Di meja makan di antara ruang tengah dan dapur, Firly, Chika, Tia, dan Surya sedang makan malam bersama. Sesekali Tia memandangi Chika dan Firly secara bergantian. Firly memiliki manik mata hitam, kulit putih, hidup sedang, memiliki lesung pipi dan memiliki rambut hitam panjang.
Ia juga melihat Chika yang memiliki manik mata hitam, kulit putih, hidung mancung, dan rambut panjang yang diwarnai dengan warna pirang.
Dari penampilan, Tia dapat membedakan perbedaan sifat kedua anaknya. Firly selalu memakai rok ataupun memakai dress selutut, sedangkan Chika selalu memakai celana jeans dan levis yang diberi sobekan di sana-sini.
"Chika, kalau nanti adek kamu nikah, kamu jangan pake baju kayak gini ya," kata Tia di tengah keheningan.
Firly dan Surya serentak menoleh pada Chika yang masih fokus makan.
"Kamu denger apa yang udah mamah bilang?" tanya Surya tegas.
Chika menarik nafas panjang, kemudain menghembuskannya. "Iya Pah, Mah. Chika denger, kok."
Tia dan Surya hanya menggelengkan kepala. Mereka tidak habis pikir dengan putri sulungnya itu. Mungkin kesalahan mereka juga yang membiarkan Chika besar dan tumbuh bersama neneknya tanpa sentuhan kasih sayang dari orang tua. Seharusnya Chika bisa seanggun Firly, namun karena pergaulan, ia menjadi gadis yang tidak feminim.
"Chika udah selesai makan. Chika mau ke kamar."
Chika berdiri dan meninggalkan piring kotornya di atas meja makan. Ia berjalan menuju kamar yang ada di samping ruang tengah. Chika sengaja memilih kamar di lantai bawah agar memudahkan dirinya untuk kabur. Dan malam ini, ia juga akan kabur lagi.
* * * *
Suara derung motor terdengar membuat jalanan menjadi bising. Banyak laki-laki dan perempuan yang nongkrong di pinggir jalan. Mereka memakai jaket dan celana levis, rambut diwarnai dan memiliki banyak tindik.
Seseorang yang mengendarai motor ninja datang ke lokasi itu. Riuh tepuk tangan dan sorak semua orang terdengar ketika orang itu turun dari motor. Salah satu dari mereka menghampiri orang tersebut.
"Udah dateng?" Rio berjabat tangan dengan orang itu.
"Mana jagoan lo? Dari kemarin lo terus bangga-banggain dia." Vino melipat tangan di depan dada.
Rio terkekeh. "Sabar dulu dong, Bro. Dia masih dalam perjalanan," jawab Rio dengan santai.
Tak lama kemudian. "Nah itu dia," kata Rio sambil menunjuk ke arah motor yang baru datang.
Pengemudi motor itu turun dari motornya dan melepas helm. Seketika semua pria di sana bersiul untuk wanita itu, terkecuali Vino. Vino belum bisa berkedip untuk beberapa saat. Ia sulit mempercayai ada gadis yang begitu cantik ikut balap liar.
"Hai, apa kabar?" sapa Rio ketika Chika sudah berada di hadapannya.
"Pastinya baik," jawab Chika santai.
"Nah, ini namanya Chika, jagoan gue. Dan Chika, ini Vino, orang yang berani taruhan 50 juta," kata Rio memperkenalkan Vino dan Chika.
Vino tersenyum lebar. "Enggak, gue ganti kesepakatan. Gue bakal tambah jadi 70 juta. Gimana?" Ia menatap Chika dan Rio secara bergantian.
"Pasti ada syaratnya," kata Chika sambil tersenyum sinis.
Vino tersenyum semakin lebar. Menurutnya, Chika itu sangat menarik. Dari gaya bicaranya, ia bisa langsung tahu sifat dari gadis itu.
"Kok lo tau?" tanya Vino pura-pura penasaran.
"Ya jelas tau lah. Udah banyak yang kayak gitu. Inget ya, gue di sini untuk balapan, bukan untuk yang lainnya," jawab Chika dengan ketus.
"Hahahah, gue suka gaya lo. Ok langsung aja dimulai."
Lima sepeda motor berjejer di belakang garis start. Diantara mereka ada Chika dan Vino. Chika adalah satu-satunya pembalap wanita di sana. Ketiga pembalap lainnya tentu sudah tahu kemampuan Chika, sehingga mereka tidak akan meremehkan gadis itu. Berbeda dengan Vino yang tak tahu menahu soal kemampuan Chika. Ia masih menganggap dirinya lah yang paling hebat.
Seorang gadis berambut coklat mengangkat sebuah bendera, dalam hitungan ketiga, bendera itu di kibaskan ke bawah. Bersamaan dengan itu, lima motor langsung melesat cepat.
Untuk putaran pertama Vino yang memegang posisi paling depan, sedangkan Chika masih berada di posisi ketiga. Vino tersenyum bangga karena dirinya yang berada jauh di depan.
Saat sedang membanggakan dirinya, tiba-tiba Chika menyalip pada tikungan ke kanan. Chika memberikan jari tengah pada Vino lalu kembali menancap gas. Vino tidak marah, ia malah tersenyum.
"Ternyata lo cewek yang menarik."
Vino kembali menambah kecepatan. Kini Vino dan Chika saling salip-menyalip. Persaingan sangat ketat hingga para penonton berteriak untuk menyemangati jagoan masing-masing.
Di lain tempat.
"Gini caranya aku bisa telat. Pake jalan pintas aja kali ya?" Alfan menggerutu pada saat jalanan macet.
Alfan memutar setir untuk memutar arah. Ia memilih untuk melewati jalan pintas. Walaupun jalan yang akan ia lewati terkenal sering jadi lintasan balap liar, namun ia tidak peduli. Yang terpenting ia dapat menghadiri rapat malam ini.
Mobil Alfan mulai memasuki kawasan itu. Dari kejauhan ia melihat keramaian. Banyak motor dan pemuda-pemudi yang sedang bersorak. Saat itu Alfan langsung yakin bahwa mereka sedang menonton balap liar.
Tak jauh dari mobilnya, ada dua motor berjenis sama melaju dengan sangat cepat. Buru-buru Alfan mengerem mobilnya untuk menghindari kecelakaan lalu lintas. Ia melihat motor ninja berwarna merah melaju dengan sangat cepat, dan akhirnya sampai lebih dulu di garis finish dibandingkan dengan motor yang berwarna hitam.
Saat sang pemenang turun dari motor dan melepaskan helmnya, Alfan langsung membelalakkan matanya. Ia tidak percaya dengan penglihatannya sendiri. "Chika?"
Ia melihat Chika berjabat tengan dengan beberapa orang di sana. Ia juga berpelukan dengan lawan mainnya tanpa ada rasa canggung sedikitpun.
"Aku gak salah lihat, kan? Itu Chika. Masa kerajaan dia kayak gini? Ini gak bisa dibiarin."
Alfan menginjak pedal gas dan melajukan mobilnya menuju kerumunan orang itu.
Chika menoleh ke belakang karena ada cahaya lampu yang menyoroti nya. Begitu mobil berhenti, turunlah sosok pria tampan menggunakan jas. Ia langsung berjalan menghampiri Chika.
"Jadi ini kelakuan kamu?" Alfan berkacak pinggang.
Semua pandangan tertuju pada Alfan dan Chika. Para wanita langsung berdecak kagum melihat ketampanan pria yang sedang berbicara dengan Chika. Bagaimana tidak, Alfan memiliki postur tubuh yang tinggi, dan tegap. Wajahnya pun sangat tampan. Mata, alis, hidung mancung, bibir, dagu dan rahangnya, semua berpadu dengan sempurna.
"Ngapain lo ada di sini?" tanya Chika ketus.
"Aku yang nanya, ngapain kamu di sini? Apa orang tua kamu tau kelakuan anaknya ini?" tanya Alfan tegas.
Chika berkacak pinggang dengan keangkuhannya. "Heh lo, bukan urusan lo gue mau ngapain. Mending lo cabut dari sini. Jangan rusak mood gue."
"Aku calon adik ipar kamu. Sebagai adik, aku harus jagain kakaknya. Sekarang ikut aku." Alfan menarik tangan Chika.
"Apaan sih lo? Lepasin tangan gue!" Chika berusaha menarik tangannya.
Seseorang menahan tangan Alfan yang sedang menarik Chika. Alfan menoleh pada orang itu.
"Lo gak denger apa yang dia bilang tadi? Dia minta lo lepasin tangan dia." Vino berdiri sambil memandang lurus pada mata Alfan.
"Apa hak kamu nahan aku? Kamu bukan anggota keluarga dari kami." Alfan bukan tipe laki-laki pecundang. Walupun ia tahu ia akan dikeroyok jika baku hantam dengan Vino, tapi ia tetap dengan keberaniannya. Alfan kembali menarik tangan Chika.
"Lepasin Chika," kata Vino dengan tegas.
"Gak akan," jawab Alfan dengan tegas pula.
Vino mengepalkan tangannya. Kemudian .... 'Bukk!' satu pukulan mendarat di wajah Alfan.
Alfan tidak tinggal diam, ia membalas pukulan itu. 'Bukk!' kali ini Vino yang tersungkur. Saat Alfan akan memukul lagi ....
"Stop!" Chika berteriak. "Ok gue pulang."
Chika membantu Vino berdiri. "Sorry, gue harus pulang."
Chika menarik tangan Alfan untuk masuk ke dalam mobil. Sebelum masuk, Chika berteriak pada Rio. "Lo anter motor gue ke tempat biasanya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
🎀 kocan girl 🎀
suka novel yg ceweknya bar bar keren
2021-03-01
1
Shakira Keyyila Zahra
ternyata cika pembalap ya?lanjut
2021-01-31
3