Rumah baru

Tiga hari sudah Bilha dirawat di rumah sakit. Dokter melakukan pengecekan sebelum kepulangan Bilha dan Lintang ke rumah. Pukul sembilan Bilha menggendong Lintang dan masuk ke dalam mobil milik Barra seusai pengecekan.

Dua tas berwarna hitam dijinjing Barra dari bangsal tempat adiknya menginap. Memasukkannya ke dalam bagasi mobil. Setelah itu Barra berjalan dan masuk ke dalam mobil menyusul Bilha dan Lintang.

"Hei anak ganteng. Kita pulang ya?" Barra sangat gemas dengan keponakannya itu. Sesekali Barra mencubit pipi gembul Lintang.

Memutar kunci mobil, Barra menginjak pedal gas. Keluar dari parkiran rumah sakit dan membelah jalan raya kota. Debu dan asap dari kendaraan terlihat jelas ditengah keraimana jalan.

Mobil terus berjalan melewati lampu merah dan beberapa belokan. Jalanan yang ramai tak dihiraukan oleh bayi mungil yang sekarang tidur didekapan Bilha. Merasa kehangatan dan kenyamanan disana.

"Mas Barra kita mau kemana? Bukannya mau pulang?" melihat mobil berjalan lurus membuat Bilha bertanya. Karena biasanya ia belok kanan. Masuk ke perumahan dimana rumahnya berada.

"Iya kita pulang." dengan santai Barra menjawab.

"Tapi kenapa lurus? Harusnya belok kanan kan? Apa mas Barra lupa?"

Barra terkekeh pelan. Gemas dengan raut wajah adiknya. Bilha belum tau kalau Barra membelikan rumah baru untuk dirinya dan juga Lintang.

"Cerewet banget si kamu. Habis lahiran jadi kaya gitu ya?" ledek Barra.

Bilha menepuk lengan Barra. Kesal dengan kakaknya yang mengalihkan pembicaraan. Daripada harus berdebat Bilha memilih untuk tidur.

Ada rasa sedih ketika memandang wajah adiknya. Masa lalu yang begitu menyakitkan bisa Barra rasakan ketika melihat guratan lelah disana. Tangannya terangkat. Membelai lembut wajah Bilha dengan senyum simpul ketika lampu berwarna merah. Berhenti.

"Bil, mas tau apa yang kamu rasakan selama ini. Asal kamu tau ini cara mas agar kamu bisa melupakan masa lalu yang begitu menyakitkan ketika diingat kembali. Semoga kamu mengerti." lirih Barra agar tidak didengar oleh Bilha.

Setengah jam perjalanan akhirnya sampai juga didepan rumah bercat abu-abu. Tampak lebih kecil dari rumah peninggalan kedua orangtua Barra dan Bilha. Ada kolam ikan berukuran sedang didepan rumah. Ada taman bunga dan juga rumput kecil menambah keasrian.

Bilha terbangun ketika mobil berhenti. Mengerjap untuk menyesuaikan cahaya yang masuk. Matanya mengedar ke sekeliling. Berbeda. Bukan di perumahan yang biasa ditinggali. Lalu dimana ia sekarang?

"Kamu udah bangun?" tanya Barra membuat Bilha menoleh.

"Ini rumah siapa kak?" bukannya menjawab Bilha justru balik bertanya.

Barra mendekat ke pintu sebelah setelah tadi ia turun dari mobil. Membuka pintu dan mengajak Bilha turun.

"Rumah baru buat kamu dan Lintang." ucap Barra ketika mereka masuk ke dalam gerbang. Berdiri didepan rumah dengan lantai dua.

Bilha tak berkedip. Masih belum percaya bahwa rumah yang ada didepannya saat ini adalah rumah untuk dirinya dan juga Lintang. Matanya menyisir depan rumah. Kolam ikan, taman bunga dan rerumputan yang selalu memanjakan mata. Sederhana namun penuh makna.

"Bagaimana? Kamu ngga suka ya? Rumah ini terlalu kecil?" Barra memberondong adiknya dengan pertanyaan. Membuat Bilha menggeleng.

"Ini rumah impian aku mas. Makasih ya. Oh ya, terus rumah punya ayah sama ibu gimana?"

Bilha mendongak. Menatap sang kakak yang jauh lebih tinggi darinya. Kilauan sinar matahari membuat wajah tampan itu bersinar. Layaknya matahari.

"Buat tinggal bibi sama paman. Kasian mereka rumah tinggalnya jauh. Kita pindah ke rumah ini. Lebih dekat sama kantor soalnya." jawab Barra.

Mendengar apa yang diucapkan kakaknya Bilha paham. Hati kakaknya itu tidak akan pernah berubah. Selalu membantu orang lain yang lebih membutuhkan.

"Setiap jumat sama minggu kita bakal berkunjung kesana. Cuman mengecek keadaan rumah. Sekalian ziarah ayah dan ibu." lanjut Barra.

Ide tersebut muncul begitu saja ketika Barra teringat dengan kedua orangtuanya. Lokasi pemakanan yang tak jauh dari perumahan memudahkan Barra dan Bilha berziarah ke makam ayah dan ibunya.

"Iya udah kalau begitu. Aku ngikut aja."

"Yuk masuk. Kasian Lintang kepanasan diluar." ajak Barra. Melangkah menuju teras rumah dan membuka pintu dengan kunci yang berada ditangannya.

°

°

°

°

°

Jangan lupa like dan vote ya. Bantu karya ini ya gaes. Makasih banget buat kalian.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!