Kediaman Arkananta.
Axel yang baru saja sampai di kediaman Arkananta, dia masih terdiam duduk di dalam mobilnya. Semua rasa di hatinya bercampur aduk, tangannya bergetar hebat dan juga tubuhnya berkeringat dingin.
Dia dengan cepat mengambil obat dan segera meminumnya, setelahnya dia menghembuskan nafasnya kasar.
"Dion, buka pintu." Ucapnya.
Dion yang sedari tadi berada diluar samping mobil, langsung segera membuka pintu mobilnya. Dion tau semua kisah hidup Bos nya, jadi dia hanya terdiam dan tak berkata kekonyolan apapun seperti biasanya.
Ketika pintu mobil terbuka, Axel mengeluarkan tubuh atletisnya dari dalam mobil. Dia berdiri dan merapikan setelan jas bordir buatan tangan yang sangat mahal.
Tatapan matanya seketika jatuh di rumah besar bak istana di depannya, bibirnya membentuk garis tipis.
Axel kemudian melangkahkan kaki panjang nya masuk ke dalam rumah, yang dimana rumah itu adalah saksi bisu dari semua penghianatan dan kesakitan yang dia dapat.
Ketika dia masuk terlihat deretan belasan pelayan kiri dan kanan menyambutnya dan setelah dia melewati deretan semua pelayan, dia langsung disambut dengan sosok pria tua yang sedang duduk di sebuah kursi roda.
Tubuh yang dulu nya masih terlihat gagah saat dia meninggalkan kediaman ini, terlihat olehnya sosok itu sekarang hanyalah tulang terbungkus kulit.
Axel mengepalkan kedua tangannya dan menajamkan kedua matanya, dia menghampiri pria tua itu dengan mengeluarkan aura dingin dari tubuhnya.
"Axel, kamu sudah datang." Pria tua yang adalah ayahnya itu berkata dengan semangat.
"Bisakah kita bicara besok, aku sangat lelah dan ingin beristirahat!." Katanya dengan suara tajam.
Ayahnya sedikit mengerenyitkan keningnya tapi dia segera memerintahkan pelayan untuk melayani Axel. Ketika Axel akan melangkahkan kakinya mengikuti pelayan, tiba-tiba dari lantai atas turunlah seorang wanita yang masih sangat cantik meskipun usianya sudah diatas 40 tahun.
Sontak saja langkah kaki Axel terhenti dan dia mengangkat kepalanya untuk memandangnya.
Tatapan mata Axel tersirat rasa kesakitan dan kebencian, juga matanya seakan meledek dan menghina wanita itu.
Wanita itu adalah Emily, mantan istrinya yang dengan kejam sudah mengkhianatinya. Bahkan Emily mengkhianatinya bukan dengan pria lain tapi dengan ayahnya sendiri.
Sejak mereka berdua akhirnya bercerai dan Axel meninggalkan Negara kelahirannya, Emily langsung menikah dengan ayahnya yang memang adalah seorang duda dan Emily pun menjadi Ibu tirinya.
Ibu Axel sudah meninggal saat dia berkuliah, saat dia ditinggalkan ibunya Emily lah yang selalu ada untuknya. Sehingga akhirnya mereka berdua pun menikah, tapi memang masa depan siapapun tidak ada yang tau.
Baru saja pernikahan mereka seumur jagung, dia harus dihadapkan dengan kenyataan pahit. Wanita yang sudah dicintainya melebihi cintanya kepada dirinya sendiri, malah berkhianat.
Axel yang mengingat semua kenangannya dengan Emily, dia pun segera memalingkan wajahnya dan segera melangkahkan kakinya pergi dari sana tanpa ada keinginan menyapa ataupun sepatah kata saja berbicara kepada wanita pengkhianat itu.
Dion yang berada di belakang Bos nya menatap Emily yang masih terdiam di anak tangga atas, dia tersenyum sinis kepada wanita yang sudah mengkhianati Bos nya itu.
"Dasar wanita pelac*r, dengan tidak tau malunya menampakkan wajahnya di depan Bos! Kalau aku bisa, aku akan menjambak rambutmu dan melemparkanmu ke laut!." Geram Dion dalam hatinya.
Dion segera menarik kembali tatapan dan senyuman sinisnya dari Emily dan segera menyusul sosok Bos nya yang sedang mengikuti pelayan.
**************
Marsya yang masih berada di kediaman Pramudita, dia merasa harus segera pergi menemui Byan. Hatinya merasa tidak tenang dan dia yakin Byan memang sengaja menjauhinya.
Marsya pun dengan cepat mengambil keputusan dan segera melangkahkan kakinya pergi untuk menemui Byan di apartemennya.
Setengah jam kemudian, kurang lebih sudah jam 9 malam Marsya pun sampai dan dia segera turun dari dalam mobilnya dan masuk ke lobi apartemen Byan.
Dengan cepat dia pun sekarang sudah berada di depan unit apartemen Byan, Marsya menekan bel pintu beberapa kali dan akhirnya pintu apartemen terbuka.
Di sana di depan matanya sosok lelaki yang sudah dirindukannya selama seminggu ini terlihat mengurus, wajah tampannya dipenuhi jambang tipis.
"Marsya, kamu....." Ucap Byan yang tak menyangka Marsya akan datang menemuinya.
"Hem....Byan ayo masuk dulu, kita sepertinya harus bicara." Marsya langsung masuk ke dalam apartemen.
Byan menatap punggung Marsya dengan tatapan yang sulit diartikan, lalu dia menghela nafas dan menutup pintu apartemennya.
Marsya langsung berjalan ke arah ruang tamu dan segera menjatuhkan tubuhnya ke atas sofa.
Byan yang mengikutinya pun ikut duduk, dia hanya menundukkan kepalanya seperti tidak ingin menatap wajah Marsya.
"Byan, ada apa? Kenapa kamu tidak melihatku? Angkat kepalamu dan lihat aku." Marsya memulai pembicaraan mereka.
Byan pun akhirnya mau tak mau segera mengangkat kepalanya dan matanya bertatapan langsung dengan mata Marsya yang sedang menatapnya.
"Ayo kita saling jujur, kenapa selama seminggu ini kamu terkesan menghindari ku. Semua telepon ku tak diangkat dan kamu bahkan tidak pulang ke rumahmu!." Marsya menekankan kata-katanya.
"Marsya......" Byan kebingungan harus berkata apa.
"Apakah aku sudah berbuat kesalahan? Bukankah kamu yang sudah menyakitiku dengan ucapanmu ketika insiden itu terjadi!." Suara Marsya bergetar menahan tangisannya.
"Maafkan aku soal itu, aku benar-benar tidak sengaja mengatakannya." Byan meminta maaf.
lalu Byan mengangkat tubuhnya untuk berdiri dan melangkahkan kakinya ke balkon apartemen, dia menghirup udara malam dan matanya menatap kendaraan-kendaraan berjalan yang ada dibawah sana.
Tiba-tiba Marsya memeluk tubuhnya dari belakang, dia menempelkan kepalanya miring di punggung lebarnya.
Tubuh Byan seketika menegang, kedua tangannya mencengkram pagar balkon dengan erat, jantungnya berdetak sangat kencang.
"Byan, aku mohon jangan menjauhiku. Selama bertahun-tahun ini aku sengaja memendam perasaanku padamu, karena aku tidak ingin hubungan kita hancur jika kamu menolak ku." Terdengar suara sedih dari Marsya.
"Akhirnya kamu mempunyai seorang kekasih dan aku berusaha untuk menghapus perasaanku padamu." Marsya melanjutkan kata-katanya.
"Aku selama ini sudah menahannya, tapi setelah seminggu ini aku tidak bisa menghubungi dan bertemu denganmu. Hatiku sakit.....sangat sakit karena merindukanmu. Byan, aku mencintaimu." Akhirnya Marsya yang tak tahan lagi seketika menangis.
Byan tercengang mendengar semua ungkapan perasaan dari Marsya, dia tak menyangka dan tak menyadari selama ini Marsya memendam perasaan kepadanya.
"Byan, apakah aku tidak berhak memperjuangkan mu? Apakah aku tak baik untukmu?." Terdengar Marsya bertanya dari sela isakan tangisannya.
"Marsya.......bukan seperti itu. Aku sudah mempunyai Davina dan aku hanya menganggap mu masih gadis kecilku." Byan akhirnya mengatakannya lalu dia menghembuskan nafasnya yang dia tahan sejak dari tadi.
"Huhuhu.....Byan, bukankah kamu masih belum menikah. Bisakah kamu memberikan kesempatan padaku, agar kamu juga bisa mencintaiku?." Tangisan Marsya semakin terdengar menyedihkan.
Byan seketika mengingat wajah Davina, wanita yang sudah setahun ini menjadi kekasihnya. Davina yang selalu lembut dan juga mencintainya. Apakah dia tega menyakitinya?.
"Maaf Marsya.....sebaiknya lupakan dan segera buang perasaanmu padaku. Kita hanya cocok sebagai saudara seperti dulu." Byan dengan tegas menolaknya dan segera melepaskan tangan Marsya yang memeluknya.
"Sebaiknya kamu segera pulang, ini sudah malam. Aku tak mengantarmu ke bawah, hati-hati." Setelah mengatakannya, Byan melangkahkan kakinya ke kamar tidurnya dan menutup pintu kamarnya dengan keras.
Marsya menatap sedih ke arah pintu kamar Byan, untuk pertama kalinya dia mengungkapkan perasaan cintanya dan akhirnya penolakan lah yang dia terima.
Hatinya teramat sakit, masih dengan air mata di wajahnya Marsya akhirnya melangkahkan kakinya pergi dari apartemen itu.
Byan yang ada di dalam kamarnya berwajah murung, dia tidak tau apakah penolakannya barusan adalah keputusan yang benar?.
^Bersambung^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Alea Wahyudi
ko aku yg nyesek ....
2022-02-20
0
Juliezaskia
tar hati marsya berpaling ke orang oain,, baru nyaho kamu byan
2021-09-07
1
Siti Rohaniyah
sakit hatiku thor..😢
2021-03-24
0