NovelToon NovelToon
Nikah Muda Karena Terpaksa

Nikah Muda Karena Terpaksa

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Orie Tasya

Damian pemuda urakan, badboy, hobi nonton film blue, dan tidak pernah naik kelas. Bahkan saat usianya 19 tahun ia masih duduk di bangku kelas 1 SMA.

Gwen, siswi beasiswa. la murid pindahan yang secara kebetulan mendapatkan beasiswa untuk masuk ke sekolah milik keluarga Damian. Otaknya yang encer membuat di berkesempatan bersekolah di SMA Praja Nusantara. Namun di hari pertamanya dia harus berurusan dengan Damian, sampai ia harus terjebak menjadi tutor untuk si trouble maker Damian.

Tidak sampai di situ, ketika suatu kejadian membuatnya harus berurusan dengan yang namanya pernikahan muda karena Married by accident bersama Damian. Akan tetapi, pernikahan mereka harus ditutupi dari teman-temannya termasuk pihak sekolah atas permintaan Gwen.

Lalu, bagaimana kisah kedua orang yang selalu ribut dan bermusuhan ini tinggal di satu atap yang sama, dan dalam status pernikahan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Orie Tasya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 1 Bertemu Dengan Si Biang Onar

"Hei, gue nanya. Kenapa kalian malah pada bengong. Siapa sih Damian? Kek orang penting aja, sampai gosipnya bikin kepala gue pusing."

Seorang gadis keluar dari gerombolan para siswa penggosip tadi. Lalu mencekal lengan Gwen, dan menariknya ke tempat yang lebih sepi. Melirik ke kanan dan ke kiri, dirasa aman ia lalu kembali menatap Gwen.

"Eh, lo jangan nyebut nama Damian lantang begitu. Lo anak baru, ya?" tanyanya.

Gwen menjawabnya dengan anggukan pelan. "Emang siapa sih dia, kenapa pada takut sama si Damian itu."

Gadis itu bernama Jane Fransiska. Anak kelas dua

SMA yang nantinya akan menjadi teman sekelas Gwen.

"Kenalin nama gue Jane, Jane Fransiska. Lo siapa?"

"Mariana Gwen Axelir, panggil aja Gwen. Gue pindahan, karena dapat beasiswa di sini."

Jane mengangguk-angguk. "Nah karena lo siswa beasiswa, lo sebaiknya jangan bikin masalah sama Damian deh."

"Bentar, dari tadi lo selalu bilang jangan macam-macam sama Damian. Jelasin dulu dong, Damian itu siapa?"

Kembali atensi Jane terarah ke segala penjuru, takut-takut Damian datang dan membuatnya menjadi perkedel karena berani-beraninya menyebut namanya.

Jane menghembuskan napas lega, tidak ada Damian. Jadi ia mendekatkan wajahnya pada telinga Gwen, dan berbisik di sana. "Damian itu berandalan di sini. Dia itu ketuanya, nggak ada berani sama dia. Lagian dia juga anak

Pemilik sekolah ini. Jadi mending lo jauh-jauh deh dari dia. Jangan macam-macam pokoknya sama dia. Ntar kalau ada yang ngelaporin lo sama Damian, bisa habis lo sama dia."

Gwen mendengus malas. Siapa juga yang mau macam-macam, dia hanya ingin sekolah dengan tenang, damai, tanpa hambatan.

"Gue cuma nanya, gue juga nggak minat macam-macam sama si tuh Damian sok preman itu, heran deh."

"Nggak gitu, Gwen. Si Damian itu nggak suka ada orang nyebut-nyebut namanya, lo tahu nggak guru-guru aja udah nyerah sama dia. Pokoknya lo jangan cari masalah sama dia."

Gwen mendengus lagi. "Bodo ah, gue juga nggak mau kenal sama dia. Emang dia penting gitu, nggak penting banget. Kenapa dia nggak dikeluarin aja dari sekolah, sekolah juga mau ngapain kalau tujuannya hanya untuk jadi jagoan. Eh ngomong-ngomong lo kelas berapa, Jane?" tanya Gwen.

"Kelas dua IPA satu."

"Eh gue juga kelas dua IPA satu, wah kita sekelas dong."

Jane terlihat berbinar mendapatkan teman baru. Akhirnya dia akan mendapat teman sebangku, karena teman sebangkunya sudah minggat dari sekolah ini saking takutnya sama Damian, yang ia pergoki tengah melecehkan nenek-nenek.

"Iya, nah lo ntar sebangku sama gue, ya? Ayo deh langsung masuk ke kelas," ajak Jane, namun Gwen menggeleng. "Kenapa?" tanya Jane lagi.

"Gue mau ketemu sama kepala sekolah dulu, nyerahin berkas gue dari sekolah yang lama. Kemarin masih belum lengkap. Habis ini gue langsung ke kelas deh, Jane."

"Mau gue anter?"

Lagi-lagi Gwen menggeleng. Dia tidak mau merepotkan. Hanya ke ruangan kepala sekolah saja, ia sih berani.

"Nggak usah, gue bisa sendiri kok."

"Beneran, tapi ntar kalau lo ketemu Damian gimana?"

"Gue nggak takut juga, tenang aja. Gini-gini gue itu jago karate."

Jane hanya bisa mengangguk, dan menatap punggung temannya yang berjalan menjauh.

***

Ketika mobil berwarna putih itu berhenti di halaman sekolah mereka, semua wajah berubah pucat. Mereka tahu siapa yang datang.

Pintu terbuka, dan muncul 4 pemuda tampan dengan gaya bak artis, dengan kacamata hitam bertengger menutupi mata masing-masing dari mereka.

Gadis-gadis itu ingin menjerit, saking tampannya mereka berempat. Namun, terlalu takut dengan Damian yang kini berjalan paling depan, dengan tas yang tersampir di bahu.

"Akhirnya bisa sekolah lagi gue setelah kena skors seminggu," ujar Axton yang memiliki kulit tan dengan wajah hampir mirip aktor hollywood.

"Gue aslinya males sekolah, tapi mau gimana lagi dari

Pada nyokap gue ngamuk-ngamuk mulu." Kali ini Christ yang menyambar. Pemuda tinggi keturunan Tionghoa.

"Dam, kalau lo gima...."

Brukk

Suara benda jatuh, membuat Christ berhenti bicara dengan mulut mengaga. Melihat ketua genk mereka jatuh ke atas paving block karena ditabrak oleh seorang siswa cupu yang berjalan dengan membawa tumpukan buku.

"Maaf Kak, maafkan aku Kak Damian."

Damian mendesis, ia meringis merasakan tubuhnya menghantam paving block. Ia kemudian berdiri, dan menyambar kerah seragam yang si pemuda culun itu kenakan.

"Berani lo sama gue, pagi-pagi udah berani bikin masalah lo sama gue. Lo udah bosen hidup atau gimana?"

"Ampun, Kak. Ampun, aku nggak sengaja." Si culun menangkupkan kedua tangan di depan wajah. Tubuhnya tremor di tempat.

"Maaf kata lo? Enak aja. Lo udah bikin pantat gue sakit. Emangnya segampang itu gue mau lepasin lo. Cari masalah sama gue, berarti lo cari mati," ujar Damian. Ia mengepalkan tangan, bersiap ingin meninju wajah si culun sampai tiba-tiba....

"Hei, mau ngapain lo, huh!"

Damian menoleh ke kanan, mendapati seorang gadis yang berjalan mendekat ke arahnya. Ia sempat mendecih kasar. Masa bodoh tak peduli itu cewek berwajah cantik, jika membuat masalah dengannya wajib dia hajar.

"Jangan ikut campur urusan gue, pergi lo." Damian

Kesal, lalu menghempaskan tubuh si culun begitu saja ke atas paving block.

Memutar jengah kedua bola matanya. Gwen berjalan menghampiri si culun, lalu menolongnya berdiri.

"Mau jadi sok pahlawan, lo?"

"Siapa juga yang mau jadi sok pahlawan, gue cuma mau nolongin dia. Emang lo, muka biasa aja, tapi nggak punya hati. Emang apa yang dia perbuat?"

"Mata lo buta, dia udah nabrak gue sampai jatuh."

"Aku udah minta maaf, Kak." Si culun berucap, dan membuat darah Damian semakin mendidih.

"Gue nggak terima permintaan maaf."

"Sombong banget sih lo. Emang lo siapa?"

Axton, Christ, dan Jason saling melirik satu sama lain. Dia berharap gadis itu baik-baik saja setelah ini.

Damian ingin tertawa muak rasanya. Di sekolah ini, tidak ada yang tidak mengenal siapa dirinya. Lalu, kenapa gadis satu ini bisa tak kenal siapa dia? Jangan-jangan gadis ini baru saja terkena amnesia dadakan karena silau melihat wajahnya yang sungguh tampan rupawan.

"Lo nggak kenal sama gue?" Damian menunjuk dirinya sendiri.

"Emang lo siapa? Artis bukan, temen bukan, saudara bukan. Jadi nggak penting banget gue kenal sama lo."

"Bangsat banget ini cewek."

Gwen melotot ke arahnya. Ia kesal dengan pria ini. Tampan sih, tapi kelakuannya seperti setan.

"Apa? Lo bilang apa tadi? Emang lo siapa sih? Sok kuasa banget di sini. Pasti masa depan lo suram."

Damian mencoba menahan emosinya, jangan sampai tangannya melayang memukul perempuan.

"Biar gue kenalin siapa gue. Gue Damian Alexander Pranata, gue anak pemilik sekolah ini. Jadi, lo jangan macem-macem sama gue, atau lo mau mati di tangan gue."

Agak terkejut sebenarnya. Tetapi, dari gambaran yang Jane katakan, berarti memang inilah sosok Damian yang ditakuti satu sekolah.

"Kalau ngomong yang bener, mati di tangan Tuhan, bukan di tangan lo."

Geram, Damian benar-benar geram. Baru pertama kali ini ada orang yang berani padanya.

Dia mengangkat tanganya ke udara, hampir melayangkannya ke arah Gwen, dan gadis itu hanya tersenyum tipis, lalu....

Bughhh

"Arghhh, anjirrr sakit bangsat!" Damian berteriak karena adik kecilnya jadi korban tendangan maut Gwen.

"Rasain lo, siapa suruh lo semena-mena sama orang."

"Tanggung jawab lo, hei!" teriaknya, ketika melihat Gwen pergi dari sana.

"Ogah, males banget gue tanggung jawab. Rasain, biar impoten sekalian lo, dan nggak ada yang mau jadi istri lo." Gwen tertawa puas, dan melenggang pergi dari ini.

"Sialan tuh cewek, lihat aja gue bakal bikin perhitungan sama lo." Damian berteriak, sembari meringis menahan ngilu di miliknya akibat tendangan maut Gwen.

...***Bersambung***...

1
Lasmin Alif nur sejati
lanjut thorrr
Lasmin Alif nur sejati
kenapa aku ikut deg degan ya 🤣🤣🤣🤣
Lasmin Alif nur sejati
ceritanya seru thorr, semangat terus nulisnya ya thorr🤭
Ciaaaa: Terima kasih banyak kak, author makin semangat nulis kisahnya🤩
total 1 replies
kalea rizuky
lanjut donk yg banyak q ksih bunga lagi deh
kalea rizuky
q ksih bunga biar banyak up ya thor
Ciaaaa: hihii boleh dong, tapi sabar yaa author lagi ada kerjaan nanti di up lagi😊
total 1 replies
kalea rizuky
nah gt jangan mau di injak injak Gwen gue suka cwek. tegas g menye2
Lasmin Alif nur sejati
lanjut thor
Ciaaaa: sabar ya kak, masih mikir kata" yang akan di rilis😄
total 1 replies
Lasmin Alif nur sejati
semangat thorr
Lasmin Alif nur sejati
mau jadi suami bucin nantinya 🤣
Lasmin Alif nur sejati
kasihan sekali si gwen
Lasmin Alif nur sejati
semangat thorr💪
Ciaaaa: Terima kasih kak, silahkan baca bab selanjutnya🙏
total 1 replies
kalea rizuky
lanjut donk
kalea rizuky
jangan mau Gwen cowok bekas
kalea rizuky
dih Damian tukang celup ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!