2

"Kak, aku ikut main!" teriak gadis kecil berusia 8 tahun bernama Bumi. Dua orang anak lelaki berusia 12 tahun yang berdiri di pelataran mesjid besar menoleh ke arah Bumi yang berlari kecil ke arah mereka. Bumi tersenyum menampakkan dua gigi kelincinya yang lucu. Rambutnya dikepang dua dengan sedikit poni di bagian depan.

"Jangan ikut kami, Bumi. Pulang sana!" seru satu orang anak lelaki yang memiliki kulit kuning langsat seperti Bumi seraya mendorong bahu Bumi. Dialah Laut, kakak kandung Bumi.

"Kenapa Kakak bermain dengan kak Akash dan aku tidak boleh?" Bumi menampakkan wajah sedihnya.

"Karena Kamu perempuan. Perempuan itu cengeng!" timpal Akash, sahabat Laut yang tubuhnya lebih tinggi darinya.

"Aku tidak cengeng, Kak. Aku janji," Bumi memegang lengan Akash dan mengguncangnya.

"Jangan pegang-pegang tanganku, Angsa jelek! Ayo, Laut!" Akash menghentakkan lengannya agar terlepas dari pegangan Bumi.

"Pulanglah, Bumi! mama nanti mencarimu. Kamu harus berangkat ke rumah uti."

"Aku ikut main sebentar sebelum ke rumah uti, Kak. Kak Akash, ajak Aku main!" Bumi mengiba pada sosok anak lelaki yang memiliki perawakan tinggi itu.

"Langit dan Bumi tidak akan bisa sama, angsa jelek. Nama kita sudah menjelaskan bagaimana seharusnya posisi kita," Akash menjelaskan alasannya tidak mau mengajak Bumi bermain.

"Baiklah, Aku mengerti. Tapi, bolehkan kak Laut saja yang ikut denganku. kak Laut kan kakaknya Bumi!" Bumi kali ini menarik tangan Laut yang memasang wajah bingung.

"Tidak boleh, Laut itu temanku. Ayo Laut, Kita ganti baju dan belajar memanah lagi dengan Paman Badrun!" Akash menarik tangan Laut dan dia menurut saja.

"Pulanglah, temui mama. Carilah teman di rumah Uti!"

Akash dan Laut yang masih mengenakan koko dan sarung, benar-benar pergi meninggalkan Bumi yang mematung dengan mata berkaca-kaca.

Bumi Hansa, gadis yatim yang baru tujuh hari ditinggalkan ayahnya meninggal karena kecelakaan. Dia pulang ke rumahnya dengan langkah gontai setelah mendapat penolakan dari sang kakak dan juga Akash.

"Aku tahu kami miskin, tidak seharusnya kak Akash bicara seperti itu!" Bumi memegangi dadanya dan berlari membawa tangisan yang mulai pecah.

***

Bumi kembali pulang ke rumahnya dengan wajah murung. Sampai di rumah dia tidak segera masuk, melainkan duduk di bangku kayu di depan teras rumah. Bumi sudah tidak menangis lagi setelah pembicaraan tadi pagi dengan Laut.

Bumi tidak ingin membuat Ayas, sang mama juga sedih. Bumi menopang dagu dengan kedua tangannya. Kakinya yang tanpa alas digerakan-gerakan di atas ubin tanpa keramik sehingga mengeluarkan bunyi srek, srek.

"Kak Akash kenapa jadi jahat?" Bumi bicara pada diri sendiri. Bibirnya yang cemberut terlihat lucu. Gadis pemilik tubuh sintal itu sebenarnya sangat disayang oleh Akash sebelum kejadian ini.

Sifat Bumi yang periang, menyenangkan dan ramah membuat Akash selalu gemas dan ikut tertawa riang saat bermain dengannya. Bumi anak yang baik, penurut dan rendah hati. Sikapnya sama seperti namanya, memBumi.

Pintu dibuka oleh Ayas dari dalam. Ayas tersenyum melihat anak gadisnya yang sedang melamun.

"Loh, tidak jadi ikut main sama kakak-kakak?" tanya Ayas seraya berjongkok di hadapan Bumi. Bumi hanya menggeleng, dagunya masih ditopang.

"Kak Akash masih marah?" Ayas merapikan poni yang basah karena keringat. Bumi mengangguk.

"Nanti juga baik lagi, jangan sedih!" Ayas menghibur Bumi. Bumi kembali mengangguk lalu merentangkan kedua tangannya dan menggeliatkan badannya.

"Bumi ngantuk, Ma," Bumi menguap, lupa tidak ditutup.

"Kebiasaan nih anak cantik kalau menguap tidak ditutup. Ayo Mama gendong. Bobok di kamar ya!" Ayas segera meraih tubuh yang sebetulnya berat itu. Namun tetap Ayas lakukan karena merasa kasihan dengan Bumi yang terus mendapat penolakan dari Akash sehingga wajahnya sangat murung.

***

Sepeninggalan suaminya, Ayas merasa tidak mungkin akan menghidupi kedua anaknya jika tidak bekerja. Kemarin sore dia dibantu oleh seorang tetangga akhirnya mendapatkan pekerjaan sebagai penjahit di sebuah konveksi yang terletak tak jauh dari rumahnya.

Rencananya Ayas akan mulai bekerja lusa setelah mengantarkan Bumi ke kampung halaman suaminya. Bumi sudah setuju, Bumi juga sering ke kampung halaman Papanya. Di sana ada mertua Ayas yang dipanggil Uti oleh Bumi dan Laut. Selain Uti ada juga Paman Yudis, adik ipar Ayas.

Bumi terbangun dari tidur siangnya saat waktu magrib hampir habis. Cukup lama waktu yang dihabiskan Bumi tidur. Bumi mulai beranjak dari tempat tidur hendak mencari keberadaan Ayas. Bumi berdiri di bibir pintu kamar melihat Ayas yang sedang memasukkan baju-baju Bumi ke dalam tas besar. Besok setelah shubuh Ayas akan mengantar Bumi ke kampung.

"Mama!" Bumi memanggil Ayas dengan suara serak khas bangun tidur. Ayas yang baru selesai menutup resleting tas menoleh ke arah suara.

"Sini, Sayang!" Ayas merentangkan tangannya dan Bumi langsung berhambur ke dalam pelukannya. Ayas mendongakkan kepala memandangi langit-langit kusam rumahnya.

"Jangan menangis ya, Mama. Bumi janji di sana jadi anak baik," Bumi menepuk-nepuk punggung Ayas. Ayas hanya mengangguk, takut tak bisa menahan tangis jika mengeluarkan suara.

"Nanti Kakak dan mama sering nengokin koq, Bumi," Laut yang baru tiba di rumah langsung ikut ke dalam percakapan. Laut duduk di samping Ayas yang masih mendongakkan kepala. Laut mengerti bagaimana perasaan Ayas. Ayas sudah bisa menguasai air matanya. Dia mengerjapkan matanya dan mengambil nafas pelan.

"Setelah ini kita ke rumah ummi ya, Bumi. Pamit sama keluarga Ummi," pinta Ayas.

Bumi mengurai pelukannya dari tubuh Ayas lalu mendongakkan kepalanya agar dapat bertatapan dengan Ayas.

"Bumi takut kak Akash marah lagi, Ma!" Bumi mengiba.

Ayas mengusap lembut pipi Bumi.

"Yang penting ummi, kak Zha dan Nadia tidak marah. Nanti kak Akash akan baik sendiri," bujuk Ayas meyakinkan Bumi dan membuatnya berhasil mengangguk. Laut hanya menatap Ayas dan Bumi dengan sorot kasihan. Ada perasaan sedih karena harus terpisah dari Bumi. Soal perkataannya akan sering mengunjungi Bumi tentu saja itu hanya untuk menghibur Bumi. Ongkos ke kampung itu sangatlah mahal bagi mereka.

Selepas isya Ayas, Bumi dan Laut tiba di rumah besar Ummi. Mereka kini sedang duduk berkumpul di atas permadani tebal yang sangat nyaman. Duduk duduk melingkar menghadap meja bulat rendah.

"Bu Ayas bisa dipikirkan lagi loh niatan buat bawa Bumi ke kampung. Bumi bisa dititipkan di sini saja, saat Bu Ayas bekerja." Itu komentar dari Zha saat Ayas memberi tahu maksud kedatangannya.

"Sudah cukup banyak keluarga kami merepotkan Ummi. Sudah Alhamdullillah Laut dibiayai sekolahnya," tukas Ayas menunduk.

"Ini juga Laut, kenapa tiba-tiba ingin berhenti mondok?" Zha masih mendominasi menjawab pernyataan Ayas. Sementara Ummi hanya tersenyum, ada perasaan bangga memiliki putri yang selalu ingin membantu kesusahan orang lain.

"Sekali lagi maafkan Laut, Kak Zha. Setidaknya jika hanya sekolah Laut bisa menemani Mama dan membantu Mama." Laut berbohong. Tentu saja Dia merasa tidak enak jika meneruskan mondok sambil sekolahnya. Biayanya tidak sedikit. Meskipun keluarga Ummi tidak akan mendapatkan dampak buruk soal keuangan setelah Abah tiada. Tetap, Laut merasa tidak enak.

"Kami sebetulnya sudah menganggap kalian sebagai keluarga. Tapi, Saya hargai keputusan kalian. Laut tetap akan Saya tanggung pendidikannya hingga kuliah dan Kamu bisa fokus untuk keperluan Bumi," Ummi berkata lembut membuat Ayas segera merengkuh tangan Ummi dan menciuminya berkali-kali. Baginya, Ummi adalah sosok sempurna. Seorang istri Kiai berhati lembut nan mulia yang selalu peduli terhadap siapapun. Perkataannya selalu menggetarkan hati dan memberi kenyamanan.

Terpopuler

Comments

kasacans5924

kasacans5924

angsa jelek,tp nnt akhrny jth cinta ya

2024-04-05

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Panggilan Akash untuk Bumi ANGSA JELEK..

2023-12-28

0

Jumadin Adin

Jumadin Adin

lanjut

2023-02-28

0

lihat semua
Episodes
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
8 8
9 9
10 10
11 11
12 12
13 13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
21 21
22 22
23 23
24 24
25 25
26 26
27 27
28 28
29 29
30 30
31 31
32 32
33 33
34 34
35 35
36 36
37 37
38 38
39 39
40 40
41 41
42 42
43 43
44 44
45 45
46 46
47 47
48 48
49 49
50 50
51 51
52 52
53 53
54 54
55 55
56 56
57 57
58 58
59 59
60 60
61 61
62 62
63 63
64 64
65 65
66 66
67 67
68 68
69 69
70 70
71 71
72 72
73 73
74 74
75 75
76 76
77 77
78 78
79 79
80 80
81 81
82 82
83 83
84 84
85 85
86 Bukan Up
87 86
88 87
89 88
90 89
91 90
92 91
93 92
94 93
95 94
96 95
97 96
98 97
99 98
100 99
101 100
102 101
103 102
104 103
105 104
106 105
107 106
108 107
109 108
110 109
111 110
112 111
113 112
114 113
115 114
116 115
117 116
118 117
119 118
120 119
121 120
122 121
123 122
124 123
125 124
126 125
127 126
128 127
129 128
130 129
131 130
132 131
133 132
134 133
135 134
136 135
137 136
138 137
139 138
140 139
141 140
142 141
143 142
144 143
145 144
146 145
147 146
148 147
149 148
150 149
151 150
152 Ucapan Terima Kasih
153 151
154 152
155 Akhir Kiblat Cinta Bumi
156 Langit Untuk Ara
157 Ara Sudah Terbit
158 Bonchap (Eps. yang hilang)
159 Karya Baru
160 Bonchap-episode yang Hilang
161 Novel Abang
162 Promo Novel Attar-Orin-Bintang
163 Draft
Episodes

Updated 163 Episodes

1
1
2
2
3
3
4
4
5
5
6
6
7
7
8
8
9
9
10
10
11
11
12
12
13
13
14
14
15
15
16
16
17
17
18
18
19
19
20
20
21
21
22
22
23
23
24
24
25
25
26
26
27
27
28
28
29
29
30
30
31
31
32
32
33
33
34
34
35
35
36
36
37
37
38
38
39
39
40
40
41
41
42
42
43
43
44
44
45
45
46
46
47
47
48
48
49
49
50
50
51
51
52
52
53
53
54
54
55
55
56
56
57
57
58
58
59
59
60
60
61
61
62
62
63
63
64
64
65
65
66
66
67
67
68
68
69
69
70
70
71
71
72
72
73
73
74
74
75
75
76
76
77
77
78
78
79
79
80
80
81
81
82
82
83
83
84
84
85
85
86
Bukan Up
87
86
88
87
89
88
90
89
91
90
92
91
93
92
94
93
95
94
96
95
97
96
98
97
99
98
100
99
101
100
102
101
103
102
104
103
105
104
106
105
107
106
108
107
109
108
110
109
111
110
112
111
113
112
114
113
115
114
116
115
117
116
118
117
119
118
120
119
121
120
122
121
123
122
124
123
125
124
126
125
127
126
128
127
129
128
130
129
131
130
132
131
133
132
134
133
135
134
136
135
137
136
138
137
139
138
140
139
141
140
142
141
143
142
144
143
145
144
146
145
147
146
148
147
149
148
150
149
151
150
152
Ucapan Terima Kasih
153
151
154
152
155
Akhir Kiblat Cinta Bumi
156
Langit Untuk Ara
157
Ara Sudah Terbit
158
Bonchap (Eps. yang hilang)
159
Karya Baru
160
Bonchap-episode yang Hilang
161
Novel Abang
162
Promo Novel Attar-Orin-Bintang
163
Draft

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!