Brakk
"Tidak becus! aku bilang teh hangat. Kenapa panas sekali? kamu mau membakar tanganku?"
Alisa tidak mengatakan apapun, hanya menatap ke arah suaminya yang bahkan memalingkan pandangan darinya.
"Tahunya cuma numpang makan dan tidur saja, dasar tidak berguna!"
Alisa menangis dalam hati, dia menikah sudah satu tahun. Dia pikir Mark, suaminya adalah malaikat yang berhati lembut dan sangat baik. Ternyata, pria itu benar-benar dingin dan tak berperasaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1. Hanya Pengganti
Tes Tes
Air mata Alisa, terus mengalir tanpa henti meski dia sudah berkali-kali menyekanya. Ini sudah larut malam, semua sudah tidur. Tapi Alisa masih harus membersihkan noda minyak yang ada di tas mahal adik iparnya.
Alisa, dia menikah dengan Mark satu tahun yang lalu. Alisa pikir Mark adalah orang yang baik, yang bahkan ketika dia terbaring tak berdaya di rumah sakit karena sebuah kecelakaan. Mark yang telah membiayai semua biaya rumah sakit untuknya. Seingatnya yang menabraknya dulu adalah seorang wanita. Tapi dia tidak bisa mengingat apa-apa lagi selain wajah wanita itu.
Mark yang entah bagaimana, datang seperti malaikat bahkan melamarnya. Dan mengatakan dia memang butuh seorang istri saat itu. Untuk membalas budi, dan karena memang Alisa tidak ingat apapun setelah kecelakaan, bahkan namanya sendiri dia lupa. Alisa setuju menikah.
Namun di malam pertama, suaminya mengatakan padanya. Di hatinya dia telah menyimpan seseorang yang sangat dia cintai. Alisa, hanya pengganti karena saat itu keluarga Mark sudah menyebarkan undangan. Tapi pengantin wanitanya telah pergi.
Alisa mencoba berdamai dengan keadaan. Dia benar-benar berusaha berdamai dengan keadaan. Karena dia tidak ingat apapun tentang dirinya dan masa lalunya.
"Nyonya, biar bibi saja. Ini sudah larut malam. Sebaiknya nyonya tidur" kata bibi Dini yang memang sangat baik pada Alisa. Dan satu-satunya orang yang baik pada Alisa di rumah ini.
"Tapi tidak bisa hilang bi" kata Alisa menyeka air matanya.
'Nyonya, kamu kasihan sekali sih? kamu masuk keluarga ini bukan bahagia malah menangis setiap hari. Jika saja kamu tidak hilang ingatan, mungkin di luar sana kamu punya kehidupan yang lebih baik' batin bibi Dini.
"Bibi akan mencoba cara lain, nyonya tidur saja. Bibi pasti akan bersihkan dengan baik" Bibi Dini menepuk punggung tangan Alisa yang rasanya begitu dingin.
"Nyonya, tangan nyonya sudah dingin sekali. Cepat istirahat nyonya" kata bibi Dini yang takut kalau Alisa sampai sakit.
Karena jika nyonyanya itu sakit. Bahkan tidak akan ada yang perduli padanya di rumah ini. Tidak pernah sekalipun jika Alisa sakit, keluarga ini akan panggil dokter atau Alisa di bawa ke rumah sakit. Mark, suaminya hanya akan minta bibi Dini mengurusnya bahkan menyuruh Alisa tidur di kamar pembantu bersamanya sampai Alisa sembuh.
Benar-benar hanya seperti itu saja. Alisa mungkin punya status istri Mark Austin. Namun bagi keluarga di rumah ini. Alisa tak lebih dari seorang pelayan.
Alisa memang sudah merasa sangat kelelahan.
"Bibi, apa tidak apa-apa?" tanyanya yang merasa takut. Kalau sampai ada yang tahu, ibu mertuanya pasti akan sangat marah padanya.
"Tenang saja, bibi tadi lihat nyonya besar dan para nona sudah tidur. Bibi Maria juga sudah tidur. Nyonya, tidurlah"
Alisa mengangguk, dia pun segera pergi meninggalkan dapur dan berjalan menuju kamarnya.
Alisa membuka pintu kamar itu dengan sangat perlahan. Ternyata Mark masih berada di sofa membaca buku.
"Mandi sana! pakai jubah tidur saja!"
Alisa mengangguk dengan cepat.
"Baik" jawabnya dengan sangat patuh.
Alisa masuk ke dalam kamar mandi. Dia menyalakan shower dan membiarkan tubuhnya yang sudah kedinginan semakin menjadi dingin.
Tadinya dia mau ganti baju saja, tapi suaminya memintanya mandi. Meskipun terasa begitu dingin. Alisa tetap saja mandi, dan berganti pakaian seperti yang diperintahkan oleh suaminya.
Alisa baru keluar dari kamar mandi, sambil mengeringkan rambutnya. Saat Mark menariknya dengan kuat dan mencium Alisa dengan begitu berhasrat.
Alisa kuwalahan, dia nyaris jatuh. Tapi Mark menahan tubuh Alisa dan terus mencium bibir Alisa seolah merasa begitu haus dan bibir Alisa itu adalah minumannya.
"Su...Suamiku, rambutku masih basah" Alisa mencoba mengatakan kalau rambutnya masih basah. Karena tentu saja tidak akan nyaman di tempat tidur nanti.
Mark menarik dirinya.
"Jangan bicara, saat aku menyentuhmu. Jangan bicara sepatah katapun. Jangan bersuara"
Mark mencumbu Alisa sampai Alisa tidak berdaya. Hingga pria yang sebenarnya sangat tampan, namun sangat dingin pada Alisa itu menjatuhkan tubuh Alisa di tempat tidur.
Alisa diam, dia benar-benar menurut. Tidak boleh bicara, maka dia tidak bicara satu patah katapun.
Mark mengangkat satu kaki Alisa, Alisa menelan salivanya dengan susah payah. Suaminya mulai memiliki sikap aneh selama beberapa bulan ini. Selama setengah tahun lebih suaminya tidak melakukan hal seperti ini sebelumnya. Biasanya hanya buka pakaian, langsung pada intinya dan tidur.
Tapi hampir tiga bulan ini, Mark melakukan hal-hal yang sebenarnya membuatnya merasa lebih baik dan lebih nyaman. Tapi, dia juga merasa was-was setiap kali Mark membuatnya tak bisa menahan suara.
Karena pemanasan Mark itu membuatnya mengeluarkan suara, sulit untuk menahannya. Tapi Mark akan marah kalau dia bersuara. Jadi, serba salah juga untuk Alisa.
Mark menatap Alisa lekat-lekat. Alisa menutup mulutnya dengan tangan. Ketika pria itu mulai mencium telapak kaki Alisa.
Deg
Alisa merasa jantungnya bergemuruh, saat berada di atas tempat tidur. Suaminya benar-benar memperlakukannya layaknya istri. Tapi jika sudah turun dari tempat tidur, suaminya begitu dingin.
Alisa mencengkram kuat sprei yang ada di bawahnya. Ketika Mark juga sudah mendongakkan kepalanya dengan mata terpejam. Sepertinya pria itu sudah mendapatkan apa yang dia inginkan.
Alisa menutup mulutnya dengan satu tangan, sementara satu tangannya masih mencengkeram sprei dengan kuat. Denyutan di bawah sana, dia tidak bisa berbohong. Dia juga mendapatkan apa yang dia inginkan.
Alisa menoleh ke arah Mark, yang tak kunjung melepaskan penyatuan mereka. Tapi Alisa juga tidak berani bicara.
Tak berapa lama, Mark membuka matanya. Menatap Alisa sambil menunduk semakin mendekat ke arah wajah Alisa.
'Apa aku melakukan kesalahan, apa karena aku berdenyut tadi, dia marah... apa yang harus aku lakukan?' Alisa merasa sangat panik. Dia pikir dia telah melakukan kesalahan.
"Ternyata benar, saat kamu juga merasa puas. Rasanya lebih nikmat"
Blush
Wajah Alisa memerah.
"Kamu bisa melakukannya?" tanya Mark.
Alisa tertegun. Namun belum juga Alisa berpikir, Mark sudah memeluk Alisa dan membuat wanita itu berada di atasnya.
"Bergerak!" ujarnya yang membuat Alisa semakin tersipu.
"Jika tidak bergerak! maka tidur saja di gudang!"
Alisa langsung bergerak. Dia bergerak dengan arahan dari Mark. Pria itu kembali memejamkan matanya.
***
Bersambung...