NovelToon NovelToon
I Became An Extra In My Own Story

I Became An Extra In My Own Story

Status: tamat
Genre:Action / Reinkarnasi / Sistem / Transmigrasi ke Dalam Novel / Masuk ke dalam novel / Transmigrasi / Tamat
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: MagnumKapalApi

karya tamat, novel ini hanya pembentukan world-building, plot, dan lore kisah utama

kalian bisa membaca novel ini di novel dengan judul yang lain.

Karena penulisan novel ini berantakan, saya menulisnya di judul lain.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MagnumKapalApi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 0: PROLOG

Namaku Yoga Permana. Usia dua puluh lima tahun. Aku tidak kuliah, hanya seorang karyawan di perusahaan milik keluarga… keluarga orang.

Aku tidak menjalin asmara, bukan karena aku tidak laku, tapi karena bosan. Bosan kalau endingnya selalu putus.

Arah hidupku? Entahlah. Beberapa tahun terakhir, aku hanyut membaca webnovel—filemnya selalu menggantung, jadi kuputuskan untuk lanjut di dunia webnovel.

“Padahal nggak ada gambar, cuma tulisan, tapi kok seru…?!”

Itu komentarku beberapa tahun lalu, saat membaca webnovel pertamaku: My Death Flags Show No Sign Of Ending.

Aku lahir di Jakarta Barat, tapi besar di Citayam. Meski lahir di tempat lain, Citayam bagiku seperti rumah. Di sini aku merasakan segalanya: teman pertama, masa sekolah, pertama jatuh cinta, dan pertama kali dicampakkan…

Saat dicampakkan, rasanya ingin mengakhiri dunia.

“Andai saja aku nggak pernah jatuh cinta,” pikirku.

“Aku ingin dilahirkan kembali.”

Perasaan itu nyata, sesak di dalam, tapi tampak normal di luar. Raut wajahku bosan hidup, rambut panjang berantakan, tatapan suram, badan kurus.

“Mati rasa itu nggak enak, ya,” ucapku setelah merasakannya sendiri.

Di SMA, aku menilai percintaan teman-temanku lebay. Drama mereka terlalu berlebihan, padahal bagiku itu sepele. Hidupku berubah drastis: dari ceria menjadi suram, ekstrovert menjadi introvert.

Aku mudah bergaul, tapi setelah dicampakkan, enggan berkenalan dengan orang baru. Menghabiskan waktu di kamar, kehilangan pekerjaan, bahkan mengonsumsi obat-obatan untuk melarikan diri dari kesedihan.

Aku mencoba bangkit, menjalin hubungan baru, tapi gagal lagi… dan lagi. Hingga lelah.

“Cinta pertama itu beda, ya…”

“Semakin ingin dilupakan, semakin terbayang…”

“Satu kesalahan, terlarut dalam cinta hanya membawamu ke keputusasaan.”

“Satu penyesalan, mencintai orang yang salah.”

Namun aku tumbuh. Aku kembali bekerja.

Selama empat tahun bekerja di perusahaan keluarga orang, karirku membaik, tubuhku menggemuk, tapi hati tetap sama. Masih satu nama yang tersimpan di hati: Mulya Rahmayanti Amalsyah.

Di satu sisi, aku ingin kembali, tapi di sisi lain ingin tetap asing. Menahan kerinduan dalam seribu satu malam, melawan sepi seorang diri.

“Bahkan dia saja nggak peduli sekarang aku hidup apa sudah mati,” pikirku tiap malam.

Aku selalu tahu tentangnya, walau lama berpisah. Jangan panggil aku penguntit, hanya karena aku mencari tahu. Aku terbelenggu masa lalu, perasaan yang takkan pernah hilang. Hanya aku… dan Tuhan yang tahu.

Aku memutuskan pergi dari Citayam, kembali ke Jakarta. Empat tahun bekerja untuk melupakan semua rasa yang pernah ada.

“Hoaaanmm… aku malas menulis,” ucapku sambil menguap. “Lagipula siapa yang mau baca?”

Aku seorang penulis, tapi inkonsisten. Setiap buang air besar bukan ide bab baru yang kudapat, tapi judul naskah baru.

“Membuat premis cerita itu lebih seru,” ucapku setengah mengantuk di depan layar dokumen.

“Paling malas nulis prolog,” terus mengeluh, padahal satu kata pun belum jadi.

Lagi-lagi pelarianku: scroll fesnuk, menonton reels, membaca komik. Tapi setiap membaca novel orang lain, aku kembali menulis.

“Kesian juga nih MC naskah…”

“Kalo nggak dilanjutin, nggak tamat-tamat.”

Setiap kali menulis, aku teringat.

“Kalo digantungkan rasanya nggak enak.”

Aku mengetik dengan kecepatan super sonic. Namun tiga puluh menit kemudian, aku kembali scroll fesnuk. Lihat meme, reels ibu-ibu, sindiran… kembali menulis.

“Dasar penyakit FESNUK GILA!” teriakku keras. Tetangga sebelah memukul dinding kamarku.

“BERISIK WOY!”

“…hening.”

“Lagipula kenapa aku jadi penulis sih… Padahal nggak ada di list cita-citaku,” gumamku.

Menjadi penulis tapi malas menulis. Hari demi hari berjuang untuk satu bab yang tak kunjung jadi.

“Ya, sebaiknya aku baca novel pertamaku,” pikirku. Sudah lama aku tak membaca novel yang membuatku menjadi penulis malas menulis.

Terkadang aku bingung dengan apa yang kutulis.

“Padahal aku sendiri penulisnya, tapi juga nggak ngerti.”

Memaksakan plot absurd pada tokoh utama.

“Tidak! MC-ku ini kuat, kamu villain harus mati!”

“INI DIA KEKUATAN PLOT ARMOR SETEBEL BOKONG PETRIK!”

Mendapat komentar buruk.

“APA MAKSUDMU?! HAH?! KAMU LIAT KARAKTER SEMPURNA, TAMPAN, OVERPOWER, DAGU LANCIP, HAREMNYA SEKEBON!! KAMU BILANG AMPAS!!”

Mendapat pujian.

“Hahhh, itulah MC-ku, seribu kali hehehehe.”

Brainstorming.

“Hah, kalau buntu ide gini mending buka grup komunitas.”

Semua menyenangkan. Dari riset pengalaman menjadi kisah—walau nggak ada yang baca. Semua rasa campur aduk. Kesepian, jauh dari keluarga, hanya sepulang kerja lalu menulis.

“Oke… akhirnya selesai juga premisnya,” kataku sambil menatap layar laptop.

Premis kususun dengan susah payah: buang air besar, melamun, disindir ibu-ibu fesnuk.

“Sekarang… prolog.”

Kucoba mengetik satu kalimat.

“Di dunia di mana sihi—”

BRZZT.

Layarku berkedip.

“Eh?”

BRZZT BZZZTTTTT KRAK!

Layarku pecah seperti kaca, warna berubah jadi ungu pekat dengan retakan cahaya di tengah. Aneh.

Dari celah layar muncul tangan hitam berasap, mencengkram laptop, lalu mengacungkan jari tengah.

“Oii oii oi… ini prank YouTube ya?! Kalian di mana?! Kamera? Nyempilnya?!”

Terlambat.

Tangan itu menarikku masuk layar. Tubuhku tersedot seperti lubang hitam… dan gelap.

“Selamat! Kamu terpanggil ke dunia Pe and Kob,” suara itu bergema di kepalaku.

“E-eh… Pe and Kob?”

Itu judul novel yang sedang kutulis prolognya.

“Kamu salah orang! Aku bahkan belum menulis prolognya!”

“Justru itu. Kamu akan menulisnya… dari dalam.”

“HAH?! Nggak ada manualnya ini?!”

Lalu semuanya hilang. Gelap. Sepi. Loading bar muncul di bawah kakiku.

[Sedang memuat dunia isekai… 7%]

“…Ya Tuhan, aku bahkan belum kasih nama kerajaan.”

[Sedang memuat dunia isekai… 16%]

[Sedang memuat dunia isekai… 23%]

[Sedang memuat dunia isekai… 48%]

“Ayolah, temani aku ngobrol, aku bosan melihat loading bar RPG ini.”

[Sedang memuat dunia isekai… 78%]

“Apa aku bisa tinggal tidur sampai loading selesai? Tapi gimana caranya?”

[Sedang memuat dunia isekai… 99%]

“Woahhh… ini dia! Apa aku akan punya harem?!”

[ERROR!!]

“EHHHH APA-APAAN INI?! APA AKU AKAN MATI?!”

“Ya walau aku bosan hidup sih…”

[Maaf, data anda tidak cocok…]

“Bodo amatlah, sampe kiamat aja begini. Ya walau udah kiamat sih bagiku.”

[Memuat…]

[Memuat data ke dunia ini dengan tubuh…]

“Eh?! Tubuh apa?!

[Sedang memuat dunia isekai… 100%]

“LAHHHH!!”

[Selamat menjalani kehidupan Pe and Kob]

1
AI
kata "di" dipisahkan jika menunjukkan tempat, lokasi, atau waktu.
xiang ma'ling sheng: saya catat kak
total 1 replies
AI
Kalau dialog tag itu ditulis didahului tanda koma sebelum tanda petik dan ditulis dengan huruf kecil.

Contoh salah: "Aku lelah." keluhku.

Contoh benar: "Aku lelah," keluhku.
xiang ma'ling sheng: oalahhh, oke catat pak
total 1 replies
AI
tanyaku
AI
Anak berusia empat tahun itu jatuh dengan kepala membentur batu. Sudah jelas ia akan mati karena pendarahan di otak. Mungkin jiwanya pergi, dan aku yang menggantikannya.
AI
Lala, anak pemilik tubuh ini, terjatuh dari atas pohon saat bermain sendirian. Kepala bagian belakangnya terbentur batu besar sehingga membuatnya tak sadarkan diri selama empat hari.
AI
Dave dan Liria memang tidak pernah memberitahuku apa yang terjadi sebelum aku terbangun. Namun, aku sempat mendengar mereka berbicara diam-diam di balik pintu kamarku.
AI
Tulisan di chapter ini sedikit lebih baik dari prolognya yang kek cacing kepanasan. Meski begitu, penggunaan tanda bacamu buruk, huruf kapital masih salah, dan kata-kata yang harusnya dipisah malah disambung.
xiang ma'ling sheng: catat pak, saya akan tulis ulang.
total 2 replies
xiang ma'ling sheng
Terimakasih untuk semua yang membimbing saya dalam menulis, saya akan terus berkembang.

Terimakasih sebesar-besarnya, tanpa kalian saya tidak akan pernah menyelesaikan rangka awal kisah ini.

Terimakasih untuk para reader yang sudah membaca kisah ini hingga volume 1 selesai.

Terimakasih atas dukungan kalian selama ini.

Novel ini tamat dalam bentuk naskah kasar. Saya berniat merapihkannya nanti dengan sudut pandang orang ketiga.

Sekali lagi saya ucapkan terimakasih.
xiang ma'ling sheng: Novel ini hanya awal pembentukan kisah utama.

Kisah utama sedang saya tulis dengan judul, Transmigration: Ki Hajar Dewantara Academy.

Untuk lebih lengkap silahkan cek di profil saya.
total 1 replies
AI
Layar laptopku bergetar pelan, garis tipis seperti retakan kaca merayap dari tengah, memecah warna menjadi semburan ungu pekat. Kilau cahaya menyelinap di celah-celah retakan, menyala seperti urat petir yang tertahan.

Aku menunduk lebih dekat. "Apa-apaan ini …." bisikku, tenggorokanku kering.

Celah itu melebar. Dari dalam, sesuatu merayap keluar, sebuah tangan legam, berasap seakan bara membakar udara di sekitarnya. Jari-jari panjangnya menancap di tepi layar, mencengkeram kuat, lalu menarik celah itu lebih lebar, seperti seseorang membuka pintu ke dunia lain.

Tangan itu terhenti. Perlahan, satu jari terangkat … lalu berdiri tegak. Jari tengah.

Narasi ini jauh lebih baik dan lebih enak dibaca.
AI: note, kata "masa-masa" w typo bjir, harusnya "sama-sama"
total 4 replies
Riska Mustopa
terus nulis sampe lu jadi bisa profesional
xiang ma'ling sheng: lah ada teteh /Facepalm/
bakal terus nulis sampai punya buku cetak sendiri
total 1 replies
Arlen࿐
aku yg komen di tiktok dengan nickname Arlen tadi, novel nya menarik bang, walau aku belum baca semuanya, semangat nulisnya!
xiang ma'ling sheng: wahhh makasih bg udah berkunjung, abang yang pertama dari tiktok baca novel ini
total 1 replies
Arlen࿐
kisah nyata kah?
xiang ma'ling sheng: sebagian nyata dan sebagian fiksi/Scowl/
total 1 replies
aurel
hai Thor aku sudah mampir yuk mampir juga di karya aku " istriku adalah kakak ipar ku
Nisa
elep sunda wkwkwk
Orang Aring
konsepnya menarik
Pramono
world buildingnya bagus, cuman bingung aja di pemetaan
xiang ma'ling sheng: kurang ahli soal pemetaan
total 1 replies
Sarah
lumayan
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
"Maaf… bukannya aku tidak ingin terlalu ikut campur dengan urusan kalian…" napasku terasa berat di dada. "Tapi aku juga bukan anak kalian." Pandanganku mengabur sejenak. "Aku hanyalah anomali. Penulis naskah yang entah bagaimana terjebak di tubuh Lala anak kalian…" batinku, sambil melangkah perlahan menuju jendela, seolah setiap langkah menambah beban di pundakku.

Kesannya lebih menyesakkan dan ada tekanan batin. Karena si MC ini tau, kalau dia kabur dari rumah tersebut. Orang tua asli dari tubuh yang ditempati oleh MC, akan khawatir dan mencarinya.
xiang ma'ling sheng: shappp paman/Applaud/
total 2 replies
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Lanjut baca ✌️
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Dititip dulu likenya. Nanti lanjut baca lagi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!