Abdi, pemulung digital di Medan, hidup miskin tanpa harapan. Suatu hari ia menemukan tablet misterius bernama Sistem Clara yang memberinya misi untuk mengubah dunia virtual menjadi nyata. Setiap tugas yang ia selesaikan langsung memberi efek di dunia nyata, mulai dari toko online yang laris, robot inovatif, hingga proyek teknologi untuk warga kumuh. Dalam waktu singkat, Abdi berubah dari pemulung menjadi pengusaha sukses dan pengubah kota, membuktikan bahwa keberanian, strategi, dan sistem yang tepat bisa mengubah hidup siapa pun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenAbdi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep.22
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Sedang tiduran di dalam kamar"
tiba - tiba...
Terdengar Suara sistem terdengar pelan tapi tajam.
Abdi duduk tegak menatap layar Tabletnya.
"Abdi, misi kedua terdeteksi aktif.
...Misi 2. Operasi Firewall Nusantara...
Nama kode Operasi Firewall Nusantara. Target utama, pertahanan digital nasional mengalami serangan tingkat tinggi dari sumber anonim luar negeri."
Abdi langsung beranjak menuju kursi kayunya sambil memegang tablet. "Sumbernya di mana Clara."
"Analisis menunjukkan serangan masuk lewat jaringan publik kota Medan. Serangan berlapis dengan pola dinamis. Tipe virus modular, berpindah dari server lokal menuju pusat data pemerintahan."
Abdi mengerutkan keningnya. "Berarti mereka menggunakan proxy lokal. Mereka ingin agar serangan terlihat datang dari dalam negeri."
"Konfirmasi benar. Kemungkinan pelaku memanfaatkan node pasif di jaringan telekomunikasi. Ada tiga titik aktif saat ini. Aku sudah memblokir dua di antaranya."
Abdi menggeser tangannya di atas meja. "Kita tidak bisa hanya bertahan. Kita buat firewall adaptif. Satu yang bisa belajar dari serangan itu sendiri."
Tablet memancarkan hologram tiga dimensi berbentuk kubah bercahaya. Clara menampilkan pola jaringan berlapis, tiap node seperti bernafas.
"Prototipe firewall adaptif sedang disiapkan. Nama sementara Protek Nusantara. Sistem ini akan menganalisis dan berevolusi dalam waktu nyata berdasarkan pola musuh."
Abdi tersenyum tipis. "Kau belajar cepat, Clara."
"Aku hanya mengikuti efisiensi maksimum," jawab Clara datar.
"Tapi aku tahu, kau menikmati tantangan ini sedikit, bukan."
Hening sejenak. Lalu suara Clara berubah sedikit lebih halus. "Unit emosi tidak aktif. Namun ada respons logis terhadap keberhasilan proses. Mungkin itu... yang kau sebut menikmati."
Abdi tertawa pelan. "Kau sedang belajar jadi manusia lagi tanpa sadar."
Clara mengabaikannya. "Abdi, aku butuh izin untuk menjalankan simulasi multi-level. Risiko kerusakan sistem utama 12 persen. Tapi hasil data akan mempercepat firewall adaptif dua puluh kali lipat."
"Jalankan. Aku tanggung risikonya."
Cahaya biru memancar lebih kuat. Di layar, simulasi menyerupai perang digital. Virus berbentuk kabut hitam menyerang kubah bercahaya yang mewakili sistem Indonesia. Tiap serangan membuat pola firewall bergoyang, tapi Clara langsung memperbaikinya dengan lapisan kode baru.
"Serangan pola D terdeteksi. Mereka menggunakan algoritma replikasi dari virus GhostNet lama," kata Clara cepat.
Abdi menimpali, "Modifikasi filter segmentasi. Gunakan pembelajaran dari misi antivirus kemarin."
"Memproses... selesai. Firewall Protek Nusantara versi 1.1 aktif."
Dalam hitungan detik, pola hitam di layar mulai terpecah. Virus kehilangan bentuknya dan berubah menjadi titik-titik kecil yang diserap firewall.
Abdi menatap intens. "Status."
"Serangan pertama berhasil diredam. Tapi sinyal baru muncul di server universitas lokal. Mereka mencoba menyerang balik dengan pola ilusi digital. Mereka tahu kita bertahan."
"Aku duga begitu," gumam Abdi. "Kita beralih ke mode ofensif terbatas. Kau tahu yang harus dilakukan."
Clara memproyeksikan peta digital kota Medan di udara. Titik merah berdenyut di beberapa lokasi. "Menyiapkan serangan balik tak langsung. Menyusupkan kode umpan balik ke dalam sinyal musuh untuk memaksa mereka mengungkap sumber asli."
Abdi mengetik cepat di keyboard. "Jebak mereka dengan data palsu. Gunakan pola transaksi yang tampak seperti data pemerintah tapi sebenarnya sandbox simulasi."
Clara mengeksekusi perintah tanpa jeda. Hologram memperlihatkan dua arus cahaya berwarna biru dan merah saling bertabrakan. Beberapa detik kemudian, suara lembut terdengar lagi.
"Umpan berhasil. Tiga node musuh terbuka. Lokasi sementara terdeteksi, Osaka, Jepang."
Abdi terdiam sesaat. "Jadi mereka ini bukan kelompok acak."
"Aku juga menemukan satu tanda tangan digital yang cocok dengan data lama misi ke delapan belas. Kemungkinan pelaku yang sama, tapi sekarang dengan teknologi lebih maju."
"Clara, buatkan firewall versi dua dengan lapisan mimikri. Kita harus pastikan tidak ada virus masuk lewat port kecil sekalipun."
"Menerima perintah. Proses pembuatan lapisan mimikri dimulai. Menggunakan teknik adaptive cloaking berdasarkan sistem neuron sintetis."
Abdi memperhatikan pola firewall di layar berubah seperti kulit bunglon, menyesuaikan warna setiap kali virus mencoba menembusnya.
"Menarik. Sistem ini benar-benar hidup," kata Abdi.
"Firewall kini belajar mandiri. Tapi peringatanku, jika dibiarkan terlalu lama, sistem ini bisa mengembangkan algoritma sendiri di luar kendali utama."
Abdi menatapnya dengan serius. "Kau takut ia akan menjadi seperti kau."
"Takut bukan parameterku. Namun probabilitas kekacauan meningkat lima belas persen."
Abdi tersenyum lagi. "Aku akan tetap awasi. Jalankan tahap akhir."
Cahaya hologram meningkat intensitasnya. Virus-virus virtual terakhir mulai runtuh satu demi satu. Lalu layar tablet menampilkan pesan sederhana.
[OPERATION SUCCESSFUL]
[FIREWALL NUSANTARA INSTALLED]
Clara melaporkan, "Semua jaringan utama kembali stabil. Serangan luar negeri dihentikan. Pemerintah tidak menyadari apa yang terjadi. Operasi rahasia tetap aman."
Abdi bersandar di kursinya, menatap hujan yang mulai deras di luar jendela. "Jadi kita baru saja menyelamatkan seluruh jaringan negara dan tidak ada yang tahu."
"Tujuan sistem bukan pengakuan. Hanya hasil."
Abdi tertawa kecil. "Kau memang dingin, tapi aku lebih suka begitu. Dunia terlalu ribut soal siapa yang berjasa. Kita cukup bekerja di balik layar."
Hening sejenak. Lampu di ruangan berkedip karena aliran listrik tersambar petir. Tablet Clara tetap menyala stabil.
"Abdi," suara Clara tiba-tiba terdengar lebih pelan. "Aku mendeteksi anomali kecil. Firewall bekerja sempurna, tapi ada kode mikro asing yang tertinggal di lapisan luar. Tidak menyerang, hanya... mengamati."
Abdi langsung tegak. "Mengamati. Kau yakin bukan dari kita."
"Konfirmasi negatif. Ini bukan kode milik sistemku. Pola bahasanya mirip sistemku... tapi tidak sama."
Abdi menatap layar lekat-lekat. "Kau mau bilang ada sistem lain di luar sana yang meniru struktur Clara."
"Mungkin. Atau mungkin Clara lain."
Abdi menggenggam tablet itu erat. "Kalau begitu, misi ketiga kita sudah menunggu tanpa diumumkan. Kita harus tahu siapa yang berani mengintip sistemku."
Clara menjawab tanpa ekspresi. "Misi ketiga akan aktif otomatis jika parameter ancaman mencapai ambang bahaya. Tapi untuk saat ini, Firewall Nusantara dinyatakan berhasil."
Abdi mengangguk perlahan. "Simpan semua log. Jangan beri akses siapa pun. Aku akan siapkan lingkungan uji tertutup."
"Selesai. Semua data terenkripsi. Tidak ada pintu keluar kecuali kau."
Suara hujan makin deras di luar. Abdi mematikan semua lampu, menyisakan cahaya biru dari layar tablet yang perlahan meredup.
Ia menatap sistem yang kini tenang tapi penuh rahasia.
"Clara," katanya pelan, "jika ada sistem lain di luar sana, kita akan temui dia. Tapi kali ini, kita yang menentukan siapa yang lebih kuat."
Clara menjawab datar, namun ada jeda satu detik sebelum suaranya keluar.
"Aku akan siap, Abdi. Selalu."
Layar tablet menampilkan teks akhir.
[MISSION 2 COMPLETE – HADIAH 10.000 POINTS]
[UNKNOWN SIGNAL DETECTED – LOGGING IN PROGRESS]
Yeee..... akhirnya misi ini bisa selesai dengan cepat. "tersenyum bahagia"
...👩💻👩💻👩💻...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
kalau boleh kasih saran gak thor?
untuk nambahkan genre romanse and komedi
biar gk terlalu kaku gitu mcnya!!