NovelToon NovelToon
Penebusan Ratu Malam

Penebusan Ratu Malam

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Keluarga / Diam-Diam Cinta / Cinta Terlarang / Cinta pada Pandangan Pertama / Cintapertama
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Miss Ra

Di tengah gelapnya dunia malam, seorang Gus menemukan cahaya yang tak pernah ia duga dalam diri seorang pelacur termahal bernama Ayesha.

Arsha, lelaki saleh yang tak pernah bersentuhan dengan wanita, justru jatuh cinta pada perempuan yang hidup dari dosa dan luka. Ia rela mengorbankan ratusan juta demi menebus Ayesha dari dunia kelam itu. Bukan untuk memilikinya, tetapi untuk menyelamatkannya.

Keputusannya memicu amarah orang tua dan mengguncang nama besar keluarga sang Kiyai ternama di kota itu. Seorang Gus yang ingin menikahi pelacur? Itu adalah aib yang tak termaafkan.

Namun cinta Arsha bukan cinta biasa. Cintanya yang untuk menuntun, merawat, dan membimbing. Cinta yang membuat Ayesha menemukan Tuhan kembali, dan dirinya sendiri.

Sebuah kisah tentang dua jiwa yang dipertemukan di tempat paling gelap, namun justru belajar menemukan cahaya yang tak pernah mereka bayangkan.

Gimana kisah kelanjutannya, kita simak kisah mereka di cerita Novel => Penebusan Ratu Malam.
By: Miss Ra.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Ra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 1

Hujan deras mengguyur kota, menciptakan dinding air yang membatasi pandangan. Gaun merah panjang Ayesha terasa berat, menempel dingin di kulitnya yang basah. Kepalanya berdenyut hebat, sisa-sisa alkohol membuatnya berjalan terhuyung-huyung di bahu jalan. Ia ingin mencapai taksi, tetapi malam yang kelam itu seolah menelannya.

​Tiba-tiba, sebuah cahaya mobil menyilaukan. Sebuah sedan hitam melaju kencang, terkejut melihat sosok Ayesha di tengah jalan. Decitan rem yang memekakkan telinga terdengar, mobil berhenti mendadak, tetapi terlambat. Bagian depan mobil itu menyenggol Ayesha. Ia menjerit tertahan, tubuhnya terpental dan terempas ke aspal yang dingin dan basah. Meskipun benturan itu tidak parah, guncangannya cukup untuk membuatnya pingsan.

​Pintu mobil terbuka. Seorang pria dengan kemeja dan jas hitam keluar tanpa mempedulikan air hujan yang langsung meresap ke pakaiannya. Wajahnya tegang, tercetak jelas rasa khawatir dan terkejut.

​"Astaghfirullahal 'Azim... Siapa itu?" gumam Rafka Arsha Fathan, seorang Gus, pewaris tunggal Pesantren besar, dan lulusan Al-Azhar Kairo. Ia baru saja menyelesaikan meeting penting tentang pengembangan Pesantren.

​Arsha menghampiri tubuh Ayesha yang tergeletak. Ia menoleh ke kanan dan kiri, kosong. Tidak ada tanda-tanda orang lain, seolah takdir memang menempatkan mereka berdua dalam adegan terlarang ini. Niatnya murni, hanya ingin menolong.

​Tanpa pikir panjang, Arsha membopong tubuh Ayesha yang lunglai. Aroma wangi yang bercampur alkohol menyeruak, membuat Arsha menghela napas menahan diri. Ia menaruh Ayesha di jok belakang.

​Setelah kembali ke kursi kemudi, Arsha berpikir keras. Mustahil membawa wanita berpakaian minim dan beraroma alkohol ke Pesantren. Rumah sakit? Ia tidak mau berurusan dengan polisi. Satu-satunya tempat yang aman dan tersembunyi adalah apartemen mewahnya yang jarang ia tempati.

​Ia melajukan mobilnya membelah hujan, terus membaca istighfar dalam hati, memohon perlindungan dari niat buruk.

​Tak lama, mobil itu tiba di parkiran apartemen mewah. Arsha kembali bersiap membopong Ayesha kali ini, ia akan lebih berhati-hati.

​Saat tangannya mulai meraih tubuh Ayesha, wanita itu tiba-tiba tersentak dan membuka matanya. Ayesha Shekilla, dalam kondisi setengah sadar akibat mabuk dan benturan... melihat siluet seorang pria yang siap menggendongnya.

​Otak mabuknya menafsirkannya sebagai salah satu 'kliennya'. Dengan naluri yang salah, Ayesha segera menarik kerah jas Arsha dengan tangan dinginnya.

​Wajah mereka hanya berjarak beberapa senti. Netra Arsha yang tajam dan tulus bertemu dengan mata Ayesha yang sayu dan memancarkan godaan tak sadar. Dalam jarak sedekat itu, jantung Arsha berdetak kencang, memukul-mukul dadanya. Ia melihat kecantikan Ayesha yang murni, tersembunyi di balik polesan dunia malam. Rambut panjang yang basah, bibir mungil merah merona, dan hidung mancung yang sempurna.

​Lama mereka bertatapan. Ini adalah dosa yang paling indah yang pernah disaksikan Arsha.

​Tersadar akan bahaya yang mengintai, Arsha segera memalingkan wajahnya. Panas menjalar ke seluruh tubuhnya, menuntut pengendalian diri yang ekstrem.

​"Astaghfirullah... Ya Allah ampunilah hamba-Mu ini," gumamnya, suaranya tercekat dan sangat lirih, seolah takut didengar oleh Ayesha dan Sang Pencipta.

​Ia memijat pelipisnya, berusaha menenangkan pikiran yang kalut. "Maaf, aku tadi menabrakmu di jalan. Aku hanya ingin menolongmu," kata Arsha dengan sopan, sama sekali tidak berani memandang wanita itu lagi. "Apa kau sanggup untuk berjalan?" tanyanya.

​Ayesha, yang masih linglung, hanya mengangguk pelan. Ia bangkit dan mengikuti langkah Arsha menuju lobi apartemen. Gaun merahnya yang basah terus menjuntai. Ia berjalan terhuyung-huyung di belakang Arsha, meninggalkan jejak air di lantai marmer.

​Setelah keluar dari pintu lift, Ayesha merasa kakinya sakit. Ia melepas sepatu hak tingginya, membiarkannya tergeletak di depan lift. Arsha yang mendengar suara langkah hilang, menoleh ke belakang. Ia melihat Ayesha berjalan tanpa alas kaki, terhuyung-huyung, bahkan melewatinya menuju pintu apartemen tanpa menyadari kesalahannya.

​Arsha menghela napas panjang, mengambil sepatu hak tinggi Ayesha, dan kembali melangkah. Karena tak sabar melihat langkah Ayesha yang lambat dan tak tentu arah, Arsha kembali membopong tubuh Ayesha. Kali ini ia memejamkan mata sesaat sebelum menggendong, memohon ampunan. Ia membawa Ayesha masuk ke dalam apartemennya tanpa banyak kata.

​Cobaan Terbesar Seorang Gus Arsha malam itu.

​Arsha menaruh Ayesha dengan sangat hati-hati di atas sofa beludru. Ia memandang gadis itu. Matanya kembali tertutup, tetapi mulutnya bergumam kacau karena sisa mabuk.

​"Jangan buat aku marah, puaskan aku malam ini, Tuan. Aku lelah," gumam Ayesha, suaranya parau dan sensual, menusuk ke telinga Arsha.

​Arsha mengerutkan keningnya, keringat dingin membasahi dahinya. Ia bertanya-tanya, siapa wanita yang ia bawa sebenarnya? Apakah ia baru saja membawa musibah besar ke dalam hidupnya?

​Arsha segera menuju kamarnya, mengambil handuk bersih dan satu setel kemeja putih miliknya yang paling besar. Kembali ke ruang tamu, ia berhadapan dengan tugas terberat dalam hidupnya.

​"Ya Allah, ampuni aku..."

​Ia berjongkok di hadapan Ayesha, terus berzikir. Dengan jemari gemetar, ia mulai membuka ritsleting gaun Ayesha yang basah.

​Setiap inci gaun yang terlepas, setiap helai kain yang menampakkan kulit mulus Ayesha, adalah godaan yang membakar. Arsha menahan napas. Ia memejamkan mata, memaksakan diri untuk fokus pada niatnya, mencegah Ayesha sakit. Ia berkali-kali berhenti, mengembuskan napas kasar.

​DEGH!

​Saat ia harus menarik gaun dari bahu Ayesha, tangannya tak sengaja menyentuh kulit leher wanita itu. Sentuhan singkat, dingin, namun memicu adrenalin Arsha meledak-ledak. Ia langsung menarik tangannya seolah tersengat api. Wajahnya memerah, jantungnya berdebar tak karuan.

​"Ya Allah... Aku terpaksa melakukannya, karena hanya aku satu-satunya yang ada di sini. Ampunilah hamba-Mu ini Ya Allah..." Arsha memohon dalam hati, menundukkan kepalanya, mengumpulkan sisa-sisa kesadaran dan keimanan.

​Dengan segala upaya, ia berhasil membuka seluruh gaun basah itu dan segera menyampirkan kemeja putih miliknya. Ia tidak melihat lebih dari yang diperlukan. Arsha adalah seorang Gus, dididik dengan keimanan yang kokoh, tetapi ia hanya manusia biasa.

​Setelah berhasil memakaikan kemeja yang besar itu ke tubuh Ayesha, Arsha menjatuhkan dirinya di sofa berhadapan, memegangi dadanya sendiri.

​"Ya Allah.... Akhirnya selesai juga... Huuuuf..." Ia mengembuskan napas lega bercampur lelah. Cobaan itu telah berlalu.

​Arsha bangkit kembali, mengambil selimut tebal, dan menyelimuti tubuh Ayesha. Ia memastikan Ayesha aman, lalu segera masuk ke kamarnya untuk membersihkan diri.

​Di bawah shower, air dingin pun tak mampu meredam bayangan Ayesha. Wajah, mata sayu, dan bahkan lekuk tubuh Ayesha yang sekilas ia lihat, terus menghantui.

​"Siapa wanita itu? Siapa yang membawanya hingga mabuk seperti itu?" gumamnya.

​Selesai mandi, Arsha menjatuhkan tubuhnya di atas kasur. Ia menatap langit-langit, berkedip pelan. Malam itu adalah malam cobaan terberat untuk seorang Gus. Ayesha telah berhasil membuat jantungnya beradrenalin kencang, menggoyahkan keimanannya, namun di saat yang sama, memunculkan niat suci yang tak pernah ia sangka.

​Sinar subuh perlahan menyentuh tirai apartemen. Ayesha membuka matanya perlahan, kepalanya sakit luar biasa. Ia memegang pelipisnya.

​"Di mana aku?" tanyanya lirih.

​Ia bangkit dan selimutnya melorot. Ia tersadar dan menatap dirinya. Ia mengenakan kemeja putih kebesaran, sebuah kemeja pria tanpa celana. Ia hanya memakai pakaian dalam.

​Ayesha panik. Ia segera mencium bau samar di kemeja itu. Aroma wangi, maskulin, dan asing, tidak seperti parfum pria-pria di klub yang biasa ia temui.

​Ia menoleh ke arah sebuah kamar terbuka. Dari sana, terdengar lantunan suara merdu yang belum pernah ia dengar, suara seorang pria sedang mengaji setelah salat Subuh.

​"Suara siapa itu?" tanyanya lagi pada diri sendiri. "Siapa yang mengganti bajuku?"

​Rasa takut, bingung, dan penasaran mendorongnya. Ia berjalan pelan, langkahnya pelan seperti seorang maling. Ia melihat pintu kamar itu terbuka sedikit. Ia melongokkan kepalanya, mengintip.

​Ayesha terpaku. Ia melihat punggung seorang pria duduk di atas sajadah, mengaji, mengenakan baju koko dan peci. Punggung itu tampak teguh, memancarkan kedamaian. Belum pernah ia melihat pemandangan seperti ini seumur hidupnya.

​Arsha menghentikan ngajinya. Ia merasa ada yang melihatnya. Ia menoleh ke belakang dan melihat Ayesha sudah berdiri di depan pintu dengan rambut acak-acakan dan wajah bangun tidur.

​"Kau sudah bangun?" tanya Arsha lalu menutup Al-Qur'annya. "Sadaqallahul 'Azim..."

​Arsha bangkit. Ia berdiri di hadapan Ayesha dengan baju koko, sarung, dan peci yang masih melekat, memancarkan aura kesalehan yang membuat Ayesha semakin terpesona.

​"Semalam kau mabuk, dan kau berjalan di tengah jalan. Gaunmu basah karena hujan deras," jelas Arsha, tanpa memandang Ayesha, tatapannya lurus ke lantai. "Maaf... aku sudah lancang mengganti pakaianmu, tapi aku bersumpah demi Allah, aku tidak menyentuhmu."

​Ia melanjutkan ceritanya dengan sopan. "Aku tidak sengaja menabrakmu di tengah jalan, dan aku membawamu kemari karena kau pingsan. Setelah mengganti pakaianmu, aku langsung kembali ke kamarku."

​Ayesha masih diam. Terpana dengan ketampanan Arsha, ia lebih terpana lagi dengan sikap pria ini. Ia telah telanjang di depan pria ini, namun pria ini meminta maaf dan bersumpah tidak menyentuhnya. Ia telah melihat tubuh Ayesha, tetapi Arsha memilih untuk memandang lantai.

​Baru kali ini ia menemukan pria yang meminta maaf setelah melihat tubuhnya. Rasa hormat dan keterkejutan bercampur aduk. Ayesha semakin terpesona. Ia penasaran, siapa Arsha sebenarnya?

...----------------...

**Next Episode**....

1
🌹Widianingsih,💐♥️
duhh .. Arsya..jangan jatuh cinta pada Ayesha, nanti akan mendatangkan masalah besar
🌹Widianingsih,💐♥️
benar-benar cobaan berat bagi seorang Gus , bagaimana nanti jika ada yang tau. ...pasti fitnah besar yang datang !
duh Gusti nu maha agung.... selamatkan keduanya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!