NovelToon NovelToon
ALVANA

ALVANA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: aufalifa

"Aku insecure sama kamu. kamu itu sempurna banget sampai-sampai aku bingung gimana caranya supaya bisa jadi imam yang baik buat kamu."
~Alvanza Utama Raja

🍃🍃🍃

Ketika air dan minyak dipersatukan, hasilnya pasti menolak keduanya bersatu. Seperti Alvan dan Ana, jika keduanya dipersatukan, hasilnya pasti berbeda dan tidak sesuai harapan. Karena yang satu awam dan yang satu tengah mendalami agamanya.

Namun, masih ada air sabun yang menyatukan air dan minyak untuk bisa disatukan. Begitu juga dengan Alvan dan Ana, jika Allah menghendaki keduanya bersatu, orang lain bisa apa?

🍃🍃🍃

"Jika kamu bersyukur mendapatkan Ana, berarti Ana yang harus sabar menghadapi kamu. Sebab, Allah menyatukan dua insan yang berbeda dan saling melengkapi."
~Aranaima Salsabilla

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aufalifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

rumah baru

Setelah beberapa hari kepergian Kenzie, semua memutuskan untuk kembali ke Bandung. Sedangkan Kenzie dimakamkan di dekat pesantren.

Setelah hari itu, Blaster terpaksa dibubarkan. Tapi, bukan berarti jika semua itu harus saling berpisah. Blaster memang bubar tetapi sambung sinambung  antar sesama masih tetap ada. Seluruh anak Blaster dipekerjakan di perusahaan milik Alvan.

Kembali pada Alvan dan Ana, keduanya mulai sekarang akan menjalani kehidupan tanpa ada seseorang yang akan memisah keduanya kecuali maut.

"Sayang." Panggil Alvan

Ana yang semula lagi menata pakaiannya langsung menoleh kearah sang suami. "Iya A'?"

"Kamu nggak mau minta sesuatu dari Aa'?" Tanya Alvan

Ana tampak berpikir. "Kalau sekarang lagi nggak mau minta apa-apa, nggak tau kalau nanti." Balasnya dengan senyum manisnya

Alvan mengangguk. "Sayang, rumah kita kan lumayan besar, sayang dong kalau anaknya cuma satu dua." Ujarnya seolah mengkode

Ana tersenyum, paham akan ucapan suaminya itu. "Ya terus Aa' mau punya berapa?"

Mendengar respon Ana, Alvan langsung duduk menghadap Ana dengan semangat. "Aa' mau anak pertamanya nanti laki-laki, terus lanjut kembar cowok, lanjut kembar cewek, terus lanjut kembar cewek cowok dan sebagai penutupnya anak cewek." Balasnya sangat antusias

Ana mendelik melihat suaminya yang begitu antusias dalam membahas anak. Sebenarnya Ana pengen punya anak tetapi mendengar keinginan suami yang mau buka lahan sepak bola, sepertinya Ana nggak dulu. Belum merasakan, Ana sudah membayangkan betapa ramainya rumah ini.

"Jalani aja apa yang Allah takdirkan buat kita. Takdirnya dikasih berapa, kita terima aja."

Alvan menarik Ana untuk ikut rebahan bersamanya. Membiarkan baju-bajunya kembali berantakan. Menatap istrinya yang nampak tegang, Alvan terkekeh melihat istrinya.

"Sebanyak apapun usahanya, pasti nggak akan mengkhianati hasil. Siapa tau kan Allah kasih lebih dari yang aku prediksi." Ujar Alvan

Ana memukul pelan dad Alvan, pipinya merah semu ketika membayangkan betapa padatnya jadwal dirinya dan sang suami bercinta demi mempunyai anak yang sudah diprediksi.

🍃🍃🍃

Setelah melaksanakan sholat Maghrib berjamaah, Alvan meminta Ana untuk mengaji didepannya. Salah satu hal yang Alvan suka setelah sholat adalah mendengarkan Ana mengaji dengan suara merdunya yang pasti akan memabukkan Alvan.

Mabuk yang sederhana, cukup melihat Ana yang berparas cantik dan mendengarkan Ana mengaji yang semakin memabukkan Alvan.

"A'." Panggil Ana selesai membaca Alquran

"Iya?"

"Kapan Ana bisa denger Aa' ngaji?"

Alvan kembali duduk menghadap sang istri. "Aa' malu sama kamu, sayang. Aa' dulu tidak pernah mengenal iqro atau panduan bagi pemula untuk belajar membaca Alquran. Aa' baca Alquran kalau kamu lagi tidur atau kalau kamu lagi di dapur." Balasnya, Ana segera mendekat pada Alvan

Ana menggeser sedikit mejanya supaya ia bisa sedekat itu pada Alvan. Ana menyodorkan Alquran pada Alvan. "Kenapa harus malu? Disini kita belajar sama-sama A'. Saling mengingatkan satu sama lain. Aa' boleh malu pada orang lain tapi Aa' nggak boleh malu sama istri."

Alvan menerima Alquran yang diberikan Ana padanya. Ia buka tepat di surah Al-fatihah. Namun Ana langsung membuka bagian tengah tepat di surah Al Isro. Ana meminta Alvan untuk mengaji didepannya.

"Kalau ditanya anak-anak nanti, Aa' bisa baca Alquran apa nggak, Aa' jawab apa?" Tanya Ana sudah seperti ibu guru yang menasehati muridnya

"Iya ini Aa' baca."

Setelah lamanya membaca, Alvan langsung menutup Alqurannya. Dilihatnya  istri kecilnya itu tertidur menyender di pinggir kasur.

Niat jahil terlintas di otak Alvan. Dengan pikiran isengnya, Alvan langsung mematikan lampu lalu menggoyang tubuh Ana sambil berteriak.

"Sayang ada gempa ayo lari!!"

Ana yang terkejut dengan apa yang diucapkan suaminya langsung bangun, melepas mukenanya asal dan mendekat pada suaminya, sedangkan Alvan hanya cengengesan melihat istrinya yang lucu dengan raut kebingungan.

"Aa' bohong ya?" Tanya Ana sedikit kesal, perempuan itu berjalan untuk menghidupkan saklar lampu kamarnya

"Bercanda dikit lah, yang."

Ana melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan angka tujuh, yang sebentar lagi adzan isya. "Oh iya, nanti setelah isya Aa' diminta Abah untuk ikut pengajian rutin setiap malam jumat."

Mendengar ucapan istrinya, Alvan merasa sedikit kecewa. "Yaaaah, kok setiap malam jumat sih, yang. Kenapa nggak setiap malam Minggu aja?" Tanyanya

"Malam Minggu jadwalnya suami ajak istri jalan-jalan." Jawab Ana cepat

Alvan terkekeh mendengar jawaban Ana. Ya benar, selama keduanya menikah, Alvan belum pernah ajak Ana untuk sekedar jalan-jalan keliling kota.

"Padahal malam Jum'at jadwalnya Aa' sama kam-"

"Hush! Sekarang Aa' siap-siap buat berangkat ke rumah abah." Sahut Ana memotong ucapan Alvan

🍃🍃🍃

Selesai membereskan almari, kedua mata ana menangkap baju tipis yang baru saja ia gantung. Kedua sudut bibirnya membentuk lengkungan. Apa salahnya jika Ana membuat hati Alvan senang setelah pulang dari pengajian?

Sekelebat ana mengingat kajian dari pesantren bahwa lebih sunnah jika perempuannya dulu yang meminta. Semoga aja nanti Ana berani untuk minta tanpa rasa malu sedikitpun.

"Bismillah...."

🍃🍃🍃

Didalam telepon, Ana terus merengek manja pada Alvan untuk segera pulang karena istri kecilnya dirumah mau minta sesuatu. Dengan terpaksa Alvan pulang cepat demi memanjakan sang istri yang belum pernah ia manja.

Berbeda dengan Ana yang sudah terbalut dengan baju tipis untuk menyambut kepulangan sang suami selepas pengajian. Ya Allah, Ana sangat malu kali ini. Batinnya

Mendengar suara langkah kaki, Ana langsung berdiri di dekat pintu untuk menyambut kepulangan suami.

Ceklek!

"Assalamualaikum ya-" Ucap Alvan terhenti tatkala melihat istrinya memakai baju setipis itu. Jujur, Alvan masih tercengang. Saking tercengangnya sampai tidak berkedip.

"Waalaikumsalam." Balas Ana antusias. Ia tersenyum manis kearah Alvan dengan merentangkan tangannya berharap Alvan bakal langsung memeluknya.

Melihat tak ada respon dari Alvan, Ana cemberut. "Aa' nggak mau peluk Ana?" Tanyanya membuyarkan lamunan Ana

Lelaki itu tersenyum begitu lebar. Saking lebarnya mirip kayak joker. Tanpa basa-basi lagi, Alvan segera memeluk istrinya itu, mengecup kening Ana berkali-kali. Membuat sang empu bersemu malu.

"Ya Allah, sayang. Aa' peluk kamu serasa meluk kamu yang keadaannya telanjang." Ujar Alvan enggan melepas pelukannya

"Aa' seneng kan? Ana berhasil buat Aa' seneng?" Tanya Ana nampak sangat ragu

"Seneng banget dong, sayang. Aa' nggak nyangka kalau ternyata kamu se menggoda ini. Jadi pengen tikam kamu sekarang." Balas Alvan mengendurkan pelukannya. Kedua matanya tak berhenti menatap Ana dari atas sampai bawah.

"Jadi ini yang kamu minta?" Tanya Alvan memastikan

Ana mengangguk antusias. "Iya A'. Allahumma jannib nassyaithaana wa jannibi syaithaana maa razaqtanaa." Bisiknya membuat Alvan tak berhenti senyum

Entah kenapa mendengar ucapan Ana barusan membuat suasana menjadi panas.  Alvan melepas kencing kemejanya dan menyisakan kaos putih polos serta melepas sarungnya, menyisakan  boxer hitam.

"Hayuk, sayang." Ujar Alvan kembali memeluk Ana dan menggiringnya sampai ke ranjang.

Kedua insan itu saling menatap sembari tersenyum. Seolah dunia ikut mendukung dengan apa yang tengah mereka jalani malam ini.

Ketika ibadah itu dimulai, dalam hati Alvan yang mantab berdoa 'Allahumma jannib nassyaithaana wa jannibi syaithaana maa razaqtanaa. Dengan menyebut nama Allah, ya Allah jauhkanlah kami dari (gangguan) setan dan jauhkanlah setan dari rezeki yang engkau anugerahkan kepada kami'.

Tak terasa ibadah malamnya itu mempercepat waktu hingga sadar sudah beberapa banyak cairan yang menyembur ke rahim Ana.

🍃🍃🍃

Tak terasa enam jam melakukan ibadah Sunnah rosul. Waktu itu hampir membuat keduanya itu lupa waktu. Keduanya segera menuntaskan aktivitas itu dan segera bebersih.

Alvan yang selesai lebih dulu berniat untuk membereskan kasur dan mengganti dengan sprei yang baru. Tak lama dari itu, Ana keluar dari kamar mandi dengan handuk yang menyanggul di kepalanya. Dengan jalannya yang sedikit tertatih, membuat Alvan tak tega. Dengan segera lelaki berstatus suami itu menghampiri Ana dan membantu istinya itu berjalan menuju kasur yang sudah ia bersihkan.

"Masih sakit, sayang?" Tanya Alvan khawatir

Ana menggeleng sembari tersenyum. Membuat Alvan tersenyum lega meskipun ia tahu kalau istrinya itu masih merasakan sakit. Alvan memutar posisi Ana hingga menghadap ke arahnya.

"Terimakasih, sayang." Ucapnya tulus, kecupan singkat mendarat di bibir Ana

"Itu kewajiban Ana yang harus melayani suami." Balas Ana tak kalah tulus

Alvan mengusap sayang pipi Ana. "Masyaallah sayang. Aa' nggak tahu harus bilang apa sama Allah kalau Aa' sangat bersyukur bisa disatukan dengan kamu." Ujarnya merasa sangat bangga memiliki istri yang secantik Ana dan se Sholehah Ana

Ana mengusap punggung tangan Alvan. "A' mungkin dimata Aa' kalau ana sesempurna itu. Kenyataannya, Ana tetaplah manusia yang mempunyai kelebihan dan kekurangan. Mungkin sekarang belum terlihat, tapi nanti. Jadi, tetap bimbing Ana ya A'. Tegur Ana jika Ana salah berucap dan nasehati Ana jika Ana salah bertindak." Jelasnya panjang lebar

"Pasti, sayang." Jeda sejenak. "Sering-sering ibadah malam sayang, biar rasa sakit yang kamu rasakan jadi nikmat dan kamu jadi lebih terbiasa." Lanjutnya yang langsung mendapatkan tinjuan kecil dari Ana

Perempuan yang berstatus istri Alvan itu langsung mengalihkan pandangan karena malu. Apalagi dengan dirinya yang semalam secara terang-terangan meminta malamnya pada sang suami.

"Malu A'." Ungkap Ana tanpa menatap

Alvan terkekeh mendengar ucapan istrinya. "Kenapa harus malu? Disini kita sama-sama belajar, sayang. Saling mengingatkan satu sama lain. Kamu boleh malu pada orang lain, tapi kamu nggak boleh malu pada suami." Terangnya menirukan ucapan Ana semalam saat memintanya untuk mengaji

1
Bukhori
lanjut👍
Elisabeth Ratna Susanti
like plus subscribe 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!