Sean memesan minumannya kepada bar tender, yang ia pikirkan saat ini hanya satu, yaitu menikmati one night stand bersama wanita patah hati yang ada di sebelahnya.
Meskipun Rara belum menceritakan apa-apa kepada Sean. Namun Sean sangat yakin dengan feeling'nya. Ya, melihat kondisi Rara terus meneguk gelas demi gelas minuman, tanpa mempedulikan kondisinya yang sudah mabuk, tentu dapat dipastikan bahwa ia sedang memiliki masalah dengan hati.
Mungkin bisa saja masalah keluarga, pekerjaan atau semacamnya. Tapi Sean tidak peduli, jika ternyata nanti tebakannya itu salah.
"Mengapa di dunia ini masih ada pria bodoh, yang mau meninggalkan wanita secantik kamu ...," ucap Sean seraya menyesap minuman yang baru saja diberikan bar tender.
Rara menyipitkan matanya sembari tersenyum heran, Rara menopang dagu dengan sebelah tangan, matanya menatap Sean penuh telisik. "Kau seorang peramal?"
Sean menaikkan alis matanya sebelah yang diiringi senyum tipis. "Kamu percaya peramal? Aku hanya menebak, karena hanya wanita yang sedang patah hati, yang mau meminum anggur, sebanyak dirimu."
"Kamu pintar menebak, tapi tebakanmu tidak sepenuhnya benar," ujar Rara.
"Di bagian yang mana?" tanya Sean, matanya menyorot jauh ke dalam mata bulat berwarna coklat milik Rara yang begitu indah.
Rara membalas tatapan Sean penuh rasa, Rara seperti terhipnotis oleh mata biru milik Sean, entah karena efek patah hati, atau mungkin hanyalah efek dari alkohol yang ia minum. Namun, malam ini Rara begitu mudah terbuai oleh lelaki asing kini duduk di depannya. "Dia tidak bodoh, dia meninggalkanku karena memilih wanita yang lebih muda dan tentunya lebih cantik dariku."
"Pilihan yang bodoh pastinya, dia pasti sudah membuang berlian, dan mengantinya dengan perunggu." Jemari sean mulai membelai wajah Rara, lalu berhenti di tepat di bibir indah milik Rara.
Seperti benar-benar terhipnotis, Rara membiarkan dirinya terhanyut, entah bagaimana mulanya, kini bibir mereka sudah saling berpaut, ciuman itu semakin menuntut, Rara merasa seperti ada sengatan listrik yang kini mengalir di tubuhnya.
Saat kecupan panas itu terlepas. Rara pun berusaha mengatur napasnya. "Kamu pandai merayu, dan juga sangat pandai memulai, benar-benar sebuah tuntutan profesi."
Sean mengernyitkan dahinya, ia tidak mengerti, sebisa mungkin ia mencoba untuk mencerna maksud dari ucapan Rara.
"Temani aku malam ini! Aku akan memberikan seribu euro untukmu," Rara turun dari bar stool dengan tubuh sempoyongan, untung saja Sean dengan cepat menangkap tubuh Rara. Jika tidak, Rara mungkin akan tersadar sesaat dari mabuknya, karena lututnya akan mencium lantai.
'Sial, wanita ini berpikir aku adalah lelaki bayaran,' umpat Sean kesal, tapi terbesit senyum kemenangan di bibirnya. Malam ini ia sukses lagi membuat wanita yang sedang patah hati menjadi mainannya.
Di lantai bawah ada sebuah hotel, yang juga merupakan bagian dari night club, mereka pun sepakat untuk cek in di hotel tersebut.
Sean memapah Rara masuk ke kamar hotel, Sean menuntun Rara dengan susah payah, Rara sudah mabuk berat, ia merasa kepalanya berputar-putar, sedangkan keadaan Sean juga tak jauh berbeda dengan Rara.
Sean merebahkan tubuh Rara di atas kasur, sesaat kemudian ia mulai mencium wajah Rara, dimulai dari kening, mata, pipi, lalu berlabuh di bibir sensual milik Rara.
Kedua bibir itu saling berpaut, manisnya bibir Rara membuat Sean semakin terbakar gairah, Sean melepaskan pautan bibir mereka, ia dengan cekatan melepaskan pakaian yang menempel di tubuhnya, begitu juga dengan Rara, ia pun melakukan hal yang sama pada dirinya.
Sean kembali mendekatkan bibirnya ke arah bibir Rara yang merekah indah, dua bibir itu kembali saling mengecup. Sean merasa hasratnya sudah tak tertahan, ia pun segera melakukan penyatuan.
'Shit ... gadis ini masih perawan,' umpat Sean dalam hati, Sean merasa ada batas yang menghalangi dorongannya, Sean melakukannya dengan sabar, sampai akhirnya ia berhasil menembus pembatas yang menghambat lajunya.
Karena sadar akan akan kondisi Rara yang belum sepenuhnya menerima dirinya, Sean pun melakukannya dengan perlahan, sehingga membuat Rara yang mulanya meringis kesakitan, kini mulai menikmati setiap gerakan Sean.
Rara mulai merasa nyaman, ia kini mengikuti irama dari gerakan Sean, deru napas mereka mulai saling bersahutan di dalam kamar tersebut.
Sean dan Rara sama-sama mengerang panjang, saat gelombang cinta itu mencapai puncak, Sean mengatur napasnya yang masih tersengal, ia merebahkan tubuhnya ke samping, tanpa melepaskan Rara dari pelukannya.
Sean mencium kening Rara, sementara tangannya mengusap lembut wajah cantik, gadis yang baru saja menyerahkan mahkotanya secara suka rela. Setelah sekian lama, ini adalah kali pertama Sean kembali memperlakukan wanita dengan lembut.
Mereka beristirahat sebentar, lalu memulai kembali adegan panasnya, mereka melewati malam panjang yang penuh cinta. Sampai akhirnya, mereka kelelahan lalu tertidur pulas.
Rara terbangun lebih awal, kepalanya masih terasa berat, ia mengerjapkan mata perlahan, alangkah terkejutnya Rara, ia mendapati seorang pria tengah tertidur lelap, di ranjang dan selimut yang sama dengannya. Apalagi tubuh mereka sama-sama polos dan hanya berbalut selimut saja.
Rara tertengun sejenak, dengan tangan memegangi bibir bawahnya, dengan cepat ia menyadari, apa yang sebenarnya terjadi tadi malam.
Rara segera turun dari tempat tidur, ia ingin ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya, ia melangkah perlahan, tubuh bagian bawahnya terasa perih, ditambah seperti ada yang mengganjal di bagian tersebut.
Setelah selesai membersihkan dirinya, Rara segera memungut pakaian yang berseleparan di lantai, lalu mengenakannya.
Mata Rara kini tertuju pada pria yang masih tertidur lelap di atas ranjang, sungguh wajah yang sangat indah untuk dikagumi, ingin rasanya Rara menyetuh wajah tampan, yang terlihat nyaman berada di alam mimpi tersebut, tapi ia menahannya, Rara tidak ingin membuat pria tersebut terbangun.
'Enak sekali hidupmu, bisa hidup hanya dengan mengandalkan tampang,' gumam Rara, ia membuka dompet lalu mengambil beberapa lembar uang berjumlah seribu euro, lalu meletakkannya di atas meja nakas, setelah itu ia pun bergegas meninggalkan kamar tersebut.
Sean terbangun dari tidurnya, ia segera turun dari tempat tidur, karena tidak melihat keberadaan wanita yang semalam bersamanya. Sean memeriksa kamar mandi, tapi tidak menemukan keberadaan wanita yang ia cari.
Sean kembali mendudukan dirinya di sudut ranjang, Sean tersenyum bangga saat melihat ada bercak darah, yang menodai tempat tidur mereka semalam. Namun, raut wajah Sean langsung berubah, saat melihat lembaran uang yang berada di atas meja nakas.
"Sial ... wanita itu benar-benar mengira aku ini lelaki bayaran!" umpat sean sembari memegangi kepalanya.
***
Rara kini sudah berada di mobilnya, ia segera melajukan mobilnya kembali ke apartemen.
Rara tiba di depan apartemen, matanya menatap tajam pada orang sedang menunggu tepat di pintu apartemennya.
"Mau apa kamu ke sini lagi?" tanya Rara, wajahnya menyiratkan aura tidak suka, dengan keberadaan orang tersebut.
Bersambung.
Haii kakak-kakak semua, selain di kolom review, boleh kritik dan saran di:
Ig @poel_story27.
Terima kasih sudah membaca.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Civiliza Quena
🤣🤣🤣 udah 3x aq baca ini...tetep seruuuu😃
2022-10-25
1
Elly Ezar
jadi ingat drama Thailand So wayree nih
2022-08-08
0
Tanti Yunita
mengapa karna patah hati lalu menghancurkan kesucian perempuan..
2022-07-26
1