KETOS ALAY yang sedang mengincar murid baru disekolahnya, namu sitaf pria itu sangat dingin dan cuek, namun apakah dengan kealayannya dia bisa mendapatkan cinta Pria itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayinos SIANIPAR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 1
Terkadang keikhlasan itu perlu. Di dunia ini, kita pasti akan kehilangan. Jika kita sudah terlatih mengikhlaskan, maka kita tidak akan bersedih, begitu pula tentang cinta.
"Suasana dan pemandangannya indah, tapi bukan seperti hati gue yang patah. Gue benci dia, sangat benciiii!" teriak seorang gadis di tepi laut yang pemandangannya sangat indah.
"Woi, berisik banget sih lo!"
"Suka-suka gue dong, kenapa lo yang sibuk?"
"Lo itu alay banget sih jadi cewek, cantik enggak, jelek iya," ucap pria itu tak kalah lantang.
"Woi lo, pikir lo itu ganteng apa? Idih, melihat muka lo saja jijik!"
Hanifa, dipanggil Nifa, gadis berambut sebahu, si alay yang luar biasa. Dia adalah ketua OSIS di sekolah. Sifatnya yang bucin membuat orang-orang sedikit ilfil padanya.
"Haaaaaaa, Sarah, kenapa sih Rendi lebih memilih Silvi daripada gue? Gue kurang apa coba? Sudah cantik, ketua OSIS, setia lagi!"
"Yah ampun, Hanifah, lo itu sempurna banget. Cowok—maksudnya mantan lo saja yang brengsek," ucap Sarah untuk menyadarkan Hanifah. Sarah adalah teman baik Hanifa.
"Bukan cowoknya yang brengsek, teman lo saja yang alaynya amit-amit," ucap seorang pria berambut kecokelatan itu tanpa izin.
"Lo kan yang semalam? Sok tahu banget sih lo jadi orang, mendingan lo pergi sana!" Yah, pria ini adalah pria yang kemarin ditemui Hanifa saat Hanifa sedang berteriak di tepi lautan. Buset, ketemu lagi sama nih orang!
"Tanpa lo bilang gue juga mau pergi kali, malas gue berurusan sama orang alay kayak lo!" ujar pria itu kesal. Pria itu pun pergi.
"Lo ngapain sih, Refan, mending lo masuk kelas," ucap seorang pria membela Nifa. Pria yang bernama Farel, wajahnya dingin dan bad boy. Dan yup, ternyata pria rese itu bernama Refan. (NOTED: REFAN)
"Hai, makasih sudah mau menolong gue dari orang gila tadi," ucap Nifa dengan wajah terpesona. Namun, Farel pergi mengabaikannya dan tak peduli.
"Yah ampun, Nif, lo baru dikhianati Rendi, tapi bukannya lo jera sama yang namanya jatuh cinta, malah makin gencar saja jatuhnya!"
"Yah ampun, Sarah, cinta itu memang tidak tahu tempat dan situasi, ya? Dia main jatuh-jatuh saja!"
"Itu salah dan derita lo, gue mau mengurus OSIS saja," ucap Sarah kesal dan bete.
"Sar..."
"Apa?"
"Gue izin bentar, ya, enggak ikut rapat, perut gue mules," ujar Hanifa berbohong.
"Lah, kenapa tiba-tiba mules?" tanya Sarah sedikit tidak percaya.
"Namanya juga panggilan alam," ujar Hanifah mengeles.
"Terserah, deh," ujar Sarah malas berargumen.
"Hmm, untung Sarah cepat percaya. Kalau enggak, jejak gue untuk dapetin tuh cowok kan susah," gumam Hanifa senang dalam hatinya.
"Eh, Agung, lo kenal sama anak baru di sini enggak?" Hanifa yang bertemu anak sekolah bernama Agung, dia pun bertanya langsung ke orang itu. Dan yup, akhirnya dia bertemu kelas laki-laki itu. Farel, Hanifa datang!
"Kayaknya yang lo maksud Farel? Kenal, satu kelas malah," ujar Agung mengenal pria yang dicari Hanifa.
"Kasih ini, ya," ujar Hanifa memberi botol minum yang isinya cairan warna oranye.
"Apa nih?" tanya Agung melihat botol minuman tersebut.
"Jus jeruk, tapi enggak pakai es, buatan gue sendiri pasti segar," jawab Hanifa semangat dan memastikan pemberiannya itu aman.
"Oh oke, bakal gue kasih," jawab Agung sembari tersenyum dan menggenggam minuman itu erat.
"Makasih, ya," ucap Hanifah sangat senang pada pria yang di hadapannya. Hanifah sangat senang ketika ada orang yang ternyata bisa diajak kompromi. Hanifah pun langsung pergi dari tempat itu dan bergegas menghampiri rapat OSIS yang diadakan untuk Hari Guru nanti.
"Aduh, Hanifah, lo di mana sih, lama banget deh cuma buang air besar doang habiskan waktu dua puluh menit," resah Sarah dalam hatinya. Hanifa yang tidak menyadari dirinya sudah sangat lama meninggalkan rapat OSIS-nya.
"Sarah, bagaimana nih? Kita enggak mulai rapatnya kalau enggak ada Hanifah," ujar Juan kesal. Juan merupakan Kepala Divisi Humas.
"Yah ampun, Juan, gue juga bingung dia di mana," jawab Sarah kesal.
"Tapi, Sarah, lo itu kan sahabatnya, pasti lo tahu dong," ucap Silvi menggerutu. Sedangkan Silvi merupakan PHO dalam hubungan Hanifa dan Rendi. Mereka berdua juga satu divisi, yaitu Divisi PDD.
"Maaf, ya, gue telat," ucap Hanifah yang baru datang. Semua mata tertuju kepada Hanifa dengan tatapan sinis. Kecuali Sarah, Sarah malah memberi tatapan cemas.
"Lo itu ketua OSIS tapi lo yang enggak disiplin, bagaimana Rendi enggak pindah hati ke gue?" ujar Silvi dengan bangga. Memang nih orang selalu membuat suasana panas.
"Lo apaan sih, OSIS ya OSIS, selain itu enggak usah dibahas," ucap Hanifa yang tumben-tumbennya dewasa dalam ucapannya.
"Sekarang kita mulai rapat kita dari persiapan apa saja yang ingin kita buat," ujar Sarah dengan wajah tegas, dan mulai memimpin rapat OSIS tersebut. Yah, Hanifah sangat berbeda antara di luar dan di rapat OSIS. Hanifah pun mulai masuk ke dunia yang di mana dia harus tegas, dan menghilangkan kealayannya dalam rapat OSIS tersebut hingga rapat tersebut selesai.
Lo Jahat Banget Sih
Rapat yang telah berakhir, semuanya berjalan dengan lancar. Hanifah sangat profesional dalam rapat tersebut, walau hatinya panas melihat kemesraan antara Rendi dengan Silvi, namun dia dapat menahan semuanya.
"Gue duluan, ya, Sarah," ujar Hanifah berpamitan.
"Lo enggak apa-apa kan, Nif?" ucap Sarah sangat hati-hati dan khawatir.
"Enggak kok," ucap Nifa dengan suara alaynya itu dan pergi. Tentunya dia pergi ke tempat Farel. Ditambah lagi ini sudah jam istirahat.
POV Farel
"Farel, lo dapat jus nih, dari ketua OSIS," ujar Agung menyodorkan jus jeruk yang dititipkan Hanifa tadi kepada Agung.
"Sama ketua OSIS?" ujar Refan memastikan ucapan Agung.
"Iya," ujar Agung lagi untuk menekankan ucapannya di awal benar, tidak salah, hal ini valid. Farel tahu siapa ketua OSIS tersebut.
"Alay banget sih jadi cewek, baru dibelain gitu doang sudah langsung kayak gini sifatnya," batin Farel ilfil. Farel mengambil botol tersebut dan membuangnya ke tong sampah, lalu lanjut berjalan menuju kantin.
"Farellllll, bagaimana? Segar kan?" teriak Nifa dengan kencang hingga membuat Farel merasa malu dengan teriakannya.
"Lo sudah minum jusnya kan?" Lagi-lagi mulut rongsokan gadis itu berbunyi.
"Sudah," ujar Farel malas.
"Pasti segar kan?" Dengan excited Hanifah memastikan rasa jus buatannya itu.
"Sudah gue buang di tong sampah, lo pikir gue apaan minum-minum kayak gitu yang enggak ada vitaminnya," ucap Farel dengan wajah yang sangat dingin. Baru kali ini Farel mau bicara kasar dan ke cewek pula.
"Lo jahat banget sih, Farel!" ujar Hanifah sedih dan melihat botol minumnya di dalam tong sampah.
"Bukan Farel yang jahat, tapi lo-nya alay," ujar Refan kesal ke Hanifa.
Nifa pun mengambil botol minumnya, dan pergi mencucinya.
"Kok botol minum lo sudah habis saja isinya?" tanya Sarah heran, karena biasanya nih bocah pasti ke kantin beli es batu dan berbagi jus jeruknya ke Sarah.
"Iya nih, Sarah, dibuang sama Farel di tong sampah," jawab Hanifah dengan rasa kecewa.
"Kok bisa?" Lagi-lagi Sarah bingung. Maksudnya kayak Sarah enggak mengerti sejak kapan sahabatnya itu memberikan jusnya ke Farel dan untuk apa?
"Entahlah," jawab Hanifah pasrah dan membersihkan botol minumnya itu.
"Nifa, lo dipanggil kepala sekolah," ucap Juan yang baru datang ke kelas Hanifah.
"Kenapa?" tanya Hanifah bingung, tapi dia enggak khawatir, karena hal ini sudah biasa. Biasa bukan artinya dia sering membuat masalah, melainkan dia selalu diberi tugas dari kepala sekolah selaku Hanifah ketua OSIS.
"Entahlah, lo disuruh ke ruangannya sekarang," ujar Juan menaikkan bahunya menandakan dia juga enggak tahu. Dengan cepat Hanifa menuju ruangan kepala sekolah.
"Izin masuk, Pak," ucap Hanifa dengan sangat lembut dan sopan sebelum masuk ke ruangan kepala sekolah tersebut.
"Eh Nak Hanif, silakan masuk Nak," sambut kepala sekolah kepada Hanifah.
"Ada apa, ya, Pak?" tanya Hanifa dengan sopan.
"Bapak mau minta bantuan kamu untuk memberi tahu daerah-daerah sekolah kita pada kedua anak baru di sekolah ini, ya, Nak," ujar kepala sekolah meminta tolong ke Hanifah selaku ketua OSIS.
"Baik, Pak," ucap Hanifa dengan hati yang senang.
"Izin masuk, Pak," kedua pria masuk. Hanifah memberi senyuman kepada satu pria tapi pria satu lagi malah bengis.
"Silakan, Hanif, kamu lanjutkan," pinta kepala sekolah.
"Baik, Pak," ujar Hanifa sambil permisi keluar dengan sopan.
"Sekarang kalian ikut gue, kita mulai dari bagian gedung, di sini itu ada empat gedung," ujar Hanifa menjelaskan. Wajar sih kepala sekolah langsung menyuruh aku menjelaskan ke mereka, mereka ternyata anak pemilik saham sekolah ini. Baiklah.
"Gedung apa-apa saja?" tanya Refan.
"Yaitu gedung A, B, C, D," jelas Hanifa lembut dan profesional.
"Gedung A yang mana?" Lagi-lagi Refan yang bertanya.
"Gedung A kelas X," lanjut Hanifa menjawab pertanyaan Refan.
"Berarti A, B, C, gedung X, XI, XII?" tebak Refan asal-asalan.
"Yah, kamu cerdas," ucap Hanifa memuji Refan.
"Kalau D?" Lagi-lagi dan lagi Refan yang bertanya.
"Kalau D, itu bagian ruang kepala sekolah dan bagian tempat staf guru, olimpiade, dan aula beserta ruang laboratorium," jawab Hanifah semakin ketus.
"Kenapa yang bertanya dari tadi lo saja sih, kenapa enggak Farel saja sih?" ucap Hanifa dengan nada yang sangat alay, hingga membuat Refan tertawa geli melihat Farel dibuat seperti itu sedangkan Farel hanya bergidik ngeri. Ternyata keprofesionalan Hanifa ada batasnya.