Sayup terdengar suara adzan Subuh, membangunkan Dinda dari tidurnya yang baru sesaat. Dilihatnya sang suami masih sangat pulas di bawah selimut yang juga masih menutupi tubuhnya.
Diciumnya kening Adit sambil terus tersenyum, kemudian dengan perlahan dia menggeser tubuhnya ke tepi tempat tidur. Mengenakan pakaiannya lalu berjalan menuju kamar mandi.
Selesai mandi dan merapikan diri, dia membangunkan suaminya.
"Sayang, ayo bangun dulu.." bisiknya di telinga Adit.
Tidak susah ternyata membangunkan Adit. Perlahan dia membuka matanya dan melihat sang istri yang duduk di sampingnya.
"Kamu sudah mandi, sayang?" Menatap istrinya yang sudah berganti baju, tampak segar dan wangi, serta rambut yang masih setengah basah.
"Ya sudah, tunggu aku, aku mandi dulu.." Segera Adit bangkit dari posisi tidurnya, memakai pakaiannya dan bergegas ke kamar mandi.
Keluar dari kamar mandi, lalu memakai baju yang sudah disiapkan istri tercintanya, Adit berjalan menghampiri Dinda yang sudah menantinya di ruangan kecil di satu sudut kamar mereka. Kemudian mereka berdua melaksanakan kewajiban mereka secara berjamaah.
.
.
.
Dinda membuka pintu kamar bagian belakang sehingga sinar matahari pagi dan udara segarnya masuk ke dalam kamar.
Dia menghampiri Adit yang sudah kembali tidur memeluk guling. Terlihat sang suami masih sangat mengantuk.
"Sayang, aku tinggal ke dapur dulu, aku mau menyiapkan sarapan.." Pamitnya pelan pada sang suami lalu sekilas mencium pipinya.
Saat hendak berjalan menjauh dari tempat tidur, langkahnya terhenti karena tangannya ditahan oleh Adit yang ternyata mendengar ucapannya tadi.
"Tetaplah di sini bersamaku.." Adit menarik tangan istrinya hingga Dinda terjatuh tepat di atas tubuh suaminya.
Dinda yang terkejut segera menarik tubuhnya dari atas tubuh suaminya. Wajahnya memerah menahan malu.
Adit kembali menariknya lebih pelan.
"Temani aku di sini.." Dia sudah duduk di atas tempat tidur dengan bersandar ke belakang. Akhirnya Dinda menuruti saja kemauan suaminya. Dia duduk di samping Adit yang langsung menyambutnya dengan kecupan di keningnya, lalu memeluk tubuhnya.
Dinda yang sebenarnya juga masih merasa letih, menyandarkan kepalanya di dada Adit.
"Kamu pasti lelah sayang, jangan memaksakan diri untuk ke dapur. Istirahat saja.." pinta Adit dengan penuh perhatian.
"Baiklah, suamiku sayang.." Jawab Dinda singkat. Berada di pelukan Adit membuatnya merasakan kantuk lagi hingga dia pun mulai memejamkan matanya.
"Terima kasih untuk semalam, terima kasih sudah mau menerima dan melayaniku.." bisik Adit dengan mesra di telinga Dinda, lalu mencium ujung kepalanya dengan penuh cinta. Ucapannya tulus, mewakili perasaannya yang sangat bahagia pagi ini.
Dinda membuka matanya kembali saat mendengar bisikan Adit. Dia mengangkat kepalanya, melihat ke arah suaminya dan tersenyum.
"Sama-sama sayang, aku mencintaimu.."
Kembali beradu pandang dalam satu pelukan, membuat suasana menjadi hening.
Adit memberanikan diri untuk mendekatkan kepalanya ke wajah Dinda yang masih terus menatapnya.
Dan saat wajah mereka tak lagi berjarak, Adit mencium bibir Dinda dengan lembut dan pelan. Dinda pun bereaksi dengan membalas ciuman itu. Hingga akhirnya ciuman mereka berlangsung cukup lama dan semakin dalam, dan terus berulang tanpa henti..
.
.
.
Menjelang siang, Dinda mulai berkutat di dapur menyiapkan makanan. Menanak nasi, membuat sayur dan lauk kesukaan Adit, tak lupa buah kupas kegemaran sang suami.
Tidak butuh waktu lama bagi seorang Dinda untuk menyiapkan semua itu. Sejak kecil dia sudah terbiasa berada di dapur membantu sang bunda memasak. Hingga saat beranjak remaja dia sudah menguasai banyak resep masakan.
Saat semua telah terhidang di meja makan, tepat saat itulah Adit keluar dari kamar dan menghampiri istrinya yang masih membersihkan dapur.
Memeluknya dari belakang seperti kemarin, dengan wajah yang bersinar bahagia.
"Terima kasih, sudah memasak makanan untuk kita hari ini.." Ucapnya sambil mencium pipi istri kesayangannya. Lalu melepaskan pelukannya dan menarik tangan istrinya menuju meja makan.
Mereka pun kembali duduk berhadapan, menikmati makan pagi menjelang siang. Adit terlihat sangat lahap mencoba semua yang sudah disiapkan istrinya. Entah karena saking laparnya atau saking nikmatnya atau keduanya, bahkan dia sampai menambahkan nasi hingga dua kali ke piringnya.
Dinda yang melihatnya hanya tertawa kecil. "Sepertinya suamiku sangat kelaparan.." godanya pada sang suami yang masih sibuk dengan makanannya.
"Apa yang kita lakukan semalam dan pagi tadi, benar-benar menguras energiku, sayang.." Adit menatap istrinya sambil mengedipkan sebelah matanya, membuat Dinda tersipu malu hingga meronakan pipinya lagi.
"Kenapa dengan pipimu..?" Adit masih terus menggoda istrinya karena dia sangat menyukai wajah tersipu istrinya itu.
"Apakah ingin aku cium lagi?"
Spontan Dinda membulatkan matanya menatap tajam suaminya.
"No noo nooo...!! Segera selesaikan makanmu..!!" perintahnya sambil memasang muka judesnya yang justru membuat suaminya terkekeh..
"Siappp Nyonya Aditya yang saya cintai.."
Dan mereka berdua pun melanjutkan makan mereka dengan saling menatap dan melempar senyum.
.
.
.
Sore harinya, Adit dan Dinda sibuk membereskan koper yang akan mereka bawa untuk liburan.
Salah satu rekan bisnis terbaik papanya yang berasal dari Bali, memberikan hadiah pernikahan untuk mereka berdua berupa tiket dan akomodasi liburan tiga hari di Pulau Dewata.
Dan mereka akan berangkat besok pagi.
"Sayang, ini sajakah yang akan kita bawa?" Dinda menepuk-nepuk sebuah koper kecil berwarna merah di sampingnya.
"Kita kan cuma tiga hari di sana, sayang. Menginapnya juga dua malam saja.." Adit sudah membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur, sambil membuka banyak pesan yang masuk di ponselnya. Ada beberapa pesan dari asisten di kantor papanya, memberikan laporan kerja selama Adit tidak bisa menangani karena pernikahannya.
"Ok. Sudah siap semuanya..!" Dinda mengambil ponselnya dan ikut berbaring di samping suaminya.
Sama-sama sibuk membalas pesan di ponsel masing-masing, yang kebanyakan berisi ucapan selamat atas pernikahan mereka berdua.
Sebuah pesan baru masuk di ponsel Dinda.
"I love you.." Raut mukanya nampak terkejut saat membacanya, namun diam-diam dia segera mengirimkan balasan.. "I love you, too.."
"Ada waktu untukku..?" Pengirim yang sama mengirim pesan lagi. Dinda membalasnya.. "Untuk apa..?"
"Untuk menemaniku tentu saja.." Dinda langsung membalasnya lagi.. "Mau kamu apa..? Jangan berani macam-macam kamu..!"
"Aku cuma mau kamu, itu saja, tidak ada yang lain.." Dinda menggeser posisi tidurnya, menjauh dari Adit yang masih asik dengan ponselnya, lalu mengirimkan pesan balasan.. "Bagaimana kalau aku menolak..??"
"Aku akan mendatangimu, segera.." Pesan masih berlanjut dari seseorang itu. Dan Dinda mulai beranjak dari tidurnya, duduk agak menepi. Lalu cepat-cepat membalas pesan nekat itu.. "Jangan coba-coba..!"
"Aku menginginkanmu, aku akan datang.." Deeggg..!!! Jantung Dinda mulai berdegup kencang. Dia berusaha mengatur nafasnya sebisa mungkin agar tidak terlihat gugup. Diliriknya Adit, masih berbaring dan menatap layar ponsel di tangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
May nurwidya
wahh suami idaman bgt,,,
2020-09-26
1
Triana R
5 like untukmu kak, semangat
2020-09-16
1
ayyona
ini msh ga nih 😅
2020-08-09
1