Sharmila, seorang wanita cantik, sedang bersiap untuk hari pernikahannya dengan Devan, bos perusahaan entertainment yang telah dipacarinya selama tiga tahun.
Namun, tiba-tiba Sharmila menerima serangkaian pesan foto dari Vivian, adik sepupunya. Foto kebersamaan Vivian dengan Devan. Hati Sharmila hancur menyadari pengkhianatan itu.
Di tengah kekalutan itu, Devan menghubungi Sharmila, meminta pernikahan diundur keesokan harinya.
Dengan tegas meskipun hatinya hancur, Sharmila membatalkan pernikahan dan mengakhiri hubungan mereka.
Tak ingin Vivian merasa menang, dan untuk menjaga kesehatan kakeknya, Sharmila mencari seorang pria untuk menjadi pengantin pengganti.
Lantas, bagaimana perjalanan pernikahan mereka selanjutnya? Apakah pernikahan karena kesepakatan itu akan berakhir bahagia? Ataukah justru sebaliknya?
Ikuti kisah selengkapnya dalam
KETIKA MUSUH MENJADI PENGANTIN PENGGANTI
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18. Awal pengkhianatan
.
"Aku pergi dulu," ucap Zayden setelah mobil Devan tak lagi terlihat. “Besok pagi aku akan kembali untuk menjemputmu.” Ia berdiri tepat di hadapan Sharmila, lalu tanpa aba-aba mengecup kening Sharmila singkat. Sharmila sedikit tersentak dengan perlakuan Zayden yang lembut. Namun ia mulai terbiasa.
“Siapkan semua barang yang perlu kau bawa ke rumahku,” lanjut Zayden lagi. “Bawa yang penting-penting saja nggak usah bawa pakaian. Kamu bisa membelinya di sana nanti!“
Sharmila hanya mengangguk, membiarkan Zayden pergi dengan mobil mewahnya. Setelah mobil itu menghilang dari pandangan, ia berdiri dan melangkah masuk ke dalam rumah.
Suasana yang tadinya tegang kini terasa sepi. Sharmila melangkah gontai menuju kamarnya, menghempaskan tubuhnya di atas ranjang. Duduk bersandar, dengan kepala menengadah dan mata terpejam, pikirannya langsung melayang ke masa lalu.
Dulu, hubungannya dengan Devan begitu indah. Meskipun ia merasa Devan sedikit memanfaatkan posisinya sebagai cucu pemilik perusahaan besar, Sharmila tetap mencintai pria itu. Devan selalu ada untuknya, menjadi tempatnya berbagi suka dan duka.
Namun, semua berubah ketika Vivian masuk ke sekolah mereka sebagai murid baru.
Flashback on
Pagi itu, PERSADA NUSANTARA International School terasa lebih ramai dari biasanya. Bisik-bisik penasaran terdengar di sepanjang koridor. Sharmila dan Devan berjalan bergandengan tangan, mencoba menerobos kerumunan siswa yang tampak tertarik pada sesuatu di dekat gerbang sekolah.
"Ada apa, sih?" tanya Devan penasaran.
Sharmila mengangkat bahu. "Tidak tahu. Mungkin ada anak baru," jawabnya singkat.
Saat mereka semakin dekat, Sharmila tertegun melihat seorang gadis berambut pirang dengan mata biru yang indah berdiri di dekat kepala sekolah. Gadis itu tampak anggun dan mempesona, membuat banyak siswa terpana.
"Itu kan anaknya Paman David?" gumam Sharmila. "Apa dia pindah ke sekolah ini?"
Mata Devan menatap ke arah murid baru itu tanpa berkedip.
Saat Vivian mendekati mereka, memanggil dirinya kakak, lalu berkenalan dengan Devan, Sharmila sudah merasa sesuatu yang buruk akan terjadi. Vivian tersenyum manis, namun bagi Sharmila itu seperti sebuah ancaman. Ada bendera perang sedang berkibar di mata gadis itu.
Sejak hari itu, Vivian mulai sering terlihat di sekitar Sharmila dan Devan. Terlihat jelas Vivian berusaha mendekati Devan.Mengajak ngobrol, menanyakan tentang sekolah, teman-teman, dan hal-hal lain. Segala sesuatu yang terlalu dibuat-buat oleh Vivian.
Sharmila benar-benar menyadari bahwa Vivian tertarik pada Devan. Vivian selalu mencari kesempatan untuk berdekatan dengan Devan, entah itu saat makan siang di kantin, saat belajar di perpustakaan, atau bahkan saat berjalan di koridor.
Vivian selalu berusaha menarik perhatian Devan dengan berbagai cara. Memuji, menanyakan hobi, bahkan memberikan hadiah-hadiah kecil.
Devan pun tampak menikmati perhatian yang diberikan Vivian. Keduanya sering terlihat tertawa dan bercanda bersama, seolah keberadaan Sharmila tak lagi terlihat.
Seperti saat itu, Sharmila mengajak Devan untuk makan siang di kantin. Saat mereka sedang makan, Vivian datang menghampiri mereka dengan senyum manis.
"Kak Devan! Kak Mila!" sapa Vivian. "Aku gabung, ya?"
Sharmila merasa tidak nyaman, dan ingin menolak. Tapi, "Tentu saja," Devan sudah menjawab lebih dulu.
Vivian duduk di sebelah Devan dan mulai mengobrol, segala sesuatu yang sebenarnya tidak penting. Sharmila hanya bisa diam mendengarkan, merasa diabaikan dan tidak dianggap.
Apalagi melihat Vivian yang sama sekali tidak merasa sungkan bersentuhan dengan Devan. Lalu Devan juga tidak menunjukkan reaksi penolakan sama sekali, bahkan terlihat begitu menikmati.
Sharmila merasa hatinya seperti ditusuk ribuan jarum. Ia tidak tahan lagi melihat kemesraan antara Devan dan Vivian. Ia berdiri dari kursinya dan berkata, "Aku sudah kenyang. Aku pergi dulu."
Devan dan Vivian tampak terkejut. "Kamu mau ke mana, Mila?" tanya Devan.
"Aku ada urusan," jawab Sharmila singkat. Ia berbalik dan pergi meninggalkan mereka berdua, dengan air mata yang sudah menggenang di pelupuk mata.
“Kak Devan, apa Kak Mila marah karena aku ikut gabung?" Suara ratu drama yang masih sempat didengar oleh Sharmila.
"Mana mungkin begitu? Mungkin dia memang sudah kenyang.” Dan Devan yang sama sekali tidak terpengaruh dengan kepergiannya.
Dua hal yang membuat hati Sharmila semakin teriris.
Sejak saat itu, Sharmila semakin merasa bahwa itulah tujuan Vivian masuk ke dalam sekolah mereka. Merebut Devan darinya.
"Devan, nanti sore temani aku ke toko buku, ya? Aku ingin mencari novel baru," pinta Sharmila sambil menggandeng lengan Devan. Ia masih mencoba berpikir positif.
"Maaf, Mila. Sore ini aku ada latihan basket. Lain kali, ya?" jawab Devan tanpa menatapnya. Jawaban Devan meruntuhkan benteng harapannya.
Sampai hari itu di jam istirahat, Sharmila melihat Devan dan Vivian sedang berduaan di kantin sekolah. Padahal sebelumnya saat dirinya yang mengajak, Devan mengatakan bahwa dia tidak lapar dan tidak ingin pergi ke kantin. Tapi apa, di meja di hadapan mereka ada dua mangkok mie ayam yang sudah kosong.
Ia menghampiri mereka dengan wajah masam. "Aku kira kamu benar-benar tidak lapar?" tegurnya dengan nada dingin.
Devan dan Vivian tampak terkejut melihat kedatangan Sharmila. "Engg,,, itu,,, tadinya aku memang tidak lapar, Mila," jawab Devan gugup.
"Lalu jika Vivian yang mengajak kamu tiba-tiba merasa lapar?”
Vivian menunduk dengan wajah sedih yang dibuat-buat. “Kak, aku sama sekali tidak punya maksud apa-apa," ucapnya pilu.
"Bagus! Kamu bahkan sudah terang-terangan menunjukkan kulit aslimu!” balas Sharmila dengan emosi yang sudah memuncak.
"Mila, apa maksud dari perkataanmu itu? Vivian itu adikmu. Jangan berlebihan."
Sharmila berdecak sinis mendengar pembelaan Devan untuk Vivian. "Adik? Apa seorang adik akan tega menikung kakaknya sendiri?" tanya Sharmila dengan dada yang terasa sakit. Namun, ia tak mau menangis. Sejak awal dia tahu itu adalah rencana Vivian. Dan dia tak mau Vivian merasa menang.
"Mila, dengarkan dulu. Aku dan Vivian hanya teman," Devan berusaha menjelaskan.
Baiklah. Anggap saja begitu. Anggap saja semua kata-katamu benar. Tapi aku sudah memutuskan, Aku tidak ingin lagi berhubungan denganmu." Sharmila berbalik meninggalkan mereka berdua.
Devan mengejarnya, tapi Sharmila tidak peduli. Ia sudah terlalu sakit hati untuk mendengarkan penjelasan apapun.
Flashback end
Sharmila membuka matanya. Matanya menatap kosong ke arah langit-langit ruang. Tak ada air mataku mata tak ada kesedihan. Kenangan itu memang terasa begitu menyakitkan, tapi ia sudah kebal.
Sekarang, ia takkan lagi membiarkan Vivian tersenyum puas. Meskipun mungkin terkesan memanfaatkan, sepertinya tak masalah jika ia menggunakan nama Zayden untuk menginjak adik diri jahat.
Keren Thor novelnya 👍😍
tul nggak Mama 😄😄😄
kira2 berapa derajat ya suhu ruangan di butik itu....
aku rela ko bang bantuin isi dalma kartu hitam mu itu...
karna banyak yang mau saya beli... 🤣🤣🤣🤣🙏
dari motor, renov rumah biaya sekolah 3 anak...
boleh ya bang... boleh lah... boleh lah...
Zayden berkata....
Apa aku mengenalmu...
kita ta se akrab itu ya... 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣