Sebulan berlalu. Akhirnya hari ini aku mulai melangkahkan kakiku menuju ruang kelas untuk mengikuti kelas pertamaku sebagai mahasiswi baru di kampus idamanku ini. Setelah selama seminggu sebelumnya aku harus menjalani masa orientasi kampus.
Kali ini aku sudah tak lagi terlambat seperti kala ujian masuk dulu. Karena kini aku tinggal tak jauh dari kampusku. Ya, ayah memutuskan untuk menyewakan aku sebuah kost pribadi di dekat kampusku, agar aku tidak bolak-balik pulang ke rumah yang akan menghabiskan waktu sekitar tiga jam lebih untuk pulang dan pergi ke kampus.
Rumah kost yang kutempati berdiri sendiri-sendiri dengan total ada lima rumah serupa di satu lokasi yang berjarak beberapa meter antar rumah yang membentuk huruf U, dikelilingi oleh pagar kayu setinggi satu meter, dengan satu akses pintu utama untuk keluar dari lokasi.
Masing-masing jumlah penghuninya beragam. Ada yang ditinggali dua orang, tiga orang, empat orang, ada pula yang seorang diri sepertiku. Semuanya adalah mahasiswi di kampusku, tapi berbeda fakultas dan tingkatannya.
Rumah yang kutinggali sendiri berada di ujung kanan, di sebelah kiri pintu pagar utama, kalau dilihat dari arah luar lokasi.
.
.
.
Aku mengawali kegiatanku di hari pertamaku kuliah di kampus pagi ini. Aku sangat bahagia bisa kuliah di kampus favorit ini. Selain segudang prestasi yang dimiliki para mahasiswa dan juga para dosennya, kampus ini menjadi favorit lantaran tempatnya yang cukup strategis.
Walau letaknya sedikit menepi dari pusat kota yang hingar-bingar, namun suasananya sangat mendukung proses belajar mengajar. Area di luar maupun di dalam kampus yang masih asri dengan banyak pohon-pohon besar yang teduh. Udaranya relatif bersih dan segar apalagi di pagi hari.
Akses transportasi pun lengkap, taksi, angkutan umum, hingga ojek online pun bertebaran menjangkau kampusku.
Fasilitas umum pendukung pun tak kurang. Mulai dari klinik baik klinik kampus maupun klinik umum di luar kampus, supermarket, minimarket, spbu, bengkel dan banyak lagi, semua lengkap tersedia dan terjangkau.
Wedangan tradisional, warteg, cafe hingga resto plus live music pun siap memanjakan perut kami para mahasiswa. Semua bisa dijangkau dengan mudah, tak kurang dari jarak satu kilometer dari kampus maupun kost-kostan mahasiswa.
Tapi yang paling menarik buatku, tak lain tak bukan adalah wajah-wajah ganteng nan menawan para seniorku. Hahaa.., jelajah pikirku malah berkutat di situ.
Banyak sekali senior ganteng baik hati yang ku kenal setelah satu minggu masa orientasi kemarin. Sedikit berharap ada salah satu dari mereka yang bersedia menjadikanku kekasih hatinya. Lagi-lagi mimpiku di siang bolong ketinggian juga, hehee..
Yah,, setidaknya jika aku bisa kenal baik dan akrab dengan mereka, itu bisa membantuku beradaptasi lebih mudah di kampus. Terutama untuk masalah mata kuliah dan tugas-tugas yang akan kugeluti di sini..
Aku sudah punya banyak teman, bahkan satu-dua di antaranya menjadi sangat dekat dan akrab. Rinaya dan Elisa, keduanya kebetulan asli dari kota ini, sehingga memudahkan aku untuk lebih mengenal kota ini dan beradaptasi lebih cepat.
Aku merasa tidak terasing si sini, karena seluruh temanku sangat asyik orangnya. Meskipun berbeda asal dan kebiasaan, ada yang rame ada yang pendiam, ada yang kutu buku ada yang penganut paham copas is the best, ada yang sok cool ada yang konyol, tapi mereka semua menyenangkan.
Dan ya, satu lagi, cowok yang suka melemparkan senyum padaku saat ujian dulu, namanya Adit, Aditya Wibowo. Aku tau namanya saat dia mengisi acara penutupan masa orientasi kampus minggu lalu.
Sebelum acara berakhir, ada persembahan musik dari kelompok band mahasiswa baru.
Saat satu per satu personil band menuju panggung, samar aku mengenali satu wajah di atas sana. Ya, dia! Seketika saat itu juga aku jadi ingin minum orange juice gratisan lagi. Dasar otak gratisan..!
Saat itulah kesempatanku untuk memperhatikannya diam-diam dari tempat dudukku.
"Hmm.., oke juga ini cowok.." Gumamku di hati.
Wajahnya tenang, diam tanpa ekspresi. Tinggi proporsional dengan tubuh sedang dan cukup berotot, tak kecil pun tak terlalu berisi.
Saat pembawa acara memperkenalkan namanya, dia tetap tak bereaksi apapun. Tapi tiba-tiba, matanya menatap ke arahku yang juga sedang menatapnya sedari tadi. Dan dia tersenyum padaku, membuatku kaget bercampur malu.
"Duh, dia lagi. Kumat lagi deh hobi senyumnya padaku.." Batinku sambil mengalihkan pandanganku ke arah lain.
Tiga lagu selesai dibawakan, mereka turun dari panggung menuju tempat duduk masing-masing.
Kulihat Adit berjalan menuju ke arah belakangku, dan saat hampir sampai di tempatku, sejenak dia menghentikan langkahnya.
Dan rutinitasnya kembali terulang, memunculkan senyum kecil ke arahku, seraya melanjutkan langkahnya tanpa menunggu reaksiku, yang saat itu sebenarnya salah tingkah dengan kelakuannya.
Selama seminggu orientasi kemarin, aku memang tidak pernah melihat atau bertemu dengannya. Bahkan aku sudah lupa tentang dia sepertinya, kalau saja kami tidak bersitatap di bawah panggung kemarin itu.
.
.
.
Dan pagi ini adalah awal pertemananku dengan Adit. Hari ini adalah hari pertamaku melangkah masuk ke kelas pertamaku. Memasuki kelas untuk mata kuliah pertama, aku bertemu dan saling sapa dengan beberapa teman, yang sebelumnya sudah pernah ku lihat selama seminggu orientasi kemarin.
Sedikit basa-basi karena masih sana-sama baru di kampus, aku bergegas menuju sebuah bangku di baris tengah agak depan.
Sesaat menjelang sampai, baru sadar ku lihat bangku di sebelab kananku sudah diduduki oleh seorang mahasiswa.
Sekilas kulihat padanya, mencoba ingin menyapa sembari duduk dan menaruh tasku di belakang punggung.
"Ternyata dia lagi. Adit si cowok itu lagi, kami satu kelas..!" Ujarku dalam hati.
Masih sedikit terkejut, aku urungkan niatku untuk menyapanya.
"Pagi..." Dia malah menyapaku lebih dulu, dengan senyum di ujung bibirnya yang mulai aku hafali.
"Eh ya, pagi juga..." Balasku singkat dan merapikan posisi dudukku. Masih ada waktu sekitar lima belas menit sebelum kelas dimulai.
Aku mengeluarkan ponselku berniat membuka beberapa pesan yang masuk, dan menyetel volumenya ke mode getar saja, agar tak mengganggu saat kuliah berlangsung nanti.
Baru sejenak aku membuka beberapa pesan, tiba-tiba sebuah ponsel lain terulur di depanku, di samping ponsel yang kupegang.
"Boleh dibagi nomornya?"
Suara Adit terdengar pelan namun jelas, sembari mengulurkan ponselnya tadi.
Aku masih terkaget-kaget dan bingung harus bagaimana menjawab.
"Boleh..?" Belum selesai mengatur pikiranku, Adit kembali berucap, menunggu jawabanku.
"Aduh, aku harus gimana ini? Tolak halus atauu..."
"Hmm, kasih gak ya.." Aku masih mencoba berpikir.
Baru kali ini ada cowok yang baru ku kenal sepintas lalu, dengan lugasnya minta nomor ponselku.
"Kalau aku kasih nomorku, mungkin setiap hari aku bakal dapat orange juice gratisan nih..." Harap-harap pikirku konyol.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Mbah Edhok
sampai part ini ... awal alur cerita yg bagus ... terima kash jabarannya thor... masih tetap menyimak... aq paham...👍🙏
2021-06-25
0
Sept September
bommmmm likeee Kakak 😊
2020-09-07
1
yuliashafira14
Next
2020-08-12
1