Aku yang selama ini gila kerjaan, saat ini juga akan angkat kaki dari dunia kerja untuk menikmati kekayaanku. Aku sudah menyia-nyiakan masa mudaku dan kini usiaku bahkan sudah 45 tahun namun masih belum menikah juga karena terlalu sibuk mencari harta.
"Aku sungguh menyesal hidup hanya mendekam di ruang operasi!" Seketika mataku berkunang-kunang lalu..
'Klap'.
"Argh... uangku! Hidup mewahku! Dimana kalian semua."
Untuk kelanjutannya, yuk ikuti perjalanan ku di dunia lain untuk mendapatkan kembali harta, tahta dan lelaki tampan.
Lelaki tampan manakah yang akan ku pilih dan lelaki tampan mana yang kalian pilih?
Info ~
Karya yang saya buat ini hanya untuk hiburan semata dan berdasar pada karangan imajinasi penulis MuTaz. Saya membagikan hasil karya ini agar pembaca bisa menikmatinya.
Selamat membaca.. dan salam kenal..
Terimakasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MuTaz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bencana Beruntun
"Tapi.. sepertinya hanya tubuhmu saja yang membuatku tertarik nona." Ucapnya lagi sambil menatapku tajam.
Tatapannya membuatku merinding.
"Dasar lelaki cabul." Ucapku dalam hati sambil terus bersembunyi di balik tubuh kekar milik Bara.
"Sekali lagi kamu pakai kekuatanmu itu akan aku congkel kedua matamu itu." Ancam Bara pada lelaki itu.
"Hoho.. maafkan aku nona. Sebelumnya perkenalkan namaku Arka Ketua Klan dari wilayah Utara. Jika kamu berminat menjadi istriku, datanglah saja ke utara untuk menemuiku." Ucapnya tanpa rasa malu sedikit pun di wajah tampannya.
"Siapa juga yang mau menjadi istri lelaki cabul." Cibir Bara.
"Bwajingan, siapa juga yang cabul. Bukankah kamu yang mengambil kesempatan untuk memeluknya." Ucap Arka tidak terima dengan makian yang dilontarkan pada dirinya.
Mereka berdua kini saling berancang - ancang untuk adu jotos.
'Guong.. Guong.. Guong..'
Bunyi penanda bahaya kembali terdengar memecahkan suasana tegang di antara Bara dan Arka.
"Huft.. lelah sekali berada di antara mereka berdua." Gumamku dalam hati.
'Groarr... Grrr....'
'Kkiekk..kiekk..'
"Cepat!Cepat! halangi mereka.."¹
"Jangan sampai ada yang terluka lagi!"²
"Tembakkan busur kalian!"¹
"Hoahhh...!"
Suara sorakan para penjaga yang sedang berusaha menghalangi jalan binatang buas yang mulai mendekat ke tembok benteng memicu semangat juang.
'Slruttt...Slruttt...Slruttt...Slruttt...'
'Jleb-Jleb-Jleb-Jleb-Jleb-Jleb'
Tiba - tiba ratusan anak panah terbang di langit, melesat dengan cepat mengenai target.
'Groarr...!!'
Aku, Bara dan juga Arka berlari mendekat ke arah benteng untuk ikut membantu.
"Perhatian.. Para ahli bela diri dari Akademi telah tiba!"³
"Silahkan untuk para relawan mundur sekarang juga agar tidak ada korban jiwa lagi!"³
Semua penjaga yang merupakan para relawan pun segera mundur dari garis depan dan segera digantikan oleh para ahli beladiri dari akademi yang baru saja tiba di sini.
Tidak membutuhkan waktu lama, binatang buas berhasil dikalahkan. Beberapa di antara mereka juga melarikan diri kembali ke dalam hutan.
"Hoahh...! Kita menang!"
Semua orang bersorak dengan wajah senang. Namun tentunya ada juga orang yang merasa jengkel karena rencananya untuk menghancurkan wilayah ini menjadi gagal.
"Syukurlah semuanya baik - baik saja." Ucapku senang.
"Ya, kini kemenangan berada di pihak kita." Ucap Bara tampak ikut bahagia melihat senyum ceria di wajah semua orang.
"Karena di sini sudah selesai, jadi apakah anda bisa menemaniku Nona?" Ucap Arka.
"Tidak bisa, masih banyak yang perlu di urus." Ucap Bara.
"Aku tidak bertanya padamu bodoh." Ucap Arka.
Bara tampak geram pada tingkah Arka yang terus berusaha mendekatiku.
"Maaf Tuan, saya tidak bisa ikut dengan anda karena saya harus mengecek kondisi para korban." Ucapku berusaha menolak Arka.
"Baiklah lain waktu pasti akan aku dapatkan dirimu." Ucap Arka dengan tersenyum nakal.
Akhirnya Arka pergi karena ada urusan mendadak, sedangkan Bara pergi untuk mengurus dalang di balik bencana ini.
"Nak, ternyata kamu di sini." Ucap Bibi Sarah berjalan menghampiriku.
Seluruh tubuh Bibi Sarah penuh keringat, darah dan tanah, wajahnya juga terlihat pucat. Dia sudah sangat bekerja keras demi semua orang.
Aku sangat salut pada Bibi Sarah, dia satu - satunya wanita yang ikut menjadi relawan di tempat berbahaya ini walaupun dirinya bukanlah seorang ahli beladiri. Bibi Sarah juga sangat setia menemani suaminya untuk ikut berjuang sebisanya.
"Iya Bibi, em.. apa Bibi dan Paman baik - baik saja?" Ucapku.
"Ya, kami baik - baik saja nak. Tapi.. Situasi saat ini sangat tidak baik - baik saja." Ucap Bibi Sarah tampak sedih.
"Ada apa Bibi?" Tanyaku penasaran.
"Semua gudang makanan telah hancur begitupun dengan ladang milik semua orang. Sebentar lagi pastinya akan terjadi kelaparan di wilayah ini." Jelas Bibi Sarah.
"Dasar Rubela sialan! Awas saja kalian." Geramku dalam hati.
malas nak cakap cerita bagus tapi tolong jangan banyak adegan 18sx
tolong yang athor
jadi nak baca tidak syok kalau banyak sangat 18sxnya
/Pray//Pray//Pray//Pray//Pray/