Wanita tersebut menyambut kedatangan Rara dengan senyum sinis. "Kamu nggak perlu khawatir, aku nggak lama kok. Cuma mau ambil pakaianku aja."
Wanita ini bernama Vita, ia tak lain adalah adik sepupu Rara, Wanita yang kemarin tertangkap basah sedang ***-*** bersama kekasih Rara, mantan lebih tepatnya. Selama ini Vita menumpang tinggal di apartemen milik Rara, sungguh tidak tahu di untung, semua kebaikan Rara di balas sepupunya itu dengan pengkhiatan yang sadis.
Andai mampu melihat sisi baiknya, Rara patut bersukur, karena kejadian kemarin sudah membongkar kebusukan sepupunya itu, dan juga kubusukan pria bajingan yang selama ini dipuja-puja oleh Rara.
Tapi Rara juga adalah wanita seperti pada umumnya, yang lebih mengedepankan perasaan ketimbang logika, dikhianati dua orang terdekat sekaligus, tentu sangatlah menyakitkan untuk seorang Rara.
Rara kini benar-benar benci dan merasa jijik melihat adik sepupunya itu. "Tunggu di sini, jangan masuk ke apartemenku. Aku tidak sudi, pengkhianat sepetimu menginjakkan kaki di apartemenku lagi."
"Cihh, jangan kepedean deh, siapa juga yang masih mau tinggal di apartemen kamu ini. Asal kamu tahu, sekarang ini, aku sudah tinggal di apartemen yang jauh lebih mewah, apartemen pacar kamu itu! Eh, salah! Maksudnya mantan kamu yang sekarang berpindah tangan ke aku. Kedatanganku ke sini, cuma mau ambil barang-barangku, cuma itu aja," ujar Vita dengan nada yang sangat mengesalkan untuk didengar. "Eh, bentar ... bentar! pengkhianat kamu bilang?"
"Tentu saja pengkhianat, memangnya ada kata yang lebih tepat, selain pengkhianat?" Rara mulai tersulut emosinya, ucapan Vita yang terdengar sangat menusuk di telinga Rara.
"Rara ... Rara ...." Adik sepupunya itu menggeleng, dengan mimik wajah mencemo'oh. "Sungguh tidak sadar diri, kok malah menyalahkan orang lain, sih. aku rasa kamu harus membeli cermin yang lebih besar lagi, deh. Agar kamu sadar ... mengapa pacarmu itu berpaling? Kamu harus lebih sering bercermin, Rara! Supaya kamu sadar, bahwa kamu itu, tidak ada apa-apanya dibandingkan aku. Coba Lihat! Soal wajah, aku lebih cantik, soal body apa lagi, tentu saja aku lebih sexy." ujar Vita, disusul tawanya yang terdengar sangat menyakitkan bagi Rara.
Rara hanya diam dan berusaha meredam amarah, meskipun sebenarnya perkataan Vita sudah sangat menguras emosinya.
"Jangan tanya soal servis di ranjang! Jelas, aku menang segalanya. Aku bisa memenuhi semua keinginananya, mau gaya apa aja, aku bisa, aku selalu membuatnya bertekuk lutut di ranjang. Sedangkan kamu bisa apa? Gadis yang sok suci! Sok-sok'an nolak diajak making love. Padahal, belum tentu juga benaran suci. Jangan-jangan, cuma topeng aja," celoteh Vita, yang tidak merasa malu membanggakan perbuatannya.
Oh ... Tuhan, iblis macam apa wanita ini, yang dengan lantang membanggakan perbuatan kotornya, ditambah lagi ia merendahkan Rara. Apakah pantas ia berucap seperti itu kepada Rara? Jangan lupakan, Rara adalah tempat Vita menumpang selama tinggal di Italia.
Selama menumpang di apartemen Rara, Vita selalu membuatnya susah, jangan kan untuk membantu Rara membersihkan apartemen, Vita selalu bersikap seolah ia adalah ratu, dan Rara adalah pelayannya. Tapi Rara selalu sabar. Sebagai kakak, Rara merasa, mengalah kepada adik adalah hal wajar. Selama ini Rara memang selalu memanjakan Vita, karena Rara tidak mempunyai adik ataupun kakak. Rara adalah anak tunggal.
Pernah sekali Rara benar-benar marah. Saat itu Vita kedapatan membawa laki-laki untuk berbuat tidak senonoh di apartemennya, Rara sudah ingin mengusir Vita pada waktu itu, tapi Vita mengiba kepada Rara dan berjanji tidak mengulanginya lagi.
Sebagai kakak, Rara pun akhirnya luluh, ia memaafkan Vita, Rara berharap bisa mendidik Vita untuk jadi perempuan baik. Namun, kenyataannya Rara sedang memelihara ular berkepala dua, dan kini ular berbisa itu sudah menggigit pengasuhnya.
Wajah Rara sudah memerah menahan emosi, Rara menghela napas berat, perkataan Vita seolah mengandung racun yang membuat dadanya terasa sesak, dengan cepat Rara memasukkan pasword smart lock apartemen, lalu masuk dan meninggalkan Vita di luar.
Sebelum pergi kemarin, Rara memang sengaja mengubah pasword pintu apartemennya, itulah sebabnya Vita tidak bisa masuk ke dalam, dan terpaksa Vita harus menunggu Rara di luar.
Rara mengumpulkan semua barang milik Vita, lalu membawanya keluar.
"Ini semua barang-barang kamu, bawa jauh dari sini," Rara melemparkan barang-barang tersebut ke arah Vita.
Vita memungut barang-barang miliknya, bibir atasnya menyungingkan senyum culas, entah gadis macam apa yang selama ini di sayangi Rara seperti adik kandungnya ini, setelah selesai mengemasi barangnya, Vita berlalu meninggalkan apartemen Rara.
Setelah Vita pergi, Rara kembali masuk ke dalam apartemennya, ia menghempaskan tubuhnya di atasnya sofa, sesaat kemudian tangisan Rara kembali pecah. Sangat menyakitkan bagi Rara. Ia dikhianati dengan kejam dan dihina habis-habisan oleh orang selama ini begitu ia sayangi.
Rara sudah tidak tahan berlama-lama berada di italia, ia segera memesan tiket pesawat untuk pulang ke indonesia. Rara juga menghubungi Luna sahabatnya, Rara mempercayakan apartemen, termasuk kendaraannya kepada Luna, untuk dijual.
***
Pesawat yang di tumpangi Rara mendarat di jakarta, Sembari menunggu boarding untuk keberangkatan ke Manado, Rara pun menghubungi keluarga, untuk memberi kabar kepulangannya, sekalian agar ada yang menjemputnya, saat tiba di bandara nanti.
Tapi aneh, ponsel milik mamanya tidak aktif, Rara mencoba untuk menghubungi telpon rumahnya, tapi tidak ada jawaban. Terakhir Rara menghubungi nomor papanya berkali-kali. Terhubung, tapi tidak ada jawaban dari papanya.
Rara sangat heran, berkali-kali keluh-kesah keluar sendiri dari bibirnya. Bahkan saat pesawat yang ia tumpangi sudah landing di Manado, keadaan masih tetap sama. Akhirnya dengan terpaksa sembari menahan rasa kesal. Rara pulang dengan menggunakan taksi.
Taksi yang rara tumpangi tiba di depan rumahnya, supir taksi turun untuk membantu Rara mengeluarkan barang-barangnya. Rara membayar ongkos taksi, lalu menyeret barang bawaannya untuk masuk ke dalam rumah.
"Bibi mau ke mana?" tanya Rara heran, tepat saat ia akan membuka pintu rumah. Bi' Eni, asisten rumah tangga yang sudah puluhan tahun bekerja di rumahnya, keluar dari rumah tersebut, dengan membawa tas kecil yang berisi pakaiannya.
"Kamu sudah pulang, Non ...." Bi' Eni langsung memeluk Rara, di saat yang sama air mata mengalir deras di pipi perempuan setengah baya tersebut.
Meskipun hanya asisten rumah tangga, kedekatan Rara dan bi' Eni sudah sudah seperti ibu dan anak, bi' Eni sudah bekerja di rumah keluarga Rara sebelum ia lahir.
"Bibi, ada apa ini? Kenapa Bibi nangis?" tanya Rara yang benar-benar keheranan.
"Ceritanya nanti aja, Non! Di jalan, itu taksinya udah datang," kata bibi Eni terisak, ia membantu Rara memasukkan barang bawaanya ke rumah, setelah itu mereka segera masuk ke dalam taksi yang sudah menunggu mereka.
Bersambung.
Bantu like, vote, coment ya!
terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
himawatidewi satyawira
gaya kodok nyungsep hbs ditendang dr menara sutet bisa vit?
2024-04-09
0
Isti Qomah
sabar rara suatu saat km pasti akan mendapat kebahagiaan
2022-07-23
0
༺❀Kanͥຮaͣrͫaᖙha❀༻
tapi kamu lebih miskin
2022-07-16
0