Taksi yang mereka tumpangi melaju dengan kecepatan sedang.
"Sebenarnya apa yang terjadi, Bi?" tanya Rara begitu cemas. Rara tahu, sesuatu yang buruk memang sedang terjadi, meski ia belum dapat memastikan, musibah apa yang sedang dialami keluarganya.
"Bibi akan jelasin semuanya! Tapi, Non Rara harus kuat ya, Bibi nggak mau, terjadi hal buruk juga sama Non Rara," ucap bibi Eni dengan hati-hati.
Rara mengangguk dengan cepat, karena rasa penasaran sudah memuncak di pikirannya. "Bibi jelasin aja! Rara pasti kuat kok," ucapnya yakin.
"Tuan ... Non! Tuan selingkuh dengan Nyonya Maya," kata Bibi Eni pelan.
"Papa ... selingkuh?" Sulit bagi Rara untuk mempercayai pendengarannya sendiri, Rara yang sedari tadi sudah cemas, kini terhenyak mendengar penuturan asisten rumah tangganya.
"Nggak mungkin, Bi! Papa nggak mungkin selingkuhin mama." Rara menggeleng tidak percaya, apa lagi saat mendengar perempuan yang menjadi selingkuhan ayahnya, adalah bibi kandungnya sendiri.
Bibi Eni segera merangkul Rara ke dalam pelukannya. Ia tahu betul, putri majikannya itu pasti akan sangat terguncang mendengar berita ini. "Non Rara yang sabar ya, semuanya sudah terjadi, Non ...."
"Kapan kejadiannya, Bi?" tanya Rara ingin memastikan.
"Sekitar seminggu yang lalu Non ...," jawab bibi Eni pelan.
"Mengapa Bibi dan mama nggak ngasih tahu Rara?" Air mata Rara kini mengalir dengan sendirinya.
"Nyonya melarang bibi untuk mengabari Non Rara! Nyonya takut, Non Rara akan langsung pulang. Nyonya nggak mau wisudanya Nona Rara terganggu."
"Sekarang mama di mana?" isak Rara, perselingkuhan Papanya sudah membuat Rara begitu terguncang. Jangan sampai hal buruk juga terjadi pada mamanya, Rara tidak akan sanggup menahan ini semua.
Seumur hidup Rara tidak pernah membayangkan, kejadian buruk semacam ini akan menghampiri keluarganya, Rara menatap sendu ke arah bibi Eni, seakan memberi isyarat agar asisten rumah tangganya itu secepatnya memberitahu keberadaan mamanya, dan mengatakan bahwa mamanya sedang baik-baik saja.
Bibi Eni menghela napas berat, ia khawatir kondisi Rara akan memburuk, saat ia mengatakan yang sebenarnya, tapi mau tidak mau ia harus segera memberitahu Rara keadaan yang sebenarnya.
"Nyonya ... terkena serangan jantung, Non!" ucap bibi Eni pelan.
Deg ....
Bagai tersambar petir, Rara langsung terkulai lemas, saat mendengar perkataan bibi Eni, detik kemudian Rara pun jatuh pingsan. Ini membuat bibi Eni menjadi panik, bibi Eni meminta supir taksi untuk mempercepat laju mobilnya.
***
Rara siuman dari pingsannya, Rara menyadari saat ini ia sedang berada di ruang rawat sebuah rumah sakit, Rara melihat keadaan sekitar ruangan, ia tidak menemukan keberadaan bibi Eni.
Rara turun dari brankarnya, ia keluar dari ruangan tersebut, untuk mencari keberadaan bibi Eni.
"Permisi, Suster!" Begitu keluar dari ruang rawat tersebut, Rara berpapasan dengan seorang perawat. "Apa suster tahu, siapa yang membawa saya ke sini?"
"Oh ... tadi ada seorang ibu-ibu yang membawa Nona ke sini, sekarang ibu itu ada di lantai tiga, ia sedang menunggu keluarganya yang sedang dioperasi," jawab perawat tersebut.
"Terima kasih suster!" ucap Rara dengan perasaan tak menentu.
Ia segera berlari menuju lantai tiga rumah sakit tersebut. Rara sangat yakin, orang dimaksud suster tersebut adalah mamanya.
Rara sampai di lantai tiga, ia melihat bibi Eni sedang menunggu di depan ruang operasi. Rara duduk di samping bibi Eni.
Bi' Eni segera merangkul Rara ke dalam pelukannya. "Nyonya sedang dioperasi, Non! Kamu yang sabar ya, Non! Kita sama-sama berdo'a untuk kesembuhan nyonya."
Rara mengangguk, tangisnya kembali pecah saat itu juga. Rara memang merasa sangat nyaman bersama asisten rumah tangganya itu. Setelah puas meluapkan tangis, yang membuat sesak di dadanya sedikit berkurang, Rara pun melepaskan pelukan bibi Eni.
"Rara mau menemui papa." ucap Rara tersedu.
"Tapi, Non ...." Bibi Eni mencoba menahan Rara, ia khawatir Rara akan kenapa-kenapa.
Bibi Eni menyaksikan dengan mata kepala sendiri kekejaman Maya kepada kakaknya, tepat di saat nyonya Maira memergoki perselingkuhan mereka.
Sementara itu tuan Dion, bukannya berusaha meminta maaf dan menenangkan istrinya, Tuan Dion malah memperlakukan istrinya dengan tidak manusiawi, yang membuat nyonya Maira berakhir di rumah sakit akibat serangan jantung.
"Nggak apa-apa kok, Bi! Rara bisa jaga diri, Rara nggak bisa berdiam diri di sini, Bik! Wanita iblis itu sudah membuat mama Rara masuk rumah sakit, dia harus bertanggung jawab, Bik!" ucap Rara terisak.
Detik selanjutnya Rara sudah berjalan menjauh, suasana hati dan pikirannya sangat kacau. Marah, benci, dendam dan kesedihan melebur menjadi satu di dalam dirinya.
Bibi Eni hanya bisa menatap nanar kepergian Rara, ia tahu betul. Maya si wanita iblis itu tidak akan memiliki rasa kasihan, dan tidak akan sungkan mencelakai Rara. Tapi sepertinya tekad dari putri majikannya itu sudah tidak bisa ditahan lagi, melalui tatapan sendunya bi Eni mendoakan semoga tidak terjadi hal buruk pada putri majikannya itu.
***
Rara tiba di rumah Maya tantenya, dengan langkah cepat dan hati yang terbakar amarah, ia memasuki rumah tersebut. Maya sedang menononton televisi, ia menoleh saat mendengar derap langkah mendekat ke arahnya.
"Mau apa kau kemari?" Maya menepiskan senyum sinis melihat kedatangan Rara.
"Tentu saja untuk menghukum wanita iblis yang sudah menghancur rumah tangga kakaknya sendiri." Terlihat kilatan api amarah di mata Rara, ia terus maju mendekati Maya, di saat jarak mereka sudah dekat, sebuah tamparan pun di-ayunkan Rara sekuat tenaga.
Tangan kiri Maya dengan sigap menangkap lengan Rara yang ingin menamparnya, kemudian tangan kanannya melayangkan tamparan yang tak sempat ditepis Rara.
"Plaakk ...." Telapak tangan Maya mendarat sempurna di pipi Rara, hingga meninggalkan jejak tepalak tangannya di pipi gadis tersebut.
"Ahhhww ...." Rara meringis merasakan perih di pipi kirinya. Airmata mulai tampak mengenang di sekitar bola mata Rara.
"Anak sialan, berani kau ingin menamparku," desis Maya, sebelah alis matanya terangkat tinggi-tinggi.
"Salahkan mamamu yang penyakitan itu, ia tidak bisa memberikan kepuasan kepada papamu. Jadi wajar saja jika papamu mencari kesenangan, harusnya kau bersukur, karena papamu tidak perlu repot-repot mencari kepuasan di luar. Karena aku sudah bersedia memenuhi kebutuhannya," sinis Maya yang disusul tawa keji dari mulutnya.
"Jangan hina mamaku, perempuan sialan," geram Rara sembari menjambak Rambut Maya, lalu mendorong perempuan durjana itu sekuat tenaga, hingga kepalanya membentur sudut meja.
Maya mengerang kesakitan, dari keningnya mengalir darah segar akibat terbentur meja, dari mulutnya keluar sumpah serapah kasar, seisi kebun binatang pun keluar satu persatu dari mulutnya. Rara semakin emosi mendengar cacian Maya. Ia langsung mendekat, untuk memberikan pelajaran selanjutnya kepada perempuan iblis, yang sudah membuat kacau keluarganya, dan juga mengakibatkan mamanya masuk rumah sakit.
"Rara ... apa yang kau lakukan?" hardik Tuan Dion, sembari setengah berlari menghampiri putrinya.
Bersambung.
Terima kasih sudah membaca.
Jangan lupa like, koment dan star votenya ya!
Happy reading.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Juan Sastra
oowh vita belajar dari ibunya melakori suami dan kekasih saudara sendiri,,yahh karwna selain dari mereka berdua semua pria di muka bumi pada ggak mau mwnjadikan 2 wanita lakor itu swbagai istri ,,jadi hanya ayah dan kekasih rara lah yg mau.
2023-05-23
0
Berlyan Syana
pelakor dimana-mana sama mencari pembenaran atas sikapnya
2022-11-21
1
♥️Adnan Amzari♥️
benci banget aq sama pelakor begini.... jd flashback ke kehidupan aq yg nyata 😭
2022-07-23
1