapatkan nomor ponsel Elena? Hatinya tak karuan.

"Kalian berangkat bareng?" Tanya Keyra menebak meski berharap tebakannya salah.

"Iya." Jawab Leo cepat.

"Kita tidak sengaja bertemu, dan Leo menawarkan tumpangan." Jelas Elena, ia tidak ingin Keyra berpikir yang tidak-tidak. Pasalnya kemarin Keyra menawarkan diri untuk berangkat bareng tapi Elena tolak. Tapi sekarang bukannya naik ojek online, Elena malah berangkat bareng teman sekelas Keyra.

Keyra mendengarnya hanya ber-oh ria saja.

.

~Bersambung~

*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

Jangan lupa LIKE, COMMENT, dan VOTE Yaaa Gengss...

Love You~

1
Nur Haswina
apa mungkin dia saudara kembar terpisah satu ikut mamanya satu lagi ikut papahnya
•🌻 𝓼𝓾𝓷𝓯𝓵𝓸𝔀𝓮𝓻𝓼 🌻•
yaa kukiri chatstory🥲
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!