5

Bumi masih enggan beranjak dari tempat tidurnya walaupun sinar matahari sudah menelisik ke dalam kamarnya. Sengaja sekali tadi pagi Laut membuka pintu beserta gorden kamar Bumi agar saat matahari terik seperti ini adiknya ini dapat bangun dengan sendirinya.

"Maafkan Kakak ya, Bumi. Bahkan kakak gak bisa berbuat apa-apa saat ada orang yang menghinamu." Pagi sebelum berangkat bekerja Laut melihat keadaan adiknya yang semalam tidur sambil membawa tangisan.

Kejadian semalam mungkin akan menjadi pengalaman tak terlupakan untuk Bumi. Dia ditampar oleh Rere karena telah berani memeluk Akash, calon suaminya. Sialnya, satupun di antara tujuh manusia itu tak ada yang berani membela Bumi. Termasuk Ayas.

"Jangan kegatelan, main peluk calon suami orang seenaknya. Lo nggak tahu dengan siapa berurusan?" Itulah kalimat yang keluar dari mulut Rere setelah mendaratkan tamparan keras di pipi Bumi. Bumi mengiba pada setiap pasang mata yang berada di sana. Nihil. Tidak ada yang berani membelanya. Bahkan Akash nya hanya menatapnya datar tanpa ekspresi. Bumi membawa tangisnya ke kamar. Sendirian.

Ayas kembali masuk ke kamar Bumi. Senyumnya terkulum saat melihat Bumi menggeliat di bawah selimutnya.

"Bangun, Sayang!"

Bumi membuka mata, lalu tersenyum.

"Ooh Mama. Kirain udah di surga soalnya ada bidadari nih. Biasanya tiap bangun adanya nenek sihir bawa sapu lidi. Tinggal dipakein topi pasti terbang tuh Nenek." Bumi terkekeh kecil mengingat kelakuan Uti jika membangunkannya selalu membawa sapu lidi.

"Bumi, Uti koq dikatain Nenek sihir?" Ayas merapikan rambut-rambut yang menutupi wajah Bumi.

"Iih Mama, siapa bilang aku ngatain Uti. Coba sekali lagi cerna kalimat Aku!"

Dan Ayas melakukannya, lalu tertawa. Benar tidak ada tuh Bumi bawa-bawa nama Uti dalam kalimatnya tadi.

"Ada Kak Ayesha di bawah tuh. Mau membicarakan kerjaan katanya," Ayas masih tidak percaya jika yang ada di hadapannya adalah Bumi Hansa.

Bumi langsung saja beranjak dari tempat tidur menggandeng tangan Ibu menemui Ayesha.

***

"Jadi langsung diterima nih, Kak?" Mata Bumi berbinar mendengar Ayesha menyuruhnya agar mulai bekerja besok.

"Kita udah dapet rekomendasi dari rumah sakit magang kamu dulu. Kinerja Kamu bagus." Ayesha meyakinkan.

"Nggak usah pakai hijab kan, Kak?" Jujur saja saat di rumah sakit dulu Bumi merasa risih karena harus mengenakan hijab saat bekerja.

"Aku juga nggak pake, Bumi."

Jawaban Ayesha lagi-lagi membuat mata Bumi berbinar.

Sebelumnya Bumi memang sudah mengirim surat lamaran pada Ayesha yang menjadi kepala perawat di salah satu rumah sakit di kota tempat mereka tinggal. Namun, tidak menyangka jika akan secepat ini diterima.

"Ini nggak ada nepotisme kan, Kak? Kakak nggak lagi nyogok Aku kan? Biar diterima jadi kakak ipar misalnya?" Bumi membisik horor ke telinga Ayesha dan membuat Ayesha langsung mencubit kedua pipi Bumi.

"Lupa ya selama ini suka rengek-rengek minta kuota buat nonton drakor? Siapa itu yang ngajarin kakak buat nyogok calon adek ipar ini?"

Bumi hanya cengengesan, merasa bersalah juga pernah beberapa kali meminta kuota pada Ayesha.

"Kakak suka drakor juga kan? Lihat penampilan Aku kakak jadi inget siapa?" Bumi meliukkan tubuhnya.

"Dokter Kang?" Tebak Ayesha.

"Selamat, Anda berhasil!" Bumi menyalami Ayesha bak pembawa acara sebuah kuis yang sedang memberi selamat pada peserta yang menang.

"Berhasil apa, nih?" Laut yang tiba-tiba masuk penuh dengan keringat sepertinya habis joging.

"Aku diterima doong di rumah sakit Kak Ayesha kerja." Bumi pintar sekali mengambil alasan.

"Mama mana?"

"Ke kamar, emang kenapa?" Bumi balik bertanya.

"Enggak, cuma mau....

Cup!

Laut mencium kening Ayesha tepat di hadapan adiknya yang langsung merasakan jiwa jomlonya meronta-ronta.

"Aku juga mau Kak!" Bumi berteriak memegangi dahinya. Langsung saja Laut pun mendaratkan kecupan singkat di dahi sang adik.

"Iiih nggak mau sama Kakak, maunya sama.... Kak Akash?" Bumi merasakan angin surga berhembus demi melihat Akash yang baru saja masuk dengan membawa air botol mineral di tangannya.

"Woy, pantesan hue ditinggal tauknya ada pacar lo di sini." Akash menendang bokong Laut pelan.

"Aah gila, lo nya aja yang lelet. Lari tiga puteran doang udah KO." Laut balas menonjok bahu Akash.

"Waah berani, Loe ya? Mentang-mentang udah naik jabatan!" Akash tersenyum tipis seraya melayangkan tinju ke perut Laut. Lalu terjadilah pergulatan khas anak kecil antara Laut dan Akash. Rasanya Bumi baru kemarin melihat mereka sering melakukan hal serupa. Kebiasaan masa kecil yang terbawa sampai besar ini lah yang menjadikan Akash dan Laut tak bisa terpisahkan.

Bumi dan Ayesha hanya tersenyum melihat pergulatan lelaki yang sudah beranjak dewasa itu.

"Iish, dikira udah berubah. Taunya masih aja bocah!" Bumi mencibir kelakuan keduanya.

"Bumi, tolongin Gue dong. Bumi Gue mati nih!"

Akash berteriak-teriak meminta pertolongan Bumi. Akash sudah kalah, Dia berhasil dijatuhkan oleh Laut. Akash tengkurap di atas lantai dengan kedua tangannya disilangkan di belakang punggung dan diduduki Laut.

"Iiih udah pada gede masih aja main berantem-beranteman." Bumi selalu jadi dewi penolong Akash saat kalah telak begini.

"Udah, Kak Laut. Awas, Aku kentutin nih!" Bumi masih dengan jurus andalannya jika mengancam Laut agar melepaskan tawanannya.

"Halah, mentang-mentang udah ada Bumi jadi ada yang nolongin. Udah mau Gue cungkil tuh ginjal sama usus dua belas jari. Pengen banget Gue kelitikin" Laut menoyor kepala Akash lalu melepas kunciannya pada tubuh sahabatnya itu. Akash menghela napas lega.

"Ayo, Kak. Aku bantuin bangun!" Bumi yang berdiri di hadapan Akas mengulurkan dua tangannya.

"Nggak usah, gue bisa sendiri!" Akash segera membalikkan badannya lalu duduk bersandar pada dinding. Dibukanya air mineral yang tadi terjatuh. Bukan untuk diminum melainkan untuk membasuh kepala hingga wajahnya. Bumi menelan susah payah air ludahnya. Kenapa harua berbuat sesuatu hal yang semakin membuat Bumi ingin memiliki, walau sekedar berharap.

"Kak, lantainya basah dong." Bumi berusaha menyembunyikan perasaannya.

"Lo keringin dong, dari tadi guna lo berdiri di sini buat apa?" Akash segera berdiri dan menyambar ranselnya yang entah sejak kapan tersimpan rapi di sofa panjang itu.

'Nggak bisa apa bilang makasih, gitu?' gumam Bumi seraya membalikkan badan hendak mencari kain pel.

"Gue mandi di kamar lo, ya?" Akash dengan sangat sengaja melempar Laut dengan botol bekas air mineral tadi lalu berlari-lari kecil menuju lantai atas. Namun baru beberapa anak tangga yang dia lewati, langkahnya terhenti dan berteriak tanpa membalikkan badan.

"Bumi, makasih. Nanti gue bayar!"

Ia segera kembali berlari tanpa menunggu jawaban Bumi yang sedang mengelap lantai basah tadi. Bumi menyimpulkan senyum tipis malu-malu.

Laut dan Ayesha hanya bersitatap. Bagaimana jadinya jika Rere melihat kejadian ini?.

.

.

Minta Like, Komen dan Votenya atuhlah 😭

Terpopuler

Comments

lisna

lisna

ko aneh ya 🤔malamnya ditampar besoknya biasa z ky ga ada apa apa..

2023-06-06

0

Adiba Shakila

Adiba Shakila

aku kesini karna baca Aa Attar 😁

2022-11-06

0

erenn_na

erenn_na

ohh, kisah cintaku 🤭🤭🤭😢

2022-10-26

0

lihat semua
Episodes
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
8 8
9 9
10 10
11 11
12 12
13 13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
21 21
22 22
23 23
24 24
25 25
26 26
27 27
28 28
29 29
30 30
31 31
32 32
33 33
34 34
35 35
36 36
37 37
38 38
39 39
40 40
41 41
42 42
43 43
44 44
45 45
46 46
47 47
48 48
49 49
50 50
51 51
52 52
53 53
54 54
55 55
56 56
57 57
58 58
59 59
60 60
61 61
62 62
63 63
64 64
65 65
66 66
67 67
68 68
69 69
70 70
71 71
72 72
73 73
74 74
75 75
76 76
77 77
78 78
79 79
80 80
81 81
82 82
83 83
84 84
85 85
86 Bukan Up
87 86
88 87
89 88
90 89
91 90
92 91
93 92
94 93
95 94
96 95
97 96
98 97
99 98
100 99
101 100
102 101
103 102
104 103
105 104
106 105
107 106
108 107
109 108
110 109
111 110
112 111
113 112
114 113
115 114
116 115
117 116
118 117
119 118
120 119
121 120
122 121
123 122
124 123
125 124
126 125
127 126
128 127
129 128
130 129
131 130
132 131
133 132
134 133
135 134
136 135
137 136
138 137
139 138
140 139
141 140
142 141
143 142
144 143
145 144
146 145
147 146
148 147
149 148
150 149
151 150
152 Ucapan Terima Kasih
153 151
154 152
155 Akhir Kiblat Cinta Bumi
156 Langit Untuk Ara
157 Ara Sudah Terbit
158 Bonchap (Eps. yang hilang)
159 Karya Baru
160 Bonchap-episode yang Hilang
161 Novel Abang
162 Promo Novel Attar-Orin-Bintang
163 Draft
Episodes

Updated 163 Episodes

1
1
2
2
3
3
4
4
5
5
6
6
7
7
8
8
9
9
10
10
11
11
12
12
13
13
14
14
15
15
16
16
17
17
18
18
19
19
20
20
21
21
22
22
23
23
24
24
25
25
26
26
27
27
28
28
29
29
30
30
31
31
32
32
33
33
34
34
35
35
36
36
37
37
38
38
39
39
40
40
41
41
42
42
43
43
44
44
45
45
46
46
47
47
48
48
49
49
50
50
51
51
52
52
53
53
54
54
55
55
56
56
57
57
58
58
59
59
60
60
61
61
62
62
63
63
64
64
65
65
66
66
67
67
68
68
69
69
70
70
71
71
72
72
73
73
74
74
75
75
76
76
77
77
78
78
79
79
80
80
81
81
82
82
83
83
84
84
85
85
86
Bukan Up
87
86
88
87
89
88
90
89
91
90
92
91
93
92
94
93
95
94
96
95
97
96
98
97
99
98
100
99
101
100
102
101
103
102
104
103
105
104
106
105
107
106
108
107
109
108
110
109
111
110
112
111
113
112
114
113
115
114
116
115
117
116
118
117
119
118
120
119
121
120
122
121
123
122
124
123
125
124
126
125
127
126
128
127
129
128
130
129
131
130
132
131
133
132
134
133
135
134
136
135
137
136
138
137
139
138
140
139
141
140
142
141
143
142
144
143
145
144
146
145
147
146
148
147
149
148
150
149
151
150
152
Ucapan Terima Kasih
153
151
154
152
155
Akhir Kiblat Cinta Bumi
156
Langit Untuk Ara
157
Ara Sudah Terbit
158
Bonchap (Eps. yang hilang)
159
Karya Baru
160
Bonchap-episode yang Hilang
161
Novel Abang
162
Promo Novel Attar-Orin-Bintang
163
Draft

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!