Bunda

Semua berjalan dengan cepat walau terkadang terasa lambat. Hari berganti bulan. Bulan berganti tahun. Saat ini anak yang dulu sering menangis ditengah malam sedang berdiri didepan cermin. Rambutnya tebal dan berhidung mancung seperti ayahnya. Mengenakan seragam dengan tulisan 'TK Sahabat Indonesia' dibaju bagian belakang.

"Bunda." sekarang anak tampan itu sudah fasih mengucapkan kata bunda.

Bilha mendekat dengan tangan memegang botol minum dan sekotak makanan untuk bekal. Lalu memasukkannya kedalam tas kecil milik Lintang.

Hari pertama Lintang masuk ke sekolah. Mobil sudah siap didepan rumah dengan seorang sopir dengan pakaian biasa. Tak terlalu formal. Itu permintaan dari Bilha.

"Ayo sayang. Kita berangkat ke sekolah." ajak Bilha.

Lintang mengangguk semangat. Lalu berlari mendekat ke arah Bilha. Tangan mereka saling mengait satu sama lain. Bilha sudah berjanji pada dirinya sendiri, bahwa ia akan selalu menggenggam erat Lintang tanpa adanya sosok ayah. Bilha tidak pernah sama sekali terpikir untuk menikah lagi setelah perceraiannya dengan Malik. Walau sudah banyak pria mendaftar ingin menjadi ayah pengganti bagi Lintang. Namun, Bilha tetap dalam pendiriannya.

"Bunda apa sekolahnya jauh?" tanya Lintang dengan wajah imut. Mendongak memandang Bilha.

"Tidak terlalu. Kita kan naik mobil. Jadi lebih cepat. Ayo masuk." Bilha menjawab dengan senyum yang tak pernah surut didepan Lintang. Mengajak Lintang agar masuk ke dalam mobil.

Lintang masuk ke dalam mobil dengan bantuan Bilha. Mereka berdua duduk dikursi tengah. Tak lupa menutup pintu mobil.

"Sudah siap?" tanya pak sopir.

"Sudah pak. Ayo berangkat." jawab Lintang dengan semangat.

Pak sopir mengangguk setelah mendengar jawaban dari majikan kecilnya. Dengan segera pak sopir menancap gas. Menuju TK seperti alamat yang sudah Bilha berikan tadi pagi.

Tangan Bilha mengusap rambut lebat Lintang dengan lembut. Sepanjang perjalanan Lintang terus bertanya pada Bilha. Anak itu selalu aktif pada lingkungan sekitarnya. Dengan antusias Bilha pun menjawab pertanyaan dari Lintang.

Sepuluh menit diperjalanan akhirnya mobil berhenti tepat didepan gerbang. Banyak anak kecil bersama orangtuanya disana. Mengantar sang buah hati.

"Ayo sayang kita turun."

"Ayo."

Bilha dan Lintang turun dari mobil. Wajah ceria terlihat jelas ketika memandang Lintang. Taman kanak-kanak terlihat ramai. Jam baru menunjukkan pukul enam lebih empat puluh lima. Sebentar lagi semua anak akan masuk ke dalam kelasnya masing-masing. Termasuk Lintang.

"Bunda, nanti Lintang dapat teman baru disini?" tanya Lintang polos.

"Iya. Kamu lihat kan. Banyak banget teman kamu nanti. Jadi kamu harus semangat sekolah ya. Nanti bunda jemput kamu kalau udah selesai belajar. Sekarang bunda antar kamu sampai kelas." jawab Bilha.

Lintang berjalan menuju kelasnya bersama dengan Bilha. Para ibu-ibu tersenyum ramah ketika berpandangan atau berpapasan dengan Bilha. Hingga sampai dikelas, Bilha langsung mencium puncak kepala Lintang.

"Bunda..." panggil Lintang.

"Iya? Kenapa?" tanya Bilha. Menunduk melihat wajah anaknya.

"Bunda ngga bakal pergi kan?" Lintang justru bertanya balik. Ada rasa takut disana.

"Nanti kamu sama bu guru. Jangan takut. Bunda bakal jemput nanti ya. Teman-teman kamu juga pada masuk kelas. Mereka juga berani kok. Kenapa anak bunda ini ngga berani sendirian?" Bilha mencubit pipi gembul Lintang. Berusaha menjelaskan.

"Lintang berani." ucap Lintang dengan tegas. Tidak suka jika ada yang mengatakan ia tidak berani.

"Bagus. Kalau begitu bunda pergi dulu ya. Anak bunda pintar. Jangan nakal lho. Ayo salim dulu." seperti ibu-ibu yang lainnya Bilha mencium kening Lintang. Dan Lintang membalas dengan mencium tangan Bilha.

Lintang masuk ke dalam kelas ketika bel berbunyi. Sedang Bilha kembali ke dalam mobil setelah memastikan Lintang sudah masuk ke dalam kelas. Bilha menyuruh pak sopir untuk pergi ke restoran miliknya seperti biasa.

Restoran yang diberi nama Cleo itu sudah terkenal dikotanya. Bilha mempunyai tiga cabang dan satu restoran pusat. Waktu Lintang berumur tiga tahun, Bilha memilih untuk membuka usaha. Karena Bilha tidak enak pada Barra jika harus selalu menafkahi dirinya dan Lintang. Dengan uang tabungan akhirnya Bilha bisa membuka usaha seperti yang ia inginkan. Dimulai dari usaha kecil-kecilan hingga dapat menjadi restoran.

°

°

°

°

°

Segitu dulu ya. Kata Lintang jangan kebanyakan dulu. Takut tangan Author capek. Wkwkwk. Jangan lupa like dan vote ya. Makasih 😊

Terpopuler

Comments

Cut Nyak Dien

Cut Nyak Dien

lnjut

2021-02-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!