NovelToon NovelToon
I Became An Extra In My Own Story

I Became An Extra In My Own Story

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita / Transmigrasi
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: MagnumKapalApi

Yoga Permana, 22 tahun, pekerja biasa yang hidupnya terasa hampa setelah patah hati dan gagal move on dari cinta pertama. Pelariannya? Menulis webnovel… meski lebih sering buka Facebook daripada nulis.

Suatu malam, saat mencoba menulis prolog novel barunya Pe and Kob, laptopnya rusak, lalu menariknya masuk ke dalam dunia novel yang bahkan belum ia selesaikan.

Kini terjebak di dunia isekai hasil pikirannya sendiri, Yoga harus menjalani hidup sebagai karakter dalam cerita yang belum punya alur, belum punya nama kerajaan, bahkan belum punya ending.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MagnumKapalApi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 0: PROLOG

Namaku Yoga Permana, usiaku dua puluh dua tahun, tidak kuliah, hanya seorang karyawan yang bekerja di perusahaan milik keluarga (keluarga orang).

Aku tidak menjalin asmara, bukan karena aku tidak laku, hanya saja aku bosan. Bosan kalau endingnya putus terus.

Arah hidupku? Entahlah, beberapa tahun ini aku suka membaca webnovel, yang filemnya ngegantung banget, jadi aku putuskan untuk lanjut di webnovel.

Entah bagaimana aku hanyut dalam novel-novel yang kubaca.

“Padahal ga ada gambar, cuman tulisan tapi kok seru...?!“ Ucapku beberapa tahun lalu.

beberapa tahun lalu aku membaca novel My Death Flags Show No Sign Of Ending, webnovel pertama yang aku baca.

Aku lahir di Jakarta Barat, namun aku besar di Citayam. Walau aku lahir ditempat berbeda, rasanya Citayam ini seperti rumah, tempat aku merasakan segala hal, mulai dari teman pertama, masa sekolah, pertama kali jatuh cinta, dan pertama kali dicampakkan...

Saat aku dicampakkan, rasanya seperti ingin menyudahi saja dunia ini

“Andai saja aku gapernah jatuh cinta” terlintas dalam pikiranku saat aku dicampakkan pertama kali. Dan rasanya “Aku ingin dilahirkan kembali.” itu perasaan yang nyata, sesak didalam, namun tampak sehat diluar, raut wajahku seperti orang yang bosan hidup, rambut panjang yang berantakan, tatapan mata yang suram, badan yang kurus.

“Mati rasa itu gaenak ya.” ucapku, setelah aku merasakannya sendiri.

Saat masa SMA, aku menilai lebay percintaan, teman-temanku yang galau dan terlalu dramatis menanggapi hal yang kuanggap sepele, seperti dunia ingin berakhir saja.

Hidupku berubah drastis, dari ceria menjadi suram, ekstrovert menjadi introvert

Aku mudah bergaul, namun setelah dicampakkan aku enggan berkenalan dengan orang baru. Menghabiskan waktuku didalam kamar, kehilangan pekerjaanku, bahkan mengonsumsi obat-obatan, hanyut dalam kesedihan.

Mencoba bangkit, aku kembali menjalin hubungan baru, namun gagal lagi, terus berulang.

Hingga aku lelah.

“Cinta Pertama itu beda yaa...”

"Semakin ingin dilupakan, semakin terbayang...“

“Seharusnya, aku dengarkan kata temanku...”

Satu kesalahan, terlarut dalam cinta hanya membawamu ke keputusaasan.

Satu penyesalan, mencintai orang yang salah.

Namun aku tumbuh, kembali bekerja.

Selama empat tahun aku bekerja di perusahaan keluarga orang. Karirku membaik, tubuhku menggemuk, namun hatiku tidak. Masih sama dengan satu nama, masih tersimpan kenangan masa remaja.

Selama empat tahun aku selalu dihadapi drama pekerjaan, tanpa percintaan.

Selama itu juga aku selalu membuka kenangan lama yang tersimpan dalam ponselku, dalam penyimpanan onlineku, atau kenangan sosial media.

Rasanya baru kemarin aku jatuh cinta, seperti tidak ada apa-apa diantara kita.

Dan sekarang yang kupunya hanya foto lama, video lama yang kusimpan.

Mulya Rahmayanti Amalsyah

Nama yang selalu kusebutkan dalam hati, yang selalu menghantui.

disisi lain aku ingin kembali, namun disatu sisi aku ingin tetap asing.

Menahan kerinduan dalam seribu satu malam, melawan sepi seorang diri.

“Bahkan dia saja ga peduli sekarang aku hidup apa sudah mati.” Pikirku setiap malam.

Namun aku selalu tahu tentangnya, walau sudah lama berpisah. Jangan panggil aku penguntit, hanya karena aku mencari tahu.

Aku hanya terbelenggu masa lalu, perasaan yang takkan pernah hilang.

Hanya aku, dan tuhan saja yang tahu.

Aku memutuskan pergi dari Citayam, kembali ke Jakarta. aku bekerja selama empat tahun untuk melupakan semua rasa yang pernah ada, pernah tercipta.

“Hoaaanmmm, aku malas menulis...” Ucapku sambil menguap. “Lagipula siapa yang mau baca?”

Aku seorang penulis, namun inkosisten, setiap buang air besar, bukan ide bab baru yang kudapat, melainkan judul naskah baru yang kupikirkan.

“Membuat premis cerita itu lebih seru...” ucapku setengah mengantuk didepan layar dokumen.

“Paling malas nulis prolog” Ucapku, terus mengeluh, padahal satu kata pun belum jadi.

Lagi dan lagi pelarianku hanya scroll fesnuk, menonton reels, membaca komik.

Namun setiap aku membaca novel milik orang lain, aku kembali menulis.

“Kesian juga nih MC naskah.”

“Kalo ga dilanjutin ga tamat-tamat.”

Setiap kali aku menulis, aku teringat.

“Kalo digantungkan rasanya gaenak.”

Setiap kali aku memiliki motivasi untuk menulis.

“Baiklah reader setiaku satu-satunya yang aku gatau kamu siapa, ini kelanjutannya...”

Aku mengetik dengan kecepatan super sonic.

Namun baru tiga puluh menit aku kembali scroll fesnuk.

Melihat postingan meme, reels ibu-ibu fesnuk, dan sindiran.

Setiap tersindir aku kembali menulis.

Namun baru lima belas menit, aku kembali scroll fesnuk.

Kali ini postingan jomok muncul diberandaku.

Aku kembali menulis dengan perasaan jijik.

Namun baru sepuluh menit aku kembali scroll fesnuk

“Dasar penyakit FESNUK GILA!” Aku berteriak keras hingga tetangga sebelah rumahku memukul dinding tepat di dinding kamarku.

“BERISIK WOY!”

“...”

hening.

“Lagipula kenapa aku jadi penulis sih... Padahal ga ada di list cita-citaku...”

Menjadi penulis namun malas menulis, hari demi hari berjuang untuk satu bab yang tak kunjung pernah jadi.

“Ya, sebaiknya aku baca novel pertamaku yang dulu”

Sudah lama sekali aku tidak membaca novel yang membuatku menjadi penulis yang malas menulis.

Dalam hatiku, menulis sesuatu itu menyenangkan, imajinasiku berkembang, bahkan jauh.

Terkadang aku bingung dengan apa yang kutulis

“Padahal aku sendiri penulisnya, tapi aku juga yang ga ngerti.”

Memaksakan plot yang tak masuk akal pada tokoh utama.

“Tidak, MC ku ini sangatlah kuat, kamu villain harus mati.”

“INI DIA KEKUATAN PLOT ARMOR SETEBEL BOKONG PETRIK! SEKARANG KAMU PUNYA KEKUATAN YANG MENIADAKAN VILLAIN SERIBU TAHUN DENGAN KULIT PISANG!”

Mendapati komentar buruk.

“APA MAKSUDMU?! HAH?! KAMU LIAT INI KARAKTER SEMPURNA, TAMPAN OVERPOWER DAGU LANCIP! HAREMNYA SEKEBON!! KAMU BILANG AMPAS!!”

Mendapat pujian.

“Hahhh itulah MC ku hehehehehehehehe seribu kali”

Brainstorming

“Hah kalo lagi buntu ide gini mending buka grup komunitas.”

Semua menyenangkan, dari riset pengalaman menjadi sebuah kisah. (walau gaada yang baca)

Semua rasa campur aduk, sebagai penulis (yang malas menulis) aku sangat mencintai momen-momen ini, karena aku kesepian, tak lagi punya teman, jauh dari keluargaku, hanya sepulang kerja lalu menulis.

“Oke... akhirnya selesai juga premisnya.”

Kutatap layar laptop dengan penuh kebanggaan palsu.

Premis ini sudah kususun dengan susah payah pas lagi buang air besar, pas ngelamun, pas disindir ibu-ibu fesnuk.

“Sekarang tinggal... prolog.”

Kucoba mengetik satu kalimat.

"Di dunia di mana sihi—"

BRZZT

Layarku berkedip.

“Eh?”

BRZZT BZZZTTTTT KRAK

Layar laptopku mulai pecah seperti kaca, padahal belum pernah jatuh.

Warnanya berubah jadi ungu pekat dengan semacam retakan cahaya di tengahnya.

“Aneh banget...”

Lalu, dari celah layar itu, muncul tangan.

Tangan hitam berasap, mencengkramkan jari-jarinya ke pinggir laptop, seperti membuka portal. Lalu mengacungkan jari tengah.

“Oii oii oi, ini pasti prank YouTube ya?! Kalian di mana?! kamera?! nyempilnya?!”

Terlambat.

Tangan itu menarikku masuk ke dalam layar.

Tubuhku tersedot seperti ditelan lubang hitam, dan...

Gelap.

“Selamat kamu terpanggil ke dunia Pe and Kob”

Suara itu menggema didalam kepalaku.

“E-eh apa?! Pe and Kob.”

Itu judul novel yang sedang aku tulis prolognya.

“Kamu salah orang!! Aku bahkan belum menulis prolognya.”

“Justru itu. Kamu akan menulisnya... dari dalam.”

“HAH?! Nggak ada manualnya ini?!”

Lalu semuanya menghilang.

Gelap, sepi, dan... loading bar muncul di bawah kakiku.

[Sedang memuat dunia isekai... 7%]

“...Ya Tuhan, aku bahkan belum kasih nama kerajaan.”

[Sedang memuat dunia isekai... 16%]

[Sedang memuat dunia isekai... 23%]

[Sedang memuat dunia isekai... 48%]

“Ayolah, setidaknya temani aku ngobrol, aku bosan melihat loading bar khas RPG ini.”

[Sedang memuat dunia isekai... 78%]

“Apa aku bisa tinggal tidur sampai loading selesai? Tapi gimana caranya?”

[Sedang memuat dunia isekai... 99%]

“Woahhh ini dia, apa aku akan punya harem?!”

[ERROR!!]

“EHHHH APA-APAAN INI?! APA AKU AKAN MATI?!”

"Ya walau aku bosan hidup sih...”

[Maaf, data anda tidak cocok...]

“Bodo amatlah, sampe kiamat aja begini, ya walau udah kiamat sih bagiku.”

[Memuat...]

[Memuat data ke dunia ini dengan tubuh...]

“Eh?! tubuh apa?!”

[Sedang memuat dunia isekai... 100%]

“LAHHHH!!”

[Selamat menjalani kehidupan Pe and Kob]

1
Nisa
elep sunda wkwkwk
Orang Aring
konsepnya menarik
Pramono
world buildingnya bagus, cuman bingung aja di pemetaan
Tiga Titik Hitam: kurang ahli soal pemetaan
total 1 replies
Sarah
lumayan
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
"Maaf… bukannya aku tidak ingin terlalu ikut campur dengan urusan kalian…" napasku terasa berat di dada. "Tapi aku juga bukan anak kalian." Pandanganku mengabur sejenak. "Aku hanyalah anomali. Penulis naskah yang entah bagaimana terjebak di tubuh Lala anak kalian…" batinku, sambil melangkah perlahan menuju jendela, seolah setiap langkah menambah beban di pundakku.

Kesannya lebih menyesakkan dan ada tekanan batin. Karena si MC ini tau, kalau dia kabur dari rumah tersebut. Orang tua asli dari tubuh yang ditempati oleh MC, akan khawatir dan mencarinya.
Tiga Titik Hitam: shappp paman/Applaud/
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ: Itu aja sih masukkan dari saya kak
total 2 replies
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Lanjut baca ✌️
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Dititip dulu likenya. Nanti lanjut baca lagi
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Good kak ✌️
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Nah kan... Ini yang selalu saya pikirkan 🤣
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
666
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Dikirain namanya bakal punya marga. Ternyata enggak. Soalnya dilihat dari sampulnya sih ada bangunan fantasi abad pertengahan.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Sebenarnya sih lebih enak "Gak" daripada "Ga" waktu lihatnya kak
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ: Itu hanya menurut aku ya kak
total 1 replies
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Buwung nya ilang 🗿
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Pe and Kob. Keseringan kebaca jadi PeKob :v
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Saran kak. Supaya lebih enak dibaca harusnya begini "Layar laptopku mulai retak seperti pecahan kaca, padahal sebelumnya belum pernah terjatuh." itu aja sih kak.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ: Gpp kak. Saling berbagi ilmu. Saya juga ilmunya masih dikit ilmunya kak ✌️
Tiga Titik Hitam: ku lupa balas komenmu jir, saranmu oke udah kuliat dinovelmu bg—lumayan serap sedikit ilmu/Smile/
total 2 replies
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Jd keinget salah satu anime yang dimana villain utamanya terlalu op dan kalah sama MC karena karet gelang yg dilempar MC.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Gak usah pake prolog klo malas nulis prolog :v
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Mulyono /Hammer/
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Ngomong² soal "Citayam" jadi ke inget "Citampi Story"
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Dibagian "filem" bukannya lebih enakkan story atau alur ya kak? Nanya aja sih
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!