Dear My beloved readers, yuk kita lihat visualnya MBP dulu!
Nadira Indriani Tengker.
Pintar, baik dan penyayang. Wanita yang tidak mudah menyerah, sangat mandiri. Pemilik sebuah brand fashion ternama.
Trauma masa lalu membuatnya menutup hati pada pria, ia membesarkan anaknya sebagai seorang single mommy.
Sean Richard.
Putra bungsu dari Libra Couple, anak manja yang hidupnya dihabiskan dengan bersenang-senang.
Tapi di usianya yang semakin dewasa, ia pun berubah menjadi seorang pengusaha handal, menggantikan ayahnya.
Luna Mailor.
Seorang designer yang hebat, sahabat Nadira.
Vita.
Wanita cantik dan sexy, memanfaatkan kecantikannya untuk hidup mewah dan glamour. Selalu iri dengan kebahagian orang lain.
Segitu dulu ya visualnya!
Dan untuk Libra Couple emang sengaja nggak dibuat, karena author tak sampai hati mengedit mereka jadi tua!
Yuk kita lanjut ke ceritanya!
***
Sean sudah tiba di mansionnya, ia ingin mengenalkan Vita pada orang tuanya, sekalian makan malam bersama.
Sean menghampiri orang tuanya yang sedang bersantai di ruang keluarga.
"Ayah, ibu! Kenalkan ini Vita, dia calon menantu Ayah sama Ibu!" ujar Sean mengenalkan Vita.
Di dalam hatinya Vita tersenyum puas, Sean sudah benar-benar bertekuk lutut padanya, yang membuat Vita semakin senang, ternyata Sean langsung mengenalkan dirinya sebagai seorang calon istri.
"Malam Om, Tante!" Vita menepiskan senyuman terbaiknya
Lidya memperhatikan penampilan Vita, semua yang menempel di tubuh Vita adalah barang Branded, jauh dari harapan Lidya yang ingin memiliki seorang menantu yang sederhana, seperti dirinya.
Lidya mencoba menepiskan senyumnya, ia tidak ingin berprasangka buruk, lagipula ia belum mengenal Vita, Lidya tidak ingin menilai orang hanya dari penampilannya saja.
"Silahkan duduk, Nak!" Lidya mempersilahkan Vita dengan ramah.
Vita pun mengangguk, ia duduk di samping Sean.
"Sudah sejauh mana hubungan kalian?" tanya Brian.
"Kami sudah berpacaran cukup lama Ayah! Dan aku merasa sudah waktunya aku menikah, aku mau Ayah dan ibu melamar Vita untukku," pinta Sean.
Vita semakin senang mendengar permintaan Sean, sebentar lagi ia benar-benar akan menjadi seorang nyonya Richard.
Brian menghela napas, meski ia belum mengenal Vita lebih jauh, tapi Brian sudah kenyang pengalaman dengan yang namanya wanita, satu kali melihat seseorang, Brian sudah bisa memastikan kepribadian orang itu.
Meski begitu Brian masih akan meminta anak buahnya, untuk mencari tahu profil lengkap, gadis yang akan menjadi calon menantunya.
"Maksud ayah adalah, apakah kalian sudah benar-benar saling mengenal satu sama lain? Sean, menikah adalah sesuatu yang sangat sakral, pernikahan bukanlah hal yang bisa dianggap main-main, dan dalam keluarga kita, menikah hanya terjadi satu kali seumur hidup. Jadi, ayah ingin kamu mempertimbangkan segalanya baik-baik, sebelum membuat keputusan," ujar Brian dengan penuh penekanan.
"Ayah tidak perlu khawatir, aku sudah sangat yakin dengan pilihanku! Aku mencintai Vita, dan dia juga mencintaiku," jawab Sean mantap.
'Cinta? Apa itu cinta? Aku sama sekali tidak peduli! Tujuanku hanya untuk menjadi seorang nyonya Richard yang kaya raya, kau makan saja itu cinta, dasar pria dungu,' batin Vita.
'Cinta? Yang benar saja, apa yang barusan aku katakan!' batin Sean.
Sean mengatakan cinta hanya agar terdengar mantap di depan Brian, ia tahu ayahnya adalah orang yang sangat tegas, jadi Sean harus berkata dengan penuh keyakinan di depan ayahnya.
Sean pernah mengalami nasib buruk ditinggal wanita yang sangat ia cintai, sayangnya Sean tidak bisa membaca siapa Vita. Vita adalah wanita yang hampir sama dengan kekasihnya dulu, bedanya Vita lebih pandai berpura-pura, dibanding mantan kekasihnya yang terang-terangan meninggalkan Sean, demi pria kaya.
Brian terdiam, ia tidak ingin mengatakan apapun saat ini, Brian akan melakukan penyelidikan terhadap Vita lebih dulu.
"Baiklah jika pilihanmu sudah bulat, kita akan segera mempersiapkan segalanya, mari kita lanjutkan obrolan ini sambil makan malam!" ajak Brian.
Mereka pun pergi menuju Ruang makan, Vita berusaha bersikap manis untuk mengambil hati calon mertuanya. Brian tersenyum sinis, ia sudah hapal tingkah polah wanita seperti Vita.
Apalagi Lidya, ia memang sudah tidak suka melihat penampilan Vita, tapi Lidya tidak ingin menunjukkannya, Lidya berusaha bersikap baik pada wanita pilihan anaknya.
***
"Tuan, Ini data pribadi gadis yang anda minta!" Orang kepercayaan Brian memberikan dokumen pribadi Vita.
Brian tersenyum kecil membaca informasi yang didapat anak buahnya, Vita bukan gadis yang cocok untuk dijadikan sebagai menantu.
"Kita tunjukkan semua ini pada Sean!" seru Lidya.
Brian menggelengkan kepala. "Jika kita terus ikut campur membantunya, dia tidak akan belajar tentang hidup ini, jadi biarkan dia mengetahui dengan sendiri, agar dia bisa menjadikan ini sebagai pelajaran untuknya."
"Jadi apa yang harus kita lakukan? Sean pasti akan mendesak kita untuk melamar gadis itu?" desah Lidya bingung.
"Aku punya rencana!" Brian menyeringai lalu membisikkan sesuatu ke telinga istrinya.
***
"Lun aku jemput Rio dulu ya!" Rara berdiri dari kursi kerjanya.
"Iya hati-hati!" sahut Luna yang terus fokus pada desain gaunnya.
Rara meraih tasnya, ia pun keluar dari ruang kerjanya.
"Pak Damar! Mengapa tidak memberitahu mau datang?" tanya Rara, ia berpapasan dengan Damar saat hendak keluar dari kantornya. Rara pun melanjutkan. "Pak Damar silahkan temui Luna, saya harus menjemput Rio ke sekolah!"
"Oh ... Bukan! Saya ke sini bukan untuk membahas pekerjaan, tapi untuk menemui bu Rara!" sahut Damar.
Rara mengkerutkan dahinya. "Ada apa?"
"Kalau Kamu tidak keberatan, aku ingin mengajakmu makan siang," jawab Damar cepat.
Aku! Kamu! Damar bicara tidak seformal biasanya, karena kali ini Damar ingin membuat hubungannya dengan Rara menjadi lebih cair, bukan sekedar rekan bisnis, kedatangan Damar memang dengan tekad untuk menjadikan Rara sebagai ibu dari anaknya.
Rara juga tak habis pikir, mengapa Damar tiba-tiba mengajaknya makan siang. Bagi Rara kedekatannya dengan Damar hanya sebatas pekerjaan.
"Waah ... maaf sekali Pak! Tapi saya harus menjemput Rio."
"Kamu tenang saja, aku sudah menyuruh orang untuk menjemput anak-anak kita. Maksudku Rio dan Diana, mereka akan di antar ke apartemenmu," ujar Damar.
Rara tersenyum kikuk, ia tak terbiasa dengan bahasa aku, kamu, yang keluar dari mulut Damar. Apalagi Damar sempat menyebut kata anak-anak kita. Tentu Rara bisa membaca gelagat aneh dari Damar.
"Bagaimana? Mau makan siang denganku?" Damar menyadarkan Rara yang terbawa pikirannya sendiri.
"Oh ... iya, mari!" ucap Rara dengan sedikit terbata.
'Mungkin Damar akan mebahas bisnis baru,' pikir Rara.
Damar pun tersenyum senang karena ajakannya diterima, mereka pun meninggalkan kantor Paradise Fashion menuju sebuah restoran.
Setelah memesan makanan yang diinginkan, mereka pun tinggal menunggu pesanannya datang.
Damar terlihat gugup, ia seperti kehilangan kharismanya saat ini.
"Pak Damar kenapa?" tanya Rara heran.
"Ti-tidak ... kenapa-kenapa!" sahut Damar, ia mencoba mengatur napas untuk menghilangkan kegugupannya.
Damar mengambil sebuah kotak kecil dari saku jas-nya, kotak tersebut berisi cincin, hari ini dia akan melamar Rara.
Bersambung.
Terus dukung Author ya, bantu like, vote dan komen.
Terima kasih!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Juan Sastra
damar ggak asyik banget,, terlalu tergesa gesa dan terlalu to the poin
2023-05-24
0
Berlyan Syana
kalau terlambat rara bakal nerima lamara damar🤣🤣🤣
2022-11-21
0
🌺°. PC • FII .°🌺
sih Vita menjijihkan ..
Sean juga GX bisa bedain manayang baik Mana yang pura pura baik...
nanti klo Vita sudah dapat Sean,, pasti nanti
Sean di hempass , di tinggalkan lagi , di selingkuin ..
klo itu trjadi satu kata buat Sean syukuriin...
🤣🤣🤣🙄🙄🙄
2022-10-27
1