NovelToon NovelToon
Pelukan Untukmu ASHILLA

Pelukan Untukmu ASHILLA

Status: sedang berlangsung
Genre:Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang / Beda Usia / Gadis nakal / CEO / Duniahiburan / Cintapertama
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: MissSHalalalal

Ashilla, seorang buruh pabrik, terpaksa menjadi tulang punggung keluarga demi menutupi utang judi ayahnya. Di balik penampilannya yang tangguh, ia menyimpan luka fisik dan batin akibat kekerasan di rumah. Setiap hari ia berjuang menembus shift pagi dan malam, panas maupun hujan, hanya untuk melihat gajinya habis tak bersisa.
Di tengah kelelahan, Ashilla menemukan sandaran pada Rifal, rekan kerjanya yang peduli. Namun, ia juga mencari pelarian di sebuah gudang kosong untuk merokok dan menyendiri—hal yang memicu konflik tajam dengan Reyhan, kakak laki-lakinya yang sudah mapan namun lepas tangan dari masalah keluarga.
Kisah ini mengikuti perjuangan Ashilla menentukan batas antara bakti dan harga diri. Ia harus memilih: terus menjadi korban demi kebahagiaan ibunya, atau berhenti menjadi "mesin uang" dan mencari kebebasannya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MissSHalalalal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 6 : membebaskan

Triing!

Bel pergantian shift berbunyi nyaring, memecah kebisingan mesin produksi yang seolah tak ada habisnya. Aku melangkah gontai menuju parkiran bersama Zunai. Kepalaku terasa berat; sisa-sisa kelelahan bekerja semalam suntuk masih bergelayut di pundak.

"Jadi, siapa yang menjemputmu semalam, Nai?" tanyaku, mencoba mengalihkan pikiran dari masalah yang menunggu di rumah. Aku hampir lupa kalau semalam Zunai sempat memintaku menjemputnya, namun aku tak muncul.

"Ayah yang antar. Tidak apa-apa kan kalau hari ini aku menumpang pulang?" jawab Zunai santai.

"Tentu saja. Tapi aku mampir ke ATM dulu, ya. Mau ambil gaji," ucapku. Nada suaraku datar, tanpa antusiasme sedikit pun. Gaji ini bukan untuk kesenanganku; uang itu hanya akan mampir sejenak di tangan sebelum kuserahkan untuk membebaskan ayah dari jeruji besi.

"Boleh! Aku juga mau tarik tunai," balas Zunai riang.

Kontras sekali. Zunai adalah gambaran kebahagiaan yang tidak kumiliki. Dia rekan satu bagian yang terkenal karena kecantikannya, namun ia punya benteng tinggi terhadap pria. Ia sangat dekat dengan ayahnya. Zunai sering bercerita bagaimana ayahnya merayakan ulang tahunnya, bahkan masih suka menyisir rambutnya meski ia sudah dewasa.

"Ayahmu tidak menjemput?" tanyaku lagi.

"Ayah sedang kerja, Ibu mengantar adik ke sekolah," jelasnya.

Aku terdiam. Keluarga Zunai adalah keluarga impianku: Ayah yang bertanggung jawab, Ibu yang penyayang, serta kakak dan adik yang saling menjaga. Sangat jauh dari realita ku.

Langkah kami terhenti saat sebuah suara bariton memanggil namaku.

"Shill!"

Zunai menyenggol lenganku, lalu berbisik penasaran, "Eh, Shill, kamu dan Mas Rifal itu benaran kakak-adik?"

Pertanyaan itu sudah bosan kudengar. Banyak karyawan pabrik mengira aku adik kandung Mas Rifal karena ia selalu terlihat menjagaku.

"Bukan," jawabku singkat.

"Pacar, ya?" goda Zunai cepat.

"Aiiiiis, bukan juga!"

Mas Rifal tiba di depan kami dengan napas tersengal-sengal habis berlari. "Shila... aku... mau ikut denganmu, ya."

Zunai menatapku curiga. Sorot matanya seolah menuntut penjelasan lebih detail.

"Aku pulang bersama Zunai, Mas," tolakku halus.

"Memangnya mau ikut ke mana?" Zunai akhirnya memberanikan diri bertanya pada Mas Rifal.

"Ke kantor po—"

Sebelum Mas Rifal sempat menyelesaikan kata 'polisi', aku langsung membekap mulutnya. "Mau ke kantor pos, Zunai! Ada urusan surat-menyurat," sahutku cepat. Aku tak ingin Zunai tahu aib keluargaku.

Zunai mengerutkan kening. "Mau ngapain?"

Tanpa menjawab, aku menarik lengan Zunai menuju parkiran motor. Mas Rifal tetap mengekor di belakang seperti bayangan yang enggan lepas.

***

"Terima kasih ya, Shilla!" Zunai melambaikan tangan di depan pagar rumahnya.

Aku hanya mengangguk kecil lalu kembali melajukan motor. Mas Rifal masih membuntuti ku dengan motornya. Tadi di ATM, aku sudah memintanya pulang, tapi dia keras kepala.

"Aku akan jaga jarak. Aku cuma mau memastikan kamu sampai rumah dengan aman, aku juga mengenal salah satu polisi di sana. Mungkin bisa membantu." pesannya tadi. Mungkin dia takut aku nekat pergi ke gudang tua untuk mabuk-mabukan atau merokok demi melampiaskan stres, seperti yang pernah kulakukan dulu.

Namun, tujuanku kali ini bukan itu. Sebelum ke kantor polisi, aku harus menjemput Ibu.

Sesampainya di rumah, aku melihat Ibu duduk di teras. Wajahnya sendu, matanya sembab. Aku tahu dia tidak tidur semalam. Aku sudah menghubungi kakakku agar datang membantu, tapi tak ada tanda-tanda kendaraannya di halaman. Dia menghilang di saat kami paling membutuhkannya.

"Bu, Ibu tidak ke pasar hari ini?" tanyaku sambil mencium punggung tangannya.

Ibu tidak menjawab. Pandangannya tertuju pada Mas Rifal yang ikut turun dari motor. "Siapa dia, Nak?"

"Mas Rifal, Bu. Teman kerja. Dia yang akan membantu kita mengurus kepulangan Bapak nanti," jelas ku.

Mas Rifal mendekat dan menyalami Ibu dengan sopan. "Pagi, Bu."

Ibu mengangguk lemah, lalu menatapku dengan tatapan penuh kecemasan. "Nak, uangnya... sudah ada?"

Aku tersenyum setenang mungkin dan mengangguk pasti. "Sudah, Bu. Tenang saja."

"Ayo, Bu. Kita ke kantor polisi sekarang. Kebetulan saya kenal dengan salah satu petugas di sana, Pak Rico. Semoga prosesnya bisa lebih cepat," ujar Mas Rifal mencairkan suasana.

Ada secercah harapan di mata Ibu. Tanpa sempat mengganti seragam pabrik ku, kami berangkat. Ibu mengunci pintu rumah rapat-rapat, mendekap tas berisi berkas-berkas yang sudah disiapkan bersama Ketua RT kemarin.

Di kantor polisi, suasana terasa dingin dan kaku. Mas Rifal melangkah lebih dulu, menemui Pak Rico. Kami diarahkan ke sebuah ruangan tertutup yang tampak sangat privasi. Tidak ada kamera pengawas di sana, hanya ada meja kayu tua dan beberapa kursi.

"Bu Rini, Anda istri dari Pak Johan?" tanya Pak Rico tegas namun tenang.

"Betul, Pak," jawab Ibu dengan suara gemetar.

"Baik, silakan tanda tangan di sini. Kemarin kepala desa juga sudah menghubungi kami sebagai penjamin. Kami akan menutup kasus ini," Pak Rico menjeda kalimatnya, lalu merendahkan suara. "Dan untuk... uangnya, sudah disiapkan?"

Aku mengerti situasinya. Ruangan tanpa CCTV ini bukan tanpa alasan. Ini adalah jalur belakang, sebuah 'tebusan' yang dibalut kesepakatan rahasia. Mas Rifal sempat menjelaskan di perjalanan bahwa kasus narkoba yang menjerat Bapak terasa janggal, seolah ada dalang yang sengaja menjebaknya.

"Ini, Pak," kataku sambil menyerahkan amplop berisi seluruh gajiku bulan ini, dari kak Reyhan, serta bantuan dari Andra dan juga mas Rifal.

Pak Rico menerima amplop itu dengan cepat. "Baik, sudah saya terima. Tunggu di sini, kami akan memanggil Pak Johan."

Aku merangkul bahu Ibu yang mulai terisak. Setidaknya, hari ini Ayah pulang. Meski harus dibayar dengan keringat sebulan penuh dan harga diri yang terkoyak, aku hanya ingin keluarga ini berkumpul kembali.

Tak lama setelah kepergian pak rico, sosok pria tua dengan pakaian lusuh berjalan beriringan. Aku merasa lega, hanya karena melihat ibu ku kembali tersenyum. Bukan tak suka dengan kebebasan ayah, tapi entah mengapa hati ini sulit menerimanya.

"pak Rico, terima kasih banyak." mas Rifal menjabat tangan pak rico, kemudian aku mengikutinya.

"sama-sama. Jangan lupa untuk terus mengawasi ayah nya nak." pesan pak rico sebelum akhirnya meninggalkan kita.

"mas Rifal,"

"terima kasih banyak. Aku janji akan segera mengembalikan uang yang mas Rifal berikan pada ku." lanjutku berbisik. Aku takutt kedua orang tua ku tau, aku meminjam uang padanya.

"sudah, jangan di pikirkan." mas rifal mengusap bahu ku.

Sedangkan ayah dan ibu saling bertukar kabar, namun aku sedikit kesal karena raut wajah ayah yang tak menunjukkan penyesalan sama sekali.

"Sebaiknya kita pulang pak, bu." ucap mas rifal.

"mana kunci motormu shill, biar aku boncengan sama ibu mu." ucap ayah.

"lah, aku?" tanya ku bingung.

"aku akan mengantar mu." sahut mas Rifal pelan.

Aku menuruti apa yang di katakan ayah. aku juga masih menyimpan banyak sekali pertanyaan pada mas Rifal.

Motor kami melaju pelan, ayah dan ibu memakai motor matik ku sedangkan aku bersama mas Rifal berboncengan.

"mas,"

"mas kok kenal pak Rico?"

"ya, dia teman mendiang ayah ku."

"semalam, saat aku mendengar cerita mu aku ingat dulu reno, tetangga ku juga pernah jadi korban kasus seperti pak johan. Dia di jebak, dan sampai sekarang siapa dalang nya juga tida ada yang tahu." lanjut mas Rifal

"lalu uang itu?" tanya ku penasaran.

"entah lah, tapi setahu ku, Pak Rico orangnya tak seperti itu. Entah lah."

tak lama, motor kita samai di halaman rumah, aku turun dari motor. Ayah yang sudah lebih dulu sampai menatap ku dan mas Rifal dengan tatapan tajam.

"kau siapanya Ashilla?" tanpa basa basi ayah menanyakannya.

ayahku memang orang yang tak suka jika ada pria yang mendekatiku. itu kenapa aku tak suka menjalin hubungan dengan pria manapun.

"dia teman kerja ku yah."

mas Rifal turun dan mengulurkan tangannya menjabat tangan ayah.

"dia juga membantu ashilla membebaskan mu mas." sahut iu dengan suara lirih.

"saya Rifal pak." mas rifal memperkenalkan diri.

"apa dia menjual dirinya untuk membebaskan ku?"

***

Bersambung....

1
partini
ehhh nongol tuh Kunti,kata mati kecelakaan?
wah ga mati ini cuma pergi ma lelaki lain ,,
kalea rizuky
tolol harusnya lu sebagai orang tua jujur biar erlangga gk goblok lagi
partini
ahhh jadi seperti itu ,hemmm maklum lah cinta mata MEREM hati tertutup jadinya y agak ni BEGE PLUS IDIOT tetang cinta ,ya susah ga bakal percaya apa lagi tuh sarah dah methong terkecuali ada video Ina inu
partini
Erlangga ko bisa jadi kaya gitu karena wanita,,saking cintanya atau saking dalam lukanya sih Thor aku ngeh bacanya kah
kalea rizuky
biarin ibumu mati bapak mu mati qm bebas sila goblok
kalea rizuky
keluarga tolol. ini. novel paling konyol yg q baca
kalea rizuky
lu yg aneh sila uda tau orang gila lu berkorban demi ibu lu yg goblok itu
kalea rizuky
ibuk goblok
kalea rizuky
emakmu aja gatel tkut kehilangan laki. mokoondo biar aja di penjara lahbuk suami. g guna mati aja lu biar anakmu bebas keluar dr situ jd ibu nyusain doank lu
kalea rizuky
bodoh itu ibumu laki. goblok. kok di piara cerai lah nyusain anak aja buk lu itu
Meris
Maaf thor kalimat perkalimat Ashilla terlalu mendramatisir...
MissSHalalalal: terima kasih banyak atas sarannya kak. akan aku di perbaiki di bab berikutnya🙏
total 1 replies
Meris
Shilla ini aneh .lha wong dia yg menyerahkn diri...koq malah dia yg penuh drama
partini
aku baca sinopsisnya udah nyesek mulai baca bab satu Weh tambah nyesek
MissSHalalalal: jangan lupa baca sampai akhir ya kak🙏
total 1 replies
Iis Amoorea
panggung kehidupan....bikin mewek
MissSHalalalal: terimakasih kak🙏 semoga suka dengan karya saya.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!