Suaminya ketahuan selingkuh dan anak yang dikandungnya meninggal adalah petaka yang paling menyedihkan sepanjang hidup Belcia. Namun, di saat yang bersamaan ada seorang bayi perempuan yang mengira dia adalah ibunya, karena mereka memiliki bentuk rambut yang sama.
Perjalanan hidup Belcia yang penuh ketegangan pun dimulai, di mana ia menjadi sasaran kebencian. Namun, Belcia tak memutuskan tekadnya, menjadi ibu susu bagi bayi perempuan yang membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama.
Penasaran dengan kisah Belcia? Ayo kita ikuti di novel ini🤗
Jangan lupa follow author💝
Ig @nitamelia05
FB @Nita Amelia
TT @Ratu Anu👑
Salam Anu 👑
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ntaamelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1. Kecelakaan
Seorang ibu hamil baru saja keluar dari rumah sakit setelah melakukan pemeriksaan rutin terhadap kandungannya. Dia dijemput oleh suaminya yang pulang dari kantor, pria itu menunjukkan sebuah perhatian dengan membukakan pintu. Namun, entah kenapa wajah ibu hamil itu masih saja datar, seolah malas bertemu dengan suaminya.
"Bagaimana pemeriksaannya? Semua bagus kan?" tanya Ronan, sang suami sambil tersenyum dan menjalankan mesin mobil.
Wanita bernama Belcia itu hanya menganggukkan kepala. Karena seperti sebelum-sebelumnya dia hanya akan sendiri datang atau bersama sang ibu ke rumah sakit, tanpa pendampingan dari suaminya. Jadi, rasanya informasi apapun tidak begitu penting.
"Sebentar lagi anak kita akan lahir, Bel, aku sudah tidak sabar melihat wajahnya. Apakah dia akan mirip denganku?" celoteh Ronan saat mereka sudah berada di jalan raya. Dia memegang tangan Belcia. "Sepertinya sih iya, soalnya selama hamil kamu suka marah-marah padaku." lanjutnya yang membuat Belcia menoleh.
Wanita hamil itu menghela nafas.
"Aku marah karena ada sebab!" cetusnya tak terima. Dia tidak senang kalau seakan-akan marahnya ini tanpa alasan.
"Aku tahu hormon ibu hamil, Bel, aku tidak akan ambil hati," balas Ronan kembali tersenyum.
Sementara Belcia hanya menatap tak mengerti. Akhirnya dia memilih untuk diam, dari pada meladeni Ronan yang tidak pernah mau kalah. Ya, sejak menikah sampai kini mereka akan punya anak, Belcia baru tahu sifat asli pria ini. Namun, pernikahan bukanlah sesuatu yang mudah untuk diputuskan bukan?
Matahari mulai tergelincir ke arah barat. Langit berwarna oranye semakin pekat menuju hitam. Namun, perjalanan mereka masih cukup panjang.
Sedari tadi Belcia mencoba untuk tidur, tetapi Ronan seakan mengacau dengan menyalakan musik. Ibu hamil itu berdecak kecil, dia ingin mematikan musik itu, tapi matanya malah tertuju pada suatu benda yang tidak asing, terselip di bawah.
'Apa itu?' Belcia menyipit, tangannya terulur mengambil benda yang akhirnya membuat matanya terbelalak lebar. Dia menatap Ronan yang santai, mengemudi sambil bersenandung.
"Ada apa, Bel?" tanya Ronan yang merasa ditatap dengan lekat. Dia menoleh ke arah Belcia, lalu beralih ke tangan Belcia yang terangkat tinggi.
Glek!
Ronan menelan ludahnya dengan kasar.
"Bel, aku bisa jelaskan," ucap Ronan dengan suara tenang, tapi raut wajahnya panik setengah mati. Sementara Belcia tertawa sinis.
"Punyamu?" tanya Belcia menuntut sebuah penjelasan pada bekas pengaaman yang saat ini dia pegang dengan sisa cairan menjijikan.
Ronan langsung menggelengkan kepala, sambil sesekali fokus pada jalanan.
"Jawab aku, ini punyamu?!"
Seketika teriakan Belcia memenuhi ruang. Karena selama ia hamil, ia tidak pernah bermain dengan Ronan di dalam mobil, apalagi jelas rasanya itu baru saja digunakan. Sedangkan yang dia tahu Ronan sedang bekerja.
Feeling-nya selama ini ternyata tidak salah. Dia yang terlalu percaya, dia yang tak bisa terima kenyataan bahwa desas-desus suaminya berselingkuh itu benar.
Dada Belcia sangat sesak, air mata pun luruh begitu saja tanpa bisa dicegah.
"Menjijikan!" cibir Belcia sambil melempar benda itu ke arah Ronan, karena Ronan hanya bisa bungkam dan tak menampiknya.
"Kita bicarakan semua ini di rumah, Bel, tolong jangan gegabah dan terlalu cepat berasumsi," balas Ronan penuh harap. Dia berusaha meraih tangan Belcia, tapi segera ditangkis.
Belcia meraih tisu basah, mengelap tangannya dengan penuh rasa jijik.
"Aku ingin pulang ke rumah Mama dan Papa!" tandasnya tanpa menoleh.
"Aku bilang kita bicarakan masalah ini di rumah. Jangan sampai orang tua tahu kalau kita sedang marahan, Bel," ujar Ronan, yang tentunya tak ingin mendapat amukan dari kedua orang tua Belcia. Apalagi kandungan Belcia saat ini sudah trimester akhir.
Belcia menggeleng keras.
"Aku tidak peduli. Aku ingin menemui mereka sekarang juga!" tandasnya kukuh.
Ronan mendesahkan nafas, dia juga sama kerasnya. Tanpa menuruti apa kata Belcia, dia justru menaikkan kecepatan seolah mereka sedang main balap-balapan, sontak Belcia pun berpegangan pada handle pintu.
"Jangan gila, Ronan, kemudikan mobilmu dengan benar!" teriaknya sambil menyalak.
"Aku tidak akan menurutimu!" balas Ronan, yang membuat Belcia geleng-geleng kepala.
"Kamu yang bersalah, kamu yang melakukannya, tapi kenapa kamu bertingkah seperti korban, hah?! Aku bilang kemudikan mobilnya dengan benar!" Belcia kembali berteriak sampai membuat perutnya terasa kencang.
Namun, Ronan tetap tak menggubris. Lampu lalu lintas bahkan dia terjang dengan seenak jidat, sampai akhirnya ada sebuah mobil berwarna silver baru saja keluar dari gerbang kampus menuju jalan raya.
"Ronan awas!" pekik Belcia yang melihat mobil itu melintas, tapi kecepatan yang Ronan gunakan tak bisa dihentikan dengan mudah. Mobil Ronan menabrak mobil silver tersebut, hingga kecelakaan tak terelakkan.
Brak!
Mobil silver itu terbalik, sementara mobil Ronan menabrak beberapa pembatas jalan. Suara teriakan, serta klakson yang berbunyi nyaring menjadi saksi, betapa hebatnya kecelakaan itu menghantam seorang wanita bernama Maureen.
*
*
*
"Halo?" jawab seorang pria dalam sambungan telepon. Saat ini dia masih di kantor karena harus lembur.
"Apakah benar ini dengan Tuan Jasper Smith?" tanya seseorang di ujung sana. Pria bernama Jasper itu langsung bangkit dari kursinya dan beralih ke jendela besar yang ada di ruangannya.
"Ya."
"Tuan, istri Anda yang bernama Maureen telah mengalami kecelakaan. Beliau sudah dievakuasi dan dilarikan ke rumah sakit terdekat ...."
Deg!
Suara itu seakan menghilang dari pendengaran Jasper. Pandangannya buram, seolah dunia meruntuhkan segalanya. Bagaimana bisa istrinya mengalami kecelakaan, apakah lukanya parah? Sampai wanita itu tak bisa menghubunginya sendiri.
"Halo, Tuan?" panggil sosok di ujung sana berulang kali.
Melihat tuannya yang tiba-tiba lemas, asistennya langsung berinisiatif untuk mengambil alih ponsel itu. Dan Jasper terlihat tak menolak, karena masih terlalu shock.
"Halo, saya asisten Tuan Jasper, ada apa?"
Pria di ujung sana menjelaskan ulang, sang asisten pun langsung paham kenapa tuannya mendadak beku. Karena dia sendiri tersentak kaget.
"Di rumah sakit mana beliau dirawat?" tanya asisten itu.
"Medical Center, lengkapnya nanti saya kirim lewat pesan."
"Baik, saya ke sana sekarang, tolong tangani beliau dengan cepat. Jangan khawatir soal biayanya," pungkasnya yang langsung mendapat jawaban iya di seberang.
"Tuan?"
"Katakan ini mimpi!" tukas Jasper masih menolak fakta. Karena saat ini keluarga kecil mereka sedang bahagia-bahagianya. Kehidupan harmonis, pekerjaan yang baik, dan memiliki bayi yang sangat cantik dan lucu.
Rasanya sudah tidak ada lagi yang diingkan Jasper di dunia ini. Tapi kenapa tiba-tiba ada kabar mengejutkan seperti ini.
"Kita belum tahu bagaimana kondisi Nyonya Maureen, Tuan, sebaiknya kita segera ke sana. Saya yakin Nyonya Maureen tidak apa-apa, beliau akan kuat untuk Anda dan Nona Leticia," ujar sang asisten menenangkan.
Hingga akhirnya Jasper bergegas menuju Medical Center. Berharap ketakutannya tidak terjadi.
lagian kamu tuh kok kagak punya malu? kamu tuh tinggal di rumah siapa? meskipun kamu kakak dari almarhum maureen, bukankah maureen sudah tiada. terus kenapa kamu masih bertahan di rumah jasjus, dengan alasan ingin mengawasi leticia 😒 jelas2 leticia ogahh sama kamu? kok yaa masih betah bertahan di rumah iparr...memuakkan 😒