3

Suara ketukkan pintu tak membuat Bumi berhenti memoles wajahnya. Rambut sebahu dengan poni tipisnya dia kucir kuda. Diraihnya kemeja putih di atas kasur lalu dia pakai tanpa mengancingkannya. Dia mematut dirinya. Celana pendek yang memperlihatkan paha hingga betisnya dipadu dengan tanktop dan kemeja putih yang tidak ia kancingkan terasa kurang. Bumi memicingkan mata dan membolak-balikkan tubuhnya sendiri di depan cermin.

Dia segera menggulung lengan kemejanya hingga memperlihatkan lengan kuning langsat bersih yang banyak ditumbuhi bulu halus. Sekali lagi mematut dirinya, bibirnya mengukir senyum tipis lalu tangannya membentuk fingerheart, "calangeo...."

Bumi segera menyambar tas ransel di meja rias dan membuka pintu kamarnya.

"Deeek, sekian lama kamu dandan hasilnya cuma gini?" Laut menatap penampilan adiknya dari ujung kaki hingga ujung rambut.

"Kenapa sih, kak? Sekian lama nggak ketemu bukan dibaik-baikkin malah dibentak-bentak!" Bumi melengos meninggalkan Laut dan mengibaskan tas ranselnya ke wajah sang Kakak.

"Sudah siap, Nak?" Ayas yang sedang duduk bersama mertua dan adik iparnya tersenyum lembut. Ada perasaan getir dalam hatinya melihat penampilan sang putri yang sudah sebesar ini tapi belum bisa menutup aurat.

"Sudah, dong. Mam." Bumi menghampiri Uti dan merangkul bahunya.

"Jangan sedih, ya! do'akan Bumi biar kerjanya lancar. Nanti Bumi belikan ponsel biar Uti juga tetep bisa nonton drakor."

Laut geram dengan perkataan Bumi dan langsung mengacak rambut adiknya itu.

"Orang tua diajak nonton drakor. Ajak tuh pengajian, kasih tasbih bukan ponsel!"

Bumi memutar bola mata dan melepas rangkulan di bahu uti.

"Tanya Uti, pilih tasbih apa ponsel buat nonton drakor?"

Uti yang senyum malu-malu menjawab pelan.

"Ponsel dong biar bisa terus liat oppa ganteng."

Bumi tersenyum penuh kemenangan dan menjulurkan lidahnya yang dibalas sentilan pelan di hidungnya oleh Laut. Ayas hanya tersenyum dengan terus menerus mengucap istighfar dalam hati. Anak gadisnya tumbuh menjadi sosok yang jauh dari dambaannya. Ayas tidak menyalahkan Bumi. Dirinya lah yang sepenuhnya salah. Menjauhkan Bumi dari hidupnya dan membiarkan Bumi menapaki jalannya sendiri.

"Jangan lupa sama paman ya, Bumi. Paman nggak ada teman maen ludo lagi nih jadinya," Yudis memasang wajah kecewa karena keponakannya yang sudah tinggal bersamanya selama tiga belas tahun itu akhirnya akan kembali diboyong oleh kakak iparnya ke Kota.

"Paman juga yang dipikirin malah maen ludo, nikah dong. Cari istri!" Laut sok menasihati pamannya.

"Siapa yang mau menikah sama pengangguran?" sergah Uti saat Yudis baru saja akan membuka mulut.

Bumi, Ayas dan Laut saling melirik lalu tersenyum. Ingin tertawa, tapi takut dosa.

"Tertawa aja tertawa, terus ejek aja ejek," Yudis menahan amarahnya yang mulai mendidih.

"Sudah, kita berangkat sekarang saja ya?" Ayas mengalihkan pembicaraan dan bergantian memandang Anak-anaknya meminta persetujuan. Bumi dan Laut mengangguk.

Uti kembali merajuk sebab, akan ditinggalkan oleh cucu kesayangan, yang menurutnya sangat satu server dengannya. Sama-sama girang jika melihat lelaki tampan.

"Ibu, maafkan Ayas ya. Tapi, Ayas juga sudah sangat merindukan kumpul kembali dengan Bumi. Terimakasih selama ini sudah merawat Bumi," Ayas meraih tangan uti lalu menciumnya khidmat seraya memberikan amplop putih tebal berisi beberapa lembar uang seratus ribuan.

"Digunakan sebaik-baiknya, ya. Insyaallah nanti Kami datang menengok Ibu," Ayas memeluk mertuanya. Raut sedih itu berubah sedikit ceria dan mengangguk takjub. Rambut pendeknya yang semakin memutih berkilau terkena pantulan matahari yang masuk lewat celah jendela yang dibuka.

Bumi pun ikut berpamitan bergantian memeluk Yudis dan Uti. Dari dalam mobil yang baru dibeli Laut beberapa waktu lalu, Bumi, Ayas dan Laut melambaikan tangan pada Yudis dan Uti yang saling merangkul melepas kepergian Mereka. Perasaan sedih menyeruak begitu saja di hati Bumi yang kini berusia 21 tahun itu. Bumi baru saja lulus kuliah keperawatan dan menyatakan keinginannya untuk kembali ke ibu kota dan bekerja di sana.

Biar bagaimanapun Bumi sangat bahagia pernah tinggal bersama Yudis dan Uti walau harus selalu menahan rindu pada Ayas dan Laut. Janji Laut akan sering berkunjung ternyata tidak benar. Mereka hanya berkunjung satu tahun sekali saat idul fitri.

Awalnya Bumi sering marah. Namun, Ayas menjelaskan jika ongkos pulang kampung itu tidaklah murah. Ditambah saat itu Laut masih bersekolah dan kuliah belum bisa membantu keuangan keluarga. Bumi bisa menerima alasan Ayas.

Saat berkuliah Bumi sebetulnya ingin melanjutkan di Ibu Kota. Namun, tidak tega meninggalkan Utinya yang berprofesi sebagai tukang urut balita yang kewalahan menerima pasien.

Mobil yang plat nomornya saja baru turun seminggu yang lalu itu pergi meninggalkan pelataran rumah Uti. Bumi membawa bersama kenangan manisnya dari sana. Bumi tidak pernah mendapatkan pendidikan agama dengan baik. Dia hanya mengaji sore di surau, itupun kalau dia mau.

Uti dan Yudis tidak pernah dengan tegas mengarahkan Bumi. Tentang salat saja, Bumi hanya melakukannya jika malam jum'at dan itupun hanya shalat magrib dilanjut membaca yasin bersama di surau. Yudis dan Uti sama saja, Mereka terlalu santai dengan ibadah.

Ayas dan Laut tidak sepenuhnya menyalahkan Bumi. Penyesalan bertubi-tubi datang dalam diri Ayas melihat anak gadisnya yang tumbuh dengan jalannya sendiri.

"Kakak sekarang udah jadi horang kayah ya?" Suara Bumi memecah keheningan dari dalam mobil.

"Menurut kamu?" Laut melirik Bumi yang berada di bangku penumpang sambil merebahkan diri lengkap dengan bantal dan guling yang dia peluk.

"Kayaknya lumayan kaya, ya?" Bumi menerka-nerka.

"Kalau kaya emang kenapa?" Laut mengernyitkan keningnya.

"Ya lumayan lah bisa minta duit terus buat jajan buat beli tiket konser oppa-oppa ganteng itu," Bumi menutup wajahnya dengan guling membayangkan sekelebat wajah-wajah tampan berdarah korea sedang berjingkrak di atas panggung lalu mengerlingkan mata dan membentuk fingerheart.

"Woy, bangun. Mimpimu kebangetan. Cewek-cewek korea bukannya lebih cantik?" Teriak Laut. Bumi terperanjat lalu duduk dengan tegap dan badannya sedikit bergeser ke arah kursi kemudi Laut.

"Kakak suka juga liat kekorea-korea an?"

"Cewekku yang suka, sampai Aku kadang dicuekkin!" Laut mencebikkan bibirnya jika mengingat kelakuan Ayesha yang sedang menonton drakor.

"Kak Ayesha juga suka drakor? Wuih asyiik. Udah mah cantik, mau masukkin aku kerja, satu server lagi. Aah udahlah cepetan sana halalin aja." Bumi mendorong bahu kakaknya dan kembali merebahkan diri dan bergelut dalam khayalannya bersama Oppa nya.

"Sudah, jangan ribut. Nyetir aja yang fokus. Bumi lebih baik tidur," Ayas mengingatkan kedua anaknya agar tenang tidak kembali berisik dan berbicara hal-hal tidak penting.

"Iya, Mam!" Kedua Kakak adik ini kompak menjawab. Suasana dalam mobil kembali hening tanpa percakapan. Ayas menyunggingkan senyum tipis. Rumahnya akan kembali ramai dengan adanya Bumi. Senang? tentu.

Terpopuler

Comments

kasacans5924

kasacans5924

weh thu thu sdh 13 thun kemudian

2024-04-06

0

Jumadin Adin

Jumadin Adin

kok bumi jauh dari agama sich

2023-02-28

0

erenn_na

erenn_na

baca lagi, kangen Bumi😘

2022-10-26

0

lihat semua
Episodes
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
8 8
9 9
10 10
11 11
12 12
13 13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
21 21
22 22
23 23
24 24
25 25
26 26
27 27
28 28
29 29
30 30
31 31
32 32
33 33
34 34
35 35
36 36
37 37
38 38
39 39
40 40
41 41
42 42
43 43
44 44
45 45
46 46
47 47
48 48
49 49
50 50
51 51
52 52
53 53
54 54
55 55
56 56
57 57
58 58
59 59
60 60
61 61
62 62
63 63
64 64
65 65
66 66
67 67
68 68
69 69
70 70
71 71
72 72
73 73
74 74
75 75
76 76
77 77
78 78
79 79
80 80
81 81
82 82
83 83
84 84
85 85
86 Bukan Up
87 86
88 87
89 88
90 89
91 90
92 91
93 92
94 93
95 94
96 95
97 96
98 97
99 98
100 99
101 100
102 101
103 102
104 103
105 104
106 105
107 106
108 107
109 108
110 109
111 110
112 111
113 112
114 113
115 114
116 115
117 116
118 117
119 118
120 119
121 120
122 121
123 122
124 123
125 124
126 125
127 126
128 127
129 128
130 129
131 130
132 131
133 132
134 133
135 134
136 135
137 136
138 137
139 138
140 139
141 140
142 141
143 142
144 143
145 144
146 145
147 146
148 147
149 148
150 149
151 150
152 Ucapan Terima Kasih
153 151
154 152
155 Akhir Kiblat Cinta Bumi
156 Langit Untuk Ara
157 Ara Sudah Terbit
158 Bonchap (Eps. yang hilang)
159 Karya Baru
160 Bonchap-episode yang Hilang
161 Novel Abang
162 Promo Novel Attar-Orin-Bintang
163 Draft
Episodes

Updated 163 Episodes

1
1
2
2
3
3
4
4
5
5
6
6
7
7
8
8
9
9
10
10
11
11
12
12
13
13
14
14
15
15
16
16
17
17
18
18
19
19
20
20
21
21
22
22
23
23
24
24
25
25
26
26
27
27
28
28
29
29
30
30
31
31
32
32
33
33
34
34
35
35
36
36
37
37
38
38
39
39
40
40
41
41
42
42
43
43
44
44
45
45
46
46
47
47
48
48
49
49
50
50
51
51
52
52
53
53
54
54
55
55
56
56
57
57
58
58
59
59
60
60
61
61
62
62
63
63
64
64
65
65
66
66
67
67
68
68
69
69
70
70
71
71
72
72
73
73
74
74
75
75
76
76
77
77
78
78
79
79
80
80
81
81
82
82
83
83
84
84
85
85
86
Bukan Up
87
86
88
87
89
88
90
89
91
90
92
91
93
92
94
93
95
94
96
95
97
96
98
97
99
98
100
99
101
100
102
101
103
102
104
103
105
104
106
105
107
106
108
107
109
108
110
109
111
110
112
111
113
112
114
113
115
114
116
115
117
116
118
117
119
118
120
119
121
120
122
121
123
122
124
123
125
124
126
125
127
126
128
127
129
128
130
129
131
130
132
131
133
132
134
133
135
134
136
135
137
136
138
137
139
138
140
139
141
140
142
141
143
142
144
143
145
144
146
145
147
146
148
147
149
148
150
149
151
150
152
Ucapan Terima Kasih
153
151
154
152
155
Akhir Kiblat Cinta Bumi
156
Langit Untuk Ara
157
Ara Sudah Terbit
158
Bonchap (Eps. yang hilang)
159
Karya Baru
160
Bonchap-episode yang Hilang
161
Novel Abang
162
Promo Novel Attar-Orin-Bintang
163
Draft

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!